Sequel Terpaksa Menikahi Tuan Posesif
IG : @nafasal8
Season 1
Damian harus merasakan kekecewaan yang mendalam, karena sang tunangan diam-diam berselingkuh darinya. Ia terpaksa harus memutuskan pertunangannya secara sepihak.
Jebakan yang direncanakan oleh Arra, ternyata menjadi pertemuan pertama untuk Damian dan Sarah. Lantas bagaimana cara Damian untuk menaklukkan hati Sarah.
Bagaimana perjuangan Damian untuk mendapatkan hati sang pujaan hati, berhasilkah atau Sarah malah berbalik arah dari Damian?
Season 2
Rencana konyol Davian untuk menjadikan Linanda sebagai kekasih settingan ternyata berujung pada keputusan Oma yang ingin menikahkan mereka dalam waktu dekat.
Bagaimana kisah Davian dan Lin dalam menghadapi rencana Oma? Apakah mereka akan bersatu dalam ikatan suci? Atau mengungkap semua dan mengaku pada keluarga besar mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26. Jangan Takut
Laporan yang disampaikan oleh Ben saat perjalanan pulang dari rumah Sarah, membuat fokus pria yang memiliki tinggi 183 cm itu terpecah. Kebenaran yang di ungkap oleh Satya pasca kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah-nya, membuat Damian harus berpikir keras kali ini. Suara Ben bahkan seolah rekaman yang diputar berulang kali di ingatannya.
Pandangan Damian terfokus pada jalan yang kini ia lewati, malam ini ia ingin menjemput Sarah seorang diri. Tapi Ben tetap menjalankan prosedur keselamatan Tuan Muda, empat bodyguard sudah berada di belakang mobil Damian. Mengikuti kemanapun mobil Tuan Muda mereka melaju.
🍁🍁🍁
Damian memarkir Lamborghini Aventandor hitam nya di sebrang jalan, di ikuti dengan dua mobil bodyguard nya. Tentu saja hal itu menarik perhatian warga sekitar, mereka yang penasaran pun segera mendekat. Namun, ke empat bodyguard yang berbadan kekar dan minim ekspresi itu segera membentuk pertahanan untuk sang Tuan Muda mereka.
Pria tampan itu segera mengetuk pintu rumah Sarah dan tak menunggu lama. Seorang gadis cantik dengan dibalut dress berwarna putih lengan panjang dengan model kerah Mock Turtleneck yang menutupi sebagian lehernya itu mampu menyihir Damian.
Pria itu tampak bergeming sesaat menikmati pemandangan indah di hadapannya, Sarah merasa tak nyaman dengan tatapan yang ditujukan untuknya.
Gadis itu tampak canggung, tangan nya mencoba membenarkan busana yang ia kenakan.
"Maaf jika saya terlihat aneh, tapi hanya baju ini yang menurut Ibu pantas untuk saya kenakan," terang Sarah dengan pandangan menunduk.
Damian seolah mengingat sesuatu, Ben sepertinya lupa menjalankan perintahnya karena terlalu fokus dengan kebenaran yang mulai menemui titik terang itu.
"Maaf, aku melupakan sesuatu penting untuk mu. Harusnya tadi aku mengirim baju untuk mu," ucap Damian.
"Bukan ... bukan seperti itu Tuan, saya tidak bermaksud demikian. Dan saya tidak pernah meminta Tuan untuk mengirim baju untuk saya. Itu bahkan terlalu berlebihan menurut saya, hanya saja jika ini terlalu memalukan. Apa kita bisa menundanya Tuan, mungkin sampai baju yang Tuan berikan waktu itu kering. Karena sekarang baju nya masih saya cuci," kilah Sarah.
Semoga Tuan Damian berubah pikiran karena melihatku memakai baju yang kurang pantas ini. Aku benar-benar belum siap Ya Tuhan.
Namun, Damian malah tersenyum mendengar kepolosan gadis di hadapannya itu.
