NovelToon NovelToon
CINDELOKA

CINDELOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Dunia Lain / Action / Spiritual / Epik Petualangan / Roh Supernatural
Popularitas:323
Nilai: 5
Nama Author: teguhsamm_

Raden Cindeloka Tisna Sunda, seorang bocah laki laki berparas tampan dari Klan Sunda, sebuah klan bangsawan tua dari Sundaridwipa yang hanya meninggalkan nama karena peristiwa genosida yang menimpa klannya 12 tahun yang lalu. keberadaannya dianggap membawa sial dan bencana oleh warga Sundari karena ketampanannya. Suatu hari, seluruh warga Sundari bergotong royong menyeret tubuh kecil Cindeloka ke sebuah tebing yang dibawahnya air laut dengan ombak yang mengganas dan membuangnya dengam harapan bisa terbebas dari bencana. Tubuh kecilnya terombang ambing di lautan hingga membawanya ke sebuah pulau misterius yang dijuluki sebagai pulau 1001 pendekar bernama Suryadwipa. di sana ia bertemu dengan rekannya, Lisna Chaniago dari Swarnadwipa dan Shiva Wisesa dari Suryadwipa yang akan membawanya ke sebuah petualangan yang epik dan penuh misteri gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teguhsamm_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jujur Dalam Penjara

Angin sore menyapu halaman Padepokan Suryajenggala ketika Pandega Indra Oktovian melangkah masuk, raut wajahnya berat membawa beban ratusan nyawa. Para murid menunduk ketika ia lewat-mereka tahu, kedatangannya bukan tanda baik.

Di ruang utama, Ki Bagawanta sedang duduk bersila, seakan sudah menunggu. Begitu melihat gurunya tahun 1952 itu masuk, ia berdiri refleks.

"Pandega... apa yang membawa Anda ke sini?"

Suara Ki Bagawanta terdengar gugup, nyaris gelisah.

Indra tidak menjawab langsung. Ia menatap Bagawanta lama, seperti sedang memastikan sesuatu.

"Aku datang untuk membahas tuntutan warga Suryadwipa," katanya akhirnya. "Mereka menuduh Cindeloka sebagai pembawa malapetaka. Mereka... menuntut dia diusir."

Ki Bagawanta terhenyak.

"Apa?! Tidak mungkin! Cindeloka justru menutup segel itu! Aku-kami-bahkan menemukan simbol Swastika di pintu segel. Itu kerjaan dia."

Indra mengerutkan kening. "Dia...? Siapa maksudmu?"

Bagawanta menarik napas berat sebelum menjawab, suaranya penuh luka masa lalu.

"Nyi Rangdageni."

Hening.

"Nama aslinya: Tania Sutena."

Mata Pandega Indra membesar. Tangannya bergetar halus.

"Tania...? Tidak mungkin. Muridku sendiri dari Tim Sapta 1952... dialah dalangnya?"

Napasnya tersengal. "Aku mengira dia sudah... hilang."

"Dia kembali," kata Bagawanta gelap. "Dan dia membangkitkan leak."

Keheningan panjang menutup percakapan itu. Lalu, dengan suara yang sangat letih, Indra mengambil keputusan:

"Untuk meredam kemarahan warga... Cindeloka harus dipenjarakan. Bukan karena dia salah, tapi karena kita perlu waktu."

Bagawanta menutup mata.

Keputusan itu menyakitkan. Namun ia tahu-untuk sementara, tak ada pilihan lain.

"Baik... aku setuju," katanya akhirnya, meski suara itu nyaris patah.

Amukan Murid

Keputusan itu belum disampaikan dengan resmi, tetapi firasat sering mendahului kabar. Saat Cindeloka berjalan kembali ke asrama untuk mengambil barang-barangnya, puluhan murid menghadangnya.

"Pengkhianat!"

"Kau bikin teman-teman kami mati!"

"Keluar dari padepokan ini, kutukan!"

Cindeloka mundur setengah langkah, wajahnya pucat namun tetap berusaha tenang.

"Aku tidak melakukan itu," katanya tegas. "Leak itu sudah terbuka sebelum kami-"

"BOHONG!"

Sebuah batu kecil melayang mengenai pundaknya.

Cindeloka terdiam. Bukan karena sakit, tetapi karena hatinya retak oleh kebencian yang tak pernah ia undang.

Jumlah murid semakin banyak, suara semakin brutal.

Cindeloka hendak menjelaskan lagi, tetapi kerumunan terlalu bising untuk mendengar kebenaran.

Lalu-

BRAAAK!

Cakra menghentak dari arah pintu gerbang.

Ki Bagawanta muncul dengan wajah merah padam.

"BERHENTI SEMUA!" suaranya meledak.

Murid-murid langsung diam, beberapa mundur ketakutan.

"Siapa pun yang berani menyentuh muridku lagi... akan berurusan langsung denganku."

Kerumunan tercerai, dan Bagawanta menarik lengan Cindeloka.

"Ke kantor dewan. Sekarang."

*

Di ruang dewan, hanya ada mereka berdua.

Cindeloka berdiri menunduk.

