Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27
Lily membawa Carly ke rumah Jesly untuk membahas sesuatu. Kebetulan Jesly belum pulang ke rumah. "Apa kamu mau aku mengajari Jesly untuk tampil mempesona di depan Albert?"
Lily mengangguk mantap. "Hemm.. aku tidak akan berkata apapun. Dengan kata lain, hanya dengan Albert semakin menyukai Jesly baru lah Albert akan berada di daratan dengan suka rela. Ngomong-ngomong, diantara kita, kamu yang paling tau apa itu cinta." Lily memukul pelan pundak Carly tangannya sedikit kesakitan membuatnya meniup tangannya.
Carly tersenyum miring. "Hehh, kenapa?"
"Kamu bahkan bisa memenangkan hati Ketua Xe. Jadi, aku yakin kamu punya ide. Atau aku bisa memberikanmu beberapa batu roh. Mengingat kekuatan mu yang sangat lemah, kamu lebih membutuhkannya."
"Ayolah, kupu-kupu kecil! Simpan batu-batu mu itu. Karena kamu mempercayaiku, aku akan membantumu." Carly memukul pelan pundak Lily. "Tapi.. tidak ada gunanya mengajari Jesly. Ikan membosankan itulah yang harus belajar."
"Seekor kucing mengajari ikan? Apakah dia akan setuju?"
"Kamu tidak mengerti."
"Ya iya, kamu yang paling tau."
.
.
.
Carly datang ke Goa Refleksi untuk menemui Albert. Belum melakukan apa-apa tetapi Albert sudah menyerangnya. Wajahnya dingin tidak menyukai kehadiran Carly.
Carly langsung menghindar saat Albert menyerangnya. "Aku ingin menolong mu, tapi kamu tidak mempercayainya. Aku tidak seharusnya datang mengajarimu. Ada perselisihan diantara kita, dua klan."
"Kenapa kamu mau mengajariku?"
"Jika kamu berbaikan dengan Jesly, aku akan bisa melarikan diri dari Kerajaan Vielstead dengan Xenia dan hidup bahagia. Ngomong-ngomong, apa kamu tidak kesal karena Jesly sedang marah denganmu? Tidakkah kamu ingin melihat senyum cerianya seperti biasa?"
"Spiritual mu rendah. Bagaimana caranya mengajariku?"
"Huhh, jika masalah cinta, berkelahi itu tidak ada gunanya. Saat pertama kali aku bertemu Xenia, aku hampir dibunuh olehnya." Carly menggunakan spiritualnya untuk bisa masuk ke dalam pelindung Albert.
"Aku dulunya seorang raja di gunung dan dikagumi banyak orang. Saat itu, Xenia bertarung dengan siluman buas dan terluka parah. Saat dia melewati Gunung Wutai, aku secara tak sengaja bertemu dengannya."
Flashback On
Carly tak sengaja bertemu dengan Xenia yang sedang terluka parah. Xenia menyenderkan tubuhnya di pohon wisteria.
Carly menghampirinya dan tersenyum manis saat melihat seorang gadis cantik. Sesaat ia mengamati wajah cantik Xenia yang tampak lemah dan terluka parah. Carly hendak menggendong Xenia namun sang empu sudah mulai sadar.
"Kurang ajar!" Dengan lemas Xenia memukul Carly namun Carly menahan tangannya. Ia berpikir Carly hendak berbuat tak senonoh padanya.
"Sudah sadar."
"Lepaskan saya!"
"Sulit menemukan wanita cantik. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Aku butuh seorang istri. Apakah kamu mau menjadi istriku?"
"A..." Xenia kembali tidak sadarkan diri.
"Ehh, apakah dia mati?" Carly menggoyang-goyangkan tangan Xenia.
Carly pun membawa Xenia pulang ke rumahnya. Ia memberinya makanan. "Ini sup ikan, bagus untuk pemulihan." Carly menyuapi Xenia. Ia tersenyum karena Xenia menerima suapannya.
Xenia merasakan tubuhnya mulai kembali segar dan tidak lemas. "Haruskah aku memasakan sup ikan untukmu setiap hari?" goda Carly namun Xenia enggan menjawab ia memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya.
Carly terus memandangi wajah cantik Xenia yang kini sudah tidak sepucat tadi. Carly memindahkan Xenia ke atas ranjang. Menidurkannya perlahan agar sang empu tidak terusik. Ia memilih tidur di lantai sembari mengawasi Xenia.
