"Daripada ukhti dijadikan istri kedua, lebih baik ukhti menjadi istriku saja. Aku akan memberimu kebebasan."
"Tapi aku cacat. Aku tidak bisa mendengar tanpa alat bantu."
"Tenang saja, aku juga akan membuamu mendengar seluruh isi dunia ini lagi, tanpa bantuan alat itu."
Syifa tak menyangka dia bertemu dengan Sadewa saat berusaha kabur dari pernikahannya dengan Ustaz Rayyan, yang menjadikannya istri kedua. Hatinya tergerak menerima lamaran Sadewa yang tiba-tiba itu. Tanpa tahu bagaimana hidup Sadewa dan siapa dia. Apakah dia akan bahagia setelah menikah dengan Sadewa atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Begitu pintu terbuka, Sadewa melihat Syifa yang tengah menunggunya. Tanpa banyak kata, Syifa melangkah pelan menghampirinya. Dia tersenyum kecil, lalu meraih tangan Sadewa dan menciumnya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. Setelah itu, dia mengambil alih tas kerja dari tangan suaminya.
Sadewa tersenyum dan membalas dengan kecupan di kening Syifa. “Kamu belum tidur?” tanyanya Sadewa.
“Aku belum mengantuk. Mas Dewa sudah makan?” tanya Syifa sambil berjalan beriringan ke kamar.
“Belum.” Jawaban itu meluncur pelan dari mulut Sadewa, namun matanya tak berhenti menatap Syifa yang sibuk melepas jasnya dengan lembut, lalu menarik dasi dari lehernya dengan hati-hati. “Tapi kamu jangan biasakan nungguin aku. Kalau lapar, langsung makan saja.”
“Iya, Mas. Tapi malam ini aku memang ingin makan bareng Mas Dewa,” jawab Syifa.
Sadewa tertawa kecil, lalu dia menarik Syifa ke dalam dekapannya, memeluknya erat seolah melepas segala penat yang dia bawa dari luar. Dia menempelkan bibirnya ke pipi Syifa, menciumnya berulang kali dengan lembut.
“Seketika semua capekku hilang lihat kamu begini,” gumamnya. “Dan aku juga senang... kamu tidak bertanya soal kerjaan atau masalah kantor. Rasanya benar-benar seperti pulang ke tempat yang damai.”
Syifa menatapnya sambil membelai pipi suaminya. “Karena aku tidak ingin Mas Dewa terus memikirkan pekerjaan. Tapi kalau Mas Dewa butuh cerita, butuh teman diskusi, aku siap mendengarnya.”
Pelukan Sadewa justru semakin erat. Dia menunduk dan mencium bibir Syifa dengan perlahan, ciuman yang dalam dan sarat akan rasa. Gejolak dalam dirinya yang sempat diredam kembali bangkit oleh kehangatan tubuh perempuan yang dia cintai ini.
Syifa menarik diri pelan dengan napas sedikit tersengal. “Mas... mandi dulu, terus makan ya.”
Sadewa akhirnya mengalah, melepas pelukannya meski enggan. Sebelum benar-benar masuk kamar mandi, dia mencondongkan tubuhnya ke telinga Syifa dan berbisik nakal, “Setelah makan, aku akan memakanmu.”
Syifa tak berkata apa-apa. Dia hanya tersenyum kecil dengan pipinya yang memerah. Setelah Sadewa masuk ke dalam kamar mandi, Syifa berjalan ke lemari pakaian, menyiapkan baju ganti untuk suaminya. Dia letakkan baju itu di atas ranjang dengan rapi, lalu melangkah keluar kamar menuju dapur.
Di dapur, dia mulai memanaskan sup ayam yang tadi sudah disiapkan pelayan. Dia menata lauk-pauk, menuangkan teh hangat ke dalam dua cangkir, lalu mengatur meja makan dengan nuansa makan malam yang romantis.
...***...
Setelah makan malam yang dipenuhi canda dan percakapan hangat, Sadewa dan Syifa kembali ke kamar dengan langkah pelan. Malam sudah larut, dan udara mulai terasa dingin.
Sadewa mematikan lampu kamar, menyisakan cahaya temaram dari lampu tidur di sudut ruangan. Dia menarik selimut, lalu memeluk Syifa dari belakang. Tubuhnya menempel hangat pada tubuh istrinya.
“Syifa...” bisik Sadewa di dekat telinganya.
Syifa membalikkan tubuhnya perlahan, menatap wajah suaminya dalam cahaya redup. “Iya, Mas?”
Sadewa tak menjawab. Dia hanya menatap dalam, lalu menunduk dan mencium bibir Syifa dengan lembut. Ciuman yang awalnya pelan itu perlahan berubah menjadi lebih dalam dan penuh perasaan. Tangannya membelai pipi Syifa, sementara jari-jarinya yang lain menggenggam erat tangan Syifa seakan tak ingin melepas.
Syifa tak menolak. Dia membalas ciuman suaminya dengan penuh kehangatan. Malam itu kembali menjadi milik mereka berdua.
Keheningan malam itu dipecah oleh detak jantung dan napas mereka yang memburu, Sadewa dan Syifa membiarkan cinta bicara melalui setiap sentuhan dan bisikan lembut. Mereka kembali larut dalam kebersamaan yang tenang dan penuh hasrat, menikmati malam yang panjang tanpa gangguan dunia luar.
Setelahnya, tubuh mereka saling bersandar dan saling menenangkan. Sadewa kembali memeluk Syifa dari belakang, kepalanya bertumpu pada bahu istrinya.
“Aku bersyukur memiliki kamu dalam hidupku,” ucap Sadewa pelan.
Syifa menggenggam tangan Sadewa di pinggangnya. "Aku juga sangat bersyukur. Sekarang, aku sudah mempunyai tujuan hidup.”
Perlahan, napas mereka menyatu dalam irama yang sama. Dalam pelukan satu sama lain, mereka pun terlelap.
...***...
Setelah selesai menunaikan salat Subuh berjamaah, Syifa melipat sajadahnya. Sedangkan Sadewa kini duduk di sofa, masih mengenakan sarung dan kaus lengan panjang, namun tatapannya tajam tertuju ke layar ponsel di tangannya.
Syifa memperhatikannya dan merasakan gelombang gelisah yang terpancar dari wajah suaminya. Kemudian dia berjalan mendekat.
"Mas..." ucap Syifa pelan. "Ada apa?"
Sadewa tak langsung menjawab. Dia hanya menoleh sekilas, matanya tampak berat menatap Syifa.
Syifa duduk di sampingnya dan ikut mengintip layar ponsel itu. Di sana, sebuah portal berita online menampilkan judul mencolok dengan huruf kapital:
"GAGAL JAGA STANDAR! DI TENGAH KASUS ALERGEN, CEO RADEMA FOODS TERTANGKAP HABISKAN MALAM PANAS DENGAN SEKRETARIS PRIBADINYA!"
Tepat di bawah judul, terpampang foto Sadewa tengah memeluk Lina. Momen itu sebenarnya hanya terjadi karena Lina terpeleset di jalanan depan rumah Melinda, namun sudut pengambilan gambar menyuguhkan kesan yang jauh lebih intim dan ambigu.
"Apa ini?"
harus di ajak ngopi² cantik dulu si Lina nih😳😳😳
musuh nya blm selesai semua..
tambah runyam...🧐
mungkin kah korban itu sebuah jebakan🤔🤔🤔