"Devan, ini aku bawain makanan loh buat kamu...sengaja aku masakkin buat kamu tadi pagi."
Pyarr!!!
Dengan tak merasa kasihan sedikitpun, cowok tampan membuang begitu saja kotak bekal yang ada diatas mejanya. Hal itu membuat beberapa teman sekelasnya menoleh dan menatapnya termasuk cewek yang memberikan bekal itu.
"Devan kok dibuang sihh? Aku sengaja bikinin ini buat kamu loh, kamu ngga suka nasi goreng ya? Atau mau aku bikinin yang lainnya aja besok pagi??"
"Stop ganggu gue dan ngga usah nampakin wajah lo didepan gue! Gue muak sama lo! Dan lo perlu inget kalau gue ngga peduli sama perasaan sampah lo sialan!"
Gadis cantik yang dijuluki primadona sekolah ini seharusnya gampang mencari pacar. Fisiknya yang cantik dengan tubuh yang ideal, nyatanya tak membuat Devan tertarik dengan Kalaluna sampai ada anak baru yang tiba-tiba dekat dengan Devan dan Kalaluna kesal. Tapi, ternyata ada seorang cowok yang tertarik dengan Kalaluna dan membuat hidup Kalaluna berubah saat mengenalnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja Dilangit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Ini rumah siapa?"
Kalaluna bingung saat Kaivan membawa dirinya ke rumah besar dan luas. Seperti rumahnya tapi kalau boleh jujur masih bagus rumah ini karena memiliki eksterior bergaya Eropa. Berbeda dengan rumahnya yang minimalis dan kekinian, tapi jujur kalau rumah didepannya ini sangat indah dan megah.
"Ayo."
Bukannya menjawab, Kaivan malah menggandeng tangan Kalaluna dan membawanya masuk kerumah besar ini. Kalaluna yang tak tau apa-apa pun menurut saja dan terus mengikuti langkah Kaivan.
Ternyata tak hanya dibagian luarnya saja yang terlihat indah dan megah, namun didalamnya pun sama. Beberapa kali Kalaluna berdecak kagum dengan interior yang sungguh mewah dan elegan ini.
“Loh Kai, kamu bawa siapa ini?”
Pandangan Kalaluna berubah kearah lift yang baru saja terbuka, terlihat seorang wanita cantik yang mungkin seusia Mamanya itu sedang berjalan kearahnya.
“Kalaluna Bund, pacar aku,”jawab Kaivan.
Ternyata wanita cantik ini adalah Bundanya Kaivan, pantas saja terlihat sangat cantik dan juga elegan. Wanita yang di dipanggil bunda itu beralih menatap Kalaluna sambil tersenyum, Kalaluna pun langsung bersalaman dengan sopan.
“T-tante ....” kalaluna sedikit canggung karena ini kali pertama dirinya bertemu dengan orang tua Kaivan.
Sebenarnya tak enak karena datang kesini tak membawa apapun untuk kesan pertama kali. Salahkan Kaivan, karena cowok itu yang asal saja mengajak dirinya kesini tanpa memberitahukan sebelumnya.
“Kalaluna ya? Wahh kamu cantik banget sih, mimpi apa ya si Kai punya pacar secantik kamu ini,”Bundanya Kaivan sampai berdecak kagum untuk beberapa kali, karena jujur saja baru kali ini melihat seorang gadis yang memiliki kecantikkan yang luar biasa.
Kalaluna tersenyum manis, “Makasih Tante, Tante juga cantik,”balas Kalaluna.
“Sekarang kan kamu udah jadi pacarnya Kaivan, panggilnya Bunda aja dong, Bunda Vanya biar makin akrab,”pinta Vanya.
Kalaluna menganggukkan kepalanya sopan, “Iya Bunda Vanya.”
“Nahh pinter anak cantik.”
“Aku mau bawa Luna ke kamar dulu Bund,”ucap Kaivan sambil menggandeng kembali tangan Kalaluna.
“Loh, mau apa ke kamar? Awas loh Kaivan kamu jangan aneh-aneh sama anak gadis orang,”pesan Vanya memperingati putranya.
“Aman Bund.” Kaivan mengiyakan saja ucapan sang Bunda supaya diam, terserah nanti dirinya mau melakukan apa dengan Kalaluna didalam kamar pun tak masalah.
“Ayo,”ajak Kaivan lalu menggandeng tangan Kalaluna dan membawanya masuk kedalam lift untuk pergi ke kamar Kaivan yang ada di lantai 3.
Dirumah Kalaluna juga ada lift, tapi liftnya ya dengan bentuk dan desain pada umumnya. Berbeda dengan lift dirumah Kaivan, tampak seperti terbuat dari emas atau berlian. Kalaluna tak menyangka kalau Kaivan ini ternyata dari kalangan orang berada, padahal kalau di sekolah gayanya tak terlalu mencolok sih.
Ceklek.
“Ini kamar kamu?”tanya Kalaluna begitu masuk kedalam kamar Kaivan.
Kaivan menganggukkan kepalanya, “Iya, duduk dulu aja.”