Xenia menggeliat. "Aaakkhh..." Punggungnya masih terasa sakit. Ia hanya bisa tidur dengan posisi miring.
"Si cantik, si cantik. Jangan pukul aku. Kamu akan jelek jika terluka." Xenia menoleh ke samping. Carly tidur di lantai beralaskan tikar. "Istirahatlah yang nyenyak. Aku akan memasakkan sup ikan untukmu setiap hari, okey?" Carly pura-pura mengigau agar Xenia kembali tidur dengan tenang.
Hari demi hari, kondisi Xenia semakin membaik. Namun kabar buruk menimpa Carly. Klan kucing menemukan keberadaan Xenia. Mereka takut seorang ahli spiritual akan menyebabkan masalah yang tidak akan ada habisnya. Orang-orang itu meminta Carly mengirim Xenia kepada binatang buas yang telah melukai Xenia.
"Keluarkan ahli spiritual itu!"
"Benar!"
"Keluarkan dia!"
"Keluarkan dia!"
"Dia adalah ahli spiritual. Usir dia!"
"Cepat usir dia!"
Suara demo mengusik ketenangan Xenia yang sedang memulihkan kekuatannya. Ia membuka sedikit pintu untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Jika kamu melindunginya..."
"Aku tidak keberatan jika dia seorang ahli spiritual. Dia adalah hartaku. Kalian boleh memukulku." tegas Carly.
Salah satu dari mereka pun memukul kepala Carly dengan kayu yang lumayan besar. Satu persatu mereka memukuli kepala Carly. "Kami begitu sabar denganmu begitu lama, Pemimpin tidak berguna! Ayoo, kita akan tinggalkan tempat buruk ini!" Mereka pun pergi dari tempat tersebut.
Carly memegangi kepalanya yang terasa sakit. Darah segar sedikit mengalir di dahinya. Hati Xenia terenyuh dan kasihan melihatnya. Ia pun memilih pergi diam-diam agar tidak merepotkan Carly di kemudian hari.
Carly menghela nafas pelan, menyentuh dahinya memastikan jika darahnya sudah bersih lalu membuka pintu. "Cantik, hari ini ikannya segar. Aku membuatkan sup ikan untukmu."
Carly terkejut saat tidak melihat Xenia di sana. Rumah hening tanpa ada kehadirannya. Xenia pergi tanpa mengabarinya. Ia menunduk sedih.
Beberapa hari tidak bersama Xenia hidupnya terasa hampa. Ia pikir Xenia tidak akan kembali lagi. Ia memutuskan untuk pergi dari Gunung Wutai dan mencari pekerjaan. Saat melewati pohon wisteria ia berhenti sejenak. Memandangi pohon wisteria dengan mengenang kenangan indah semasa hidupnya.
Ia mendengar suara langkah, menoleh cepat. Ia sedikit terkejut melihat kedatangan Xenia. "Si cantik." Carly tersenyum mengembang setelah beberapa hari senyuman itu hilang.
"Apa aku sedang bermimpi?" Carly mencubit pipinya untuk memastikan bahwa ia tidak bermimpi.
"Mengapa kamu kembali?" tanya Carly.
"Selain Gunung Wutai, kemana lagi aku akan pergi?"
"Aku akan pergi dengan cepat atau lambat. Aku kehilangan kampung halamanku, klan ku. Jadi, aku tidak bisa menjadikanmu istri."
Xenia memutar matanya malas. "Cantik, haruskah aku mengikuti mu? Aku kehilangan klan ku karena menyelamatkanmu. Kamu harus bertanggung jawab untuk itu."
"Bagaimana?"
Carly menyugar rambutnya sok cool. "Aku butuh makanan enak dan kata-kata manis. Maka aku akan mengikuti mu sampai ke ujung bumi."
Xenia tak menjawab apapun hanya senyuman tipis yang ia perlihatkan. Ia pun pergi. "Ehh, ehh." Carly mengejarnya dan mengikutinya.
"Baiklah, aku bisa hidup tanpa makanan enak. Mudah untuk menghidupi ku. Selama kamu menerimaku, aku akan menjagamu. Haruskah aku memasak sup ikan setiap hari? Hey, bicaralah!"
Carly kembali menemukan semangat hidupnya dan mengikuti kemanapun Xenia pergi.
Flashback Off