"Aduh.... sakit woi! turun ga kamu!" ucap seorang gadis cantik dengan pakaian sederhana dan tingkah yang bar bar nya, menghadang seorang pengendara motor yang baru saja menyerempet nya hingga jatuh ke sawah.
"Sorry." ucap seorang pria dengan wajah yang tertutup helm mahal, dan mengeluarkan suara yang membuat gadis itu tertegun.
wajah nya yang kotor, akibat terjatuh di sawah, membuat nya seakan lupa, bahwa dia baru saja di senggol oleh orang di depan nya. tapi gadis itu malah melamun dan tak sadar untuk bersikap tegas.
Pria itu menatap heran, dan langsung pergi tanpa berkat apa apa lagi, sepertinya memang pria itu memiliki urusan yang lebih penting saat itu.
"Aisshh, dasar goblok, apa yang kamu pikirkan Selin, dia yang nabrak kamu, malah dia yang pergi. woi, liat ya kalau kamu balik lagi, tak cincang kamu jadi gulai!" pekik nya yang mencak mencak seperti seekor monyet. untung saja kondisi di sawah begitu sepi, dan kebetulan saat itu tengah hari, jadi aman tak membuat Selina malu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.1
Selina permata pangestu, atau yang sering dipanggil Selina. Merupakan anak dari Naina Wijayanti dan Dimas Raden Pangestu. Terlahir dari keluarga yang berkecukupan, membuat nya begitu beruntung. apalagi kedua orang tua nya, begitu menyayangi nya. tapi setiap hari, Selina dan juga Buna selalu saja ribut dengan hal hal yang sepele. karena memang Selina ini nakal, dan suka sekali membuat Buna nya naik darah. Tapi gadis itu tak pernah pernah bosen dengan kemarahan Buna nya itu.
"Selina! angkat pakaian nya, hari udah mau hujan!" teriak sang buna yang berkacak pinggang layaknya seperti ibu ibu tiri yang kejam.
"Iya Buna, bentar lagi ya." teriak Selina dengan suara cempreng nya.
Wajah Buna langsung melotot tajam, dan langsung mengambil sapu kecil yang biasa dia lakukan saat kasur atau sofa terkena debu. sambil berkacak pinggang, beliau berjalan menuju ke kamar anak gadis yang pemalas itu. udah sore, bukannya mandi, tapi masih aja berada di kamar. Punya anak gadis membuat nya benar benar harus banyak banyak bersabar menghadapi duplikat diri nya sendiri.
"Cklek.... Bagus, disuruh bukannya langsung bergerak, malah diam di kamar kayak Ayam kamu ya. Cepat bergerak,atau Buna buang koleksi koleksi novel kamu dan Poto Poto koplo itu." ucap Buna dengan wajah tajam nya.
"Heheh, iya Buna yang cantik, hamba akan melaksanakan titah yang mulia ratu. Tapi pwiss, itu sapu nya di turunkan dulu ya, hehe. Takut Buna." ucap nya dengan wajah cemberut lucu. sudah pasti selina ketar ketir mengahadapi sang buna yang galak bila sudah marah itu.
"Makanya kalau Buna suruh, itu cepat gerak. Mau Buna adukan sama ayah mu itu?"
"heheh, engga Buna, kan Buna sayang sama Selin, ayah ga boleh tau ya, nanti uang jajan Selin di potong." bujuk rayu selina agar Buna nya itu tak memberitahu sang kepala keluarga.
"Makanya jangan bandel jadi anak. Nurut kata orang tua. Udah sana kerjakan tugas kamu. Buna mau masak dulu, ayah pasti cape nanti pas pulang kerja."
"okey Buna sayang."
"Cup." sebelum melaksanakan tugas nya, Selin mencium pipi Buna nya dengan penuh kelembutan. bahkan dia tertawa kecil, saat wajah Buna terlihat seram saat marah tadi.
Sejak kecil, memang Selina begitu nakal. Tapi mau senakal apapun selin, tetap saja buna dan ayah nya begitu menyayangi nya. Apalagi selina merupakan anak satu satunya yang dia cintai.
terlahir sebagai keluarga harmonis, membuat Selina begitu menyayangi keluarga nya. walapun Buna nya galak, tapi tetap saja dia menyayangi wanita yang telah melahirkan nya itu
"Ayah pulang!" pekik seorang pria yang kelihatan lebih matang pulang dengan membawa sesuatu dia tangan nya.
