Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 19
Pagi hari telah berlalu, matahari semakin menampakkan cahayanya. Hari ini adalah hari di mana pengantin baru itu akan melakukan perjalanan bulan madu ke Paris. Ibu Zubaidah dan para saudaranya juga ikut mengantar mereka ke bandara.
Sepanjang perjalanan, keduanya tak ada yang bersuara. Nasya sibuk dengan pikiran dan perasaannya, sedangkan Zayn masih terus fokus dengan layar laptop yang selalu ia bawa ke mana pun pergi. Hingga akhirnya, mobil yang mereka tumpangi pun sampai.
Kini, semuanya berkumpul saling mengucapkan perpisahan karena Om Firza beserta saudara yang lain juga akan kembali ke kotanya. Nasya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata karena ia harus kembali sepi tanpa mereka.
“Yang sabar, ya, Nasya. Suatu saat Zayn pasti akan mencintaimu,” ucap Ibu Zubaidah sambil mengusap punggung Nasya yang berada dalam pelukannya.
“Iya, Mah. Jangan khawatir,” balas Nasya, melepas pelukan lalu mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Setelah drama perpisahan dengan Nasya, Ibu Zubaidah menghampiri putranya yang sedang berbicara dengan seseorang di seberang telepon.
“Zayn!”
Pria dingin itu menoleh dan segera mematikan teleponnya, seakan sedang merahasiakan sesuatu yang tidak ingin ibunya tahu.
“Iya, Mah.”
“Dengar, Mama, Nak. Sesampainya di Paris, jangan lupa segera hubungi Mama. Dan ingat! Jangan pernah berbuat kasar pada Nasya. Dia istrimu sekarang!” nasihat Ibu Zubaidah dengan nada sedikit tegas.
“Iya, Mah. Mama tidak perlu khawatir, Zayn tidak sejahat itu,” sahut Zayn santai, meski wajahnya tetap biasa saja.
Tak ingin berlama-lama, Zayn dan Nasya akhirnya berpisah dengan keluarga di bandara. Mereka berdua berjalan berdampingan sambil menyeret koper masing-masing. Sedangkan Ibu Zubaidah sudah menaiki mobilnya. Om Firza pun sama, ia juga sudah menaiki mobilnya untuk kembali ke kotanya.
Di landasan pesawat, tampak satu mobil mewah berwarna hitam terparkir di sana. Nasya yang melihat Zayn melangkah mendekati mobil itu sedikit merasa heran, namun kakinya tetap mengikuti langkah suaminya.
“Masuk!” perintah Zayn pada Nasya.
Nasya yang diperintah untuk masuk ke dalam mobil sempat berkerut keningnya. Sementara itu, pesawat sudah hampir lepas landas lima menit lagi. Tak ingin berdebat, Nasya menuruti perintah suaminya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan istrinya masuk, barulah Zayn ikut masuk ke dalam mobil di samping Nasya.
“Kita mau ke mana? Bukannya pesawat sebentar lagi akan terbang?” tanya Nasya setelah mobil yang mereka tumpangi meninggalkan landasan pesawat.
“Kita tidak akan ke mana-mana. Kita tetap akan berada di Jakarta. Dan ingat satu hal: jangan pernah katakan apa pun pada Mama soal ini. Jika Mama menghubungimu, katakan saja sedang berada di kamar hotel di Paris. Sementara kita akan tinggal di hotel daerah Bogor karena besok akan ada proyek perusahaan di sana. Kau mengerti?!”
Mendengar penjelasan Zayn, Nasya hanya mengangguk patuh. Ia tidak ingin berdebat dengan suaminya.
---
Dua jam perjalanan, mobil yang ditumpangi pengantin baru itu akhirnya sampai di Kota Bogor. Zayn sudah memesan dua kamar sekaligus, satu untuk dirinya dan satu untuk Nasya. Ia sengaja melakukan itu karena tak ingin memberikan harapan pada istrinya.
Pelayan hotel yang sudah tahu siapa Zayn segera mengantar mereka menuju kamar yang sudah disiapkan. Tak banyak bicara dan bertanya, Nasya hanya diam melihat sekeliling hotel sembari menyeret kopernya mengikuti langkah pelayan hingga berhenti di depan pintu kamar.
“Ini, Tuan, kunci kamar yang Anda pesan,” ujar pelayan, memberikan dua kartu kunci pada Zayn.
“Iya, terima kasih,” sahut Zayn datar.
Setelah pelayan pergi, Zayn memberikan satu kartu kunci kamar pada Nasya. Lagi-lagi, Nasya dibuat heran dengan sikap Zayn yang seperti itu.
“Ini kunci kamarmu. Kita akan tidur di kamar terpisah. Istirahatlah. Nanti malam, jam tujuh, kita akan ada pertemuan di restoran.”
Nasya masih diam terpaku, sedangkan Zayn melangkah memasuki kamarnya tanpa menunggu jawaban dari sang istri. Bahkan, sampai pintu kamar Zayn tertutup, Nasya masih terdiam. Lamunan Nasya seketika buyar saat ponsel yang berada di dalam tas miliknya berdering. Ia segera merogoh tas selempangnya untuk melihat siapa yang menelpon.
“Assalamualaikum...”
“Waalaikumsalam... Hey, pengantin baru! Gimana nih kabarnya? Mentang-mentang sudah jadi bos, lupa sama aku,” ternyata Rani-lah yang menghubungi Nasya.
Nasya yang mendengar ucapan Rani hanya tersenyum menunduk lalu membuka pintu masuk ke dalam kamar hotelnya. Ia tidak tahu bahwa kedua pengantin itu sedang bermain drama petak umpet di Bogor hanya karena tidak ingin berbulan madu di Paris.
“Alhamdulillah aku baik, Ran. Kamu gimana? Kerjaan lancar, kan?” balas Nasya, mengalihkan pembicaraan.
“Yaa... Semua terkendali berkat Yuda. Kalau tanpa dia, mungkin sudah botak kepalaku. Ha... ha... ha...”
Mereka berdua mengobrol dan bercanda, saling melepas rindu sebagai sahabat. Sedangkan Zayn, yang saat ini berada di dalam kamar hotel, terlihat sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit.
“Huuuft... Apa aku menyakitinya kalau tidur di kamar terpisah? Tapi... ah, sudah lah. Aku hanya tidak ingin terlalu dekat. Aku takut semakin menyakiti Nasya kalau memberikan harapan palsu padanya.”
Tak mau ambil pusing, Zayn yang nampak lelah perlahan memejamkan matanya. Tak membutuhkan waktu lama, Zayn kini telah pergi bersama mimpi indahnya.
...****************...