Bagawanta menatapnya lama-ada rasa bersalah yang menumpuk.

"Aku tahu kau tidak bersalah," katanya lirih. "Tapi demi keselamatanmu... dan demi meredam warga... kau harus tinggal di sel bawah tanah selama seratus hari. Tanpa kunjungan. Tanpa pengecualian."

Cindeloka tidak membantah.

Tidak bertanya.

Tidak memohon.

Ia hanya mengangguk pelan.

"Baik, Ki."

Bagawanta terdiam. "Kau tidak bertanya... kenapa?"

Cindeloka tersenyum tipis-senyum yang pahit dan dewasa sekaligus.

"Karena aku tahu dunia ini tidak selalu adil. Dan aku... sudah cukup biasa disalahkan."

Jawaban itu menghantam Bagawanta lebih keras daripada teriakan warga.

Tanpa kata lagi, ia menuntun Cindeloka turun ke ruang bawah tanah-melewati lorong gelap yang berbau lembap, sampai tiba di sebuah sel kecil, dingin, dan sepi.

Pintu besi menutup.

KRAK.

Cindeloka resmi menjadi tahanan.

*

Berita itu menyebar cepat. Para murid merasa lega dengan tindakan Ki Bagawanta namun sebagian lagi merasa cemas karena mereka takut setelah 100 hari Cindeloka menjadi tahanan. Gundam Maung Bodas akan semakin marah dan menciptakan bencana yang jauh lebih besar daripada yang terjadi sekarang

Sementara itu.

"Dengan sangat menyesal. Cindeloka harus menjadi tahanan selama 100 hari demi memendam amarah warga Suryadwipa dan murid Padepokan" ucap Mbah Kunto dengan nada bergetar dan wajahnya sangat sedih.

Lisna menangis diam-diam.

Shiva hanya diam... tetapi tatapannya gelap dan tak tenang saat mendengar berita yang disampaikan oleh Mbah Kunto.

"Kenapa dia harus dipenjara! Padahal dia juga telah menyegelnya bersama kita". Kata Lisna dengan nada bergetar dan matanya ikut bergetar.

"Mbah tahu! Tapi takutnya mereka malah makin murka dan menuduh kalian juga". Lanjut mbah Kunto.

"Seperti kita harus membiarkan dia menyendiri dulu, aku yakin keputusan ini adalah yang terbaik mengingat Cindeloka juga tidak keberatan" pungkas Shiva dengan nada datar dan ekspresi dinginnya berubah menjadi sedikit empati.

Mbah Kunto menyampaikan pesan terakhir:

"Tidak boleh dikunjungi. Seratus hari penuh."

Lisna menerima dengan pasrah.

Shiva tidak berkata apa-apa.

Mereka berdua pun kembali ke asramanya masing masing

pada malam ke-40, saat semua orang tidur...

Seorang bayangan tipis menyelinap di antara pilar-pilar kayu.

Shiva.

Tangannya membawa nasi bungkus hangat yang ia sembunyikan di balik jaket.

Ia menuruni tangga demi tangga ke ruang bawah tanah, hati berdebar cepat antara takut ketahuan dan... takut Cindeloka merasa sendirian.

Sesampainya di sel, ia berbisik:

"Loka... bangun."

Cindeloka yang tadinya duduk merenung, langsung tersentak kaget melihat Shiva di luar jeruji.

"Shiva?! Kau-kau melanggar aturan besar! Kalau ketahuan-"

"Aku tidak peduli."

Nada Shiva datar, tapi matanya lembut. "Makan dulu. Kalau kau mati kelaparan, siapa yang bakal tengil-tengil gangguin aku?"

Cindeloka tertawa kecil. Tawanya pecah, retak, tapi tulus.

"Terima kasih... aku beneran lapar."

Ia makan lahap, dan ketika tinggal setengah, ia berhenti.

Shiva memperhatikan.

"Ada apa?"

Cindeloka menarik napas panjang, lalu berkata pelan-lebih pelan dari biasanya.

"Shiva... aku lelah."

Shiva tidak menyela.

"Aku lelah terus dianggap kutukan... padahal aku sudah terbiasa. Tapi... ya... capek juga."

Ia menunduk.

"Dan... maaf kalau aku sering bikin kamu risih. Aku tengil... karena aku cuma... nutupin luka. Dan masa lalu yang nggak pengen aku lihat lagi."

Shiva mendengar tanpa memotong.

Lalu ia berkata, pelan namun dalam:

"Loka... meskipun kamu tengil, berisik, nyebelin...

setidaknya..."

Ia menahan napas.

"Setidaknya aku nggak merasa sendirian."

Cindeloka menatapnya.

Ada garis senyum samar di wajahnya-bukan senyum dibuat-buat, tetapi senyum yang muncul dari rasa diterima.

"Terima kasih, Shiva."

Shiva berdiri.

"Aku pergi sebelum ada yang lihat."

Langkahnya perlahan menghilang di lorong gelap, meninggalkan Cindeloka sendirian di sel.

Namun untuk pertama kalinya dalam empat puluh malam...

Cindeloka tidur dengan hati yang sedikit lebih hangat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!