Dimas Raden Pangestu, ayah nya Selina yang begitu lembut dan juga menyayangi anak dan istrinya itu. Pria itu terkenal dengan sifat tegas dan juga ramah nya. Dimas, atau yang sering Selina sebut dengan ayah dimdim selalu memanjakan Selina dengan penuh kasih sayang. Kadang Buna saja sampai cemburu melihat suaminya itu malah begitu memanjakan anak ya sendiri. buna memang melahirkan saingan nya sendiri, merebut semua perhatian dari ayah dimdim.
"Yey....ayah, akhirnya pulang juga. Ayo ayah duduk dulu. Buna tadi ke tempat mbah uty." Selina akan selalu menjadi gadis kecil di mata Dimas. Walapun usia gadis itu sudah 21 tahun, tapi Selina tidak diperbolehkan bekerja di luar kota. jadinya gadis itu hanya sibuk membuat konten, dan hasil nya cukup membuat Selina bisa membantu perekonomian keluarga.
Ayah dimdim, bekerja sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit di desa teluk kerang ini. Di desa teluk kerang ini lah, Selin di lahirkan dengan penuh cinta dari keluarga nya itu.
"Udah makan nduk?" tanya Dimas sambil mengelus rambut anak perempuan nya itu.
"Udah ayah, tadi Buna masak tempe mendoan, lauk nya sambil terasi. Dan ada ayam goreng juga. Pokoknya mantab soll." pekik nya dengan nada manja kepada ayah nya.
"Wah, kalau udah masakan Buna, ayah juga ga bisa nolak nya nduk. Enak banget masakan Buna kamu itu. oh ya, buna di tempat Mbah uty ya nduk?"
"Iya ayah, nganterin lauk nya kesana. Kasihan mbah uty ga masak tadi. Paling ngerumpi dulu sama bulek ida." ucap Selin sambil terkekeh kecil.
"Dasar nakal, ini untuk anak ayah. ayah belikan siomay tadi tempat langganan mu nduk. Ayah mandi dulu, Udah gerah rasanya."
"Okey captain. selin akan makan siomay dengan lahap." kekeh gadis itu sambil membuka plastik siomay kesukaan nya itu.
walaupun Selina sering berada di rumah aja, tapi gadis itu sebenarnya bukan pengangguran. gadis itu saat ini hanya menjadi seorang selebgram kampung saja. dengan konten konten yang sering selin upload, beberapa ribu orang menyukai konten gadis itu. Walapun belum terlalu terkenal, tapi para ibu ibu di desa teluk kerang ini, Suka dengan konten konten milik Selin. Hanya ada satu orang saja yang suka berkomentar pedas, dan selalu iri dengan gadis itu yaitu Windi. Anaknya kepala desa teluk kerang yang tak suka dengan gadis seperti selin.
"Norak banget konten nya. cih." decak nya dengan kesal. dari dulu memang Windi tak menyukai Selin. karena selain menjadi primadona kampung teluk kerang, Selin juga begitu di cintai orang orang terdekat nya.
Windi selalu iri dengan pencapaian gadis itu. Windi selalu menyombongkan dirinya, bahwa dia lebih baik dari Selin, di hadapan para gadis di desa ini.
"Papa, beli mobil baru dong pah." ucap Windi yang merengek kepada ayah nya itu.
"Kamu enak aja bilang mobil baru segala, kita ini hidup di kampung ya jangan banyak gaya toh nduk. Apalagi papa kan cuman kepala desa, gaji nya ya kecil."
"Mas, sekali kali turuti dong kemauan nya Windi. mama juga pengen punya mobil baru, liat tuh istrinya Dimas. Dia aja punya mobil baru juga. walapun suaminya dokter kampung di rumah sakit teluk kerang itu." decak Marni yang juga iri dengan kehidupan nya keluarga Selin.
"Ya Allah mah, jangan disamakan dong dengan papa. Kamu liat keluarga nya saja orang yang berkecukupan. suami nya dokter, istrinya tukang catering. Anaknya aja selebgram. Ya beda dong dengan kita. lihat anakmu, disuruh kuliah aja sering cuti. padahal masuk nya juga mahal kan!" decak pak Tarno dengan geram melihat tingkah istri dan anak nya
"Kok jadi mama, yang di salahkan?"
"udah mah, papa! Kok jadi ribut sih. Udah ah, Windi mau pergi dulu Malam mingguan."
Huft.... tarikan dan hembusan nafas nya, membuat pak Tarno harus banyak banyak bersabar menghadapi istri dan tingkah anak nya itu. Tapi beliau juga selalu menasehati keluarga nya, agar tidak terlalu mengikuti jaman modern yang semakin berkembang, seperti orang orang di kota.