Kalaluna berjalan pelan sambil melihat kamar khas cowok yang begitu luas, hampir sama seperti kamar Kalaluna. Ada ranjang kingsize di tengah-tengah, lalu ada rak buku yang lumayan besar, ada sofa dan meja serta televisi, dan masih banyak lagi. Kalaluna tak menyangka saja kalau didalam kamar Kaivan ini ada banyak buku, ternyata cowok bandel sepertinya suka membaca buku juga.
Sekarang Kalaluna sudah duduk di sofa empuk berwarna cokelat, “Kamu ngga punya saudara?”tanya Kalaluna sambil melihat kearah Kaivan yang tengah melepaskan seragam sekolahnya dan menyisahkan kaos hitam polos serta celana abu-abu panjangnya.
Kaivan berjalan mendekat lalu duduk disamping Kalaluna, “Anak tunggal, kenapa?”
Kalaluna menggelengkan kepalanya, “Gapapa, Cuma penasaran aja rumah sebesar ini siapa yang nempatin.”
“Cuma aku sama orang tua dan beberapa maid,”jawab Kaivan lagi.
Sekarang Kaivan sedang asik menatap kekasihnya yang terlihat begitu cantik meskipun dilihat dari samping. Tangan Kaivan terulur dan mengusap lembut pipi merona milik kekasihnya, Kalaluna tersenyum tipis.
“Kenapa?”
Kaivan menggeleng pelan, “Gapapa, masih ngga nyangka aja bisa pacarin cewek paling cantik disekolah,”jawabnya.
Kalaluna terkekeh pelan, lalu perlahan Kaivan semakin mendekatkan wajahnya dengan Kalaluna. Kalaluna diam saja, punggungnya sekarang sudah bersandar di tangan sofa karena Kaivan terus mendekatinya.
“K-kaivan, jangan gini dulu takut ada bunda kamu ....”lirih Kalaluna.
Kaivan malah tersenyum miring, tangannya terus mengusap lembut pipi Kalaluna, jempol tangannya mengusap bibir plumpy milik Kalaluna.
“Bunda malah seneng liat kita gini,”bisik Kaivan.
“Hah? Maksudnya gimana?”tanya Kalaluna tak mengerti.
Senyum smirk sudah terbit dibibir Kaivan, “Bunda pengen punya cucu, gimana kalau kita bikinin sekarang?”
Kedua mata Kalaluna melotot, “Heh! Mana bisa git-.”
Cup.
Kaivan langsung membungkam mulut Kalaluna yang akan mengomel dengan bibirnya, terbukti Kalaluna langsung diam dan pasrah. Melihat kekasihnya pasrah, Kaivan pun mulai menggerakkan bibirnya dan sekarang sudah menciumnya dengan lembut namun begitu dalam.
Kalaluna memilih pasrah karena dirinya suka dengan ciuman Kaivan sejak malam itu dimana mereka baru saja jadian. Ternyata tujuan Kaivan mengajaknya ke kamar ya supaya bisa melakukan hal seperti ini.
Cup.
“Mau lanjut?”tanya Kaivan setelah melepaskan ciumannya.
Kedua pipi Kalaluna sudah memera, tangannya mencubit pelan lengan keras milik Kaivan. “Lanjut apanya hah?! Nanti kalau Bunda lihat bisa dimarahi kita, malah bisa aja langsung dinikahi,”omel Kalaluna.
“Gapapa. Malah bagus kalau kita nikah sekarang,”jawab Kaivan enteng.
“Eh kita masih sekolah ya, jangan aneh-aneh dehh.”
Kaivan tak menjawab lagi, tapi kedua tangannya langsung membawa tubuh Kalaluna kedalam pangkuannya dan memeluknya. Kalaluna diam saja, rasanya nyaman saat dipeluk oleh Kaivan seperti ini.
“Sebentar aja, pengen peluk kamu,”bisik Kaivan di ceruk leher Kalaluna.
Kalaluna membiarkan saja, kini kedua tangannya juga sudah membalas pelukan Kaivan. Bibir Kalaluna tertarik keatas membentuk senyuman manis disana, ternyata takdirnya ini bukan bersama Devan, melainkan bersama Kaivan. Padahal dulu Kalaluna sering membayangkan kalau dirinya akan hidup bahagia dengan Devan, tapi ternyata salah dan semoga saja hubungannya dengan Kaivan bisa awet.
Drttttt....
Tiba-tiba saja ponsel Kalaluna yang ada di saku seragam sekolahnya itu bergetar, ternyata ada pesan dari sahabatnya. Kalaluna pun langsung membuka pesan itu dan membacanya, seketika kedua matanya melotot lebar saat membaca pesan dari Maurin.
Maurin\= Luna sayang, lo dibohongi sama cowok lo yang bilang sekarang jamkos. Nyatanya sekarang ada ulangan Fisika, dan selamat lo besok ulangan susulan sendiri.
"KAIVANNNNNN!"
Suara teriakan Kalaluna pun langsung menggelegar didalam kamar ini, membuat Kaivan langsung mengeratkan pelukkan nya dan terkekeh pelan.
Terimakasih.
Cuman ini bau² nya Keivan mungkin bkln dibikin jadi punya sifat manja gitu kan? Misal kayak pas disekolah terkenal brandal, eh pas dirumah taunya manja bgt sama ortunya! Sumpah yg kayak gini tuh udh sering bet loh gw nemuin, dan semoga aja ini beda...