"Kamu pikir kita sedang mengikuti lomba fashion apa? Jangan menjadikan keadaanmu sebagai alasan, itu tak akan berlaku untukku. Apapun yang kamu kenakan, tak mengurangi ketertarikan ku padamu."
Sarah tersipu, ucapan Damian sudah membuatnya kelimpungan. Ia segera menundukkan kepala untuk menyembunyikan raut wajahnya yang ia yakini saat ini sudah bersemu merah. Pria di hadapannya ini benar-benar mampu membuatnya panas dingin, meskipun sikap menyebalkan nya belum seratus persen menghilang. Tapi Sarah juga tak bisa memungkiri ada perasaan lain di hatinya yang belum ia sadari.
"Ibu dimana?" tanya Damian sambil melihat ke arah dalam rumahnya.
"I-ibu sedang membantu acara hajatan di tetangga sebelah Tuan, beliau hanya menitipkan salam kepada Tuan," ucapnya masih dengan wajah menunduk.
"Baiklah, kalau begitu. Ayo kita pergi sekarang." Damian segera meraih jemari Sarah dan menautkan dengan jemarinya.
Sentuhan tangan mereka membuat darah Sarah berdesir, detak jantungnya seperti lari marathon. Berdegup tak karuan.
Mereka berdua berjalan melewati barisan para warga yang sedari tadi sudah penasaran dengan Tuan Muda tampan itu. Desas desus kembali terdengar, Sarah hanya bisa menundukkan kepala.
Namun, tiba-tiba Damian memutar tubuhnya. Gerakan nya yang berhenti secara mendadak membuat gadis itu harus menabrak dada Damian.
"Ma-maaf Tuan," ucap Sarah. Ia terpaksa harus mendongakkan kepala karena bingung dengan sikap Damian saat ini.
Damian mengalihkan perhatiannya pada barisan warga yang kebanyakan adalah ibu-ibu. Suasana hening sesaat sampai akhirnya Damian berkata dengan nada suara lantang dan tegas.
"Apa kalian semua begitu tertarik dengan kehidupan Sarah, sampai kalian dengan tak tahu malunya berdiri disini dan berasumsi hanya dengan berdasarkan apa yang kalian lihat saja tanpa tahu kebenaran yang sesungguhnya." Damian terlihat begitu geram sekali.
"Jangan membicarakan apapun tentang Sarah di belakangku, dia adalah calon istriku. Jadi jika sampai aku mendengar sesuatu yang tak menyenangkan tentang berita Sarah. Kalian akan berhadapan langsung denganku, dan tentu tak ada ampun untuk siapa saja yang mengusik ketenangan keluarga calon istriku," ucapnya tegas.
Laporan Agus selama ini ternyata sudah ia buktikan sendiri malam ini. Namun, ia tak habis pikir. Apa keuntungan mereka dengan menyebar gosip yang tidak bermutu itu, apa mereka akan jadi kaya? Atau mereka akan mendadak terkenal? Tentu saja tidak, mereka hanya sekumpulan para warga yang tidak puas dengan kehidupan mereka dan akhirnya memilih untuk menjatuhkan orang lain untuk kepuasan diri mereka. Karena mereka tak bisa mencapai sesuatu seperti orang yang mereka gosip kan.
Gertakan Damian sepertinya berhasil, beberapa kumpulan yang di dominasi kaum perempuan itu akhirnya membubarkan diri mereka. Dan yang paling menakjubkan lagi, mereka seolah mengunci rapat mulut mereka.
Sarah menatap Damian dengan pandangan antara takjub dan tak percaya.
"Kenapa? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta kepadaku?" tanya Damian dengan pandangan lembut ke arah Sarah.
Sarah segera mengalihkan pandangan nya, ia tak menghiraukan pertanyaan Damian. Pria itu mengulas senyum, lalu berbalik badan dan masuk ke dalam mobil yang pintunya terlebih dahulu dibuka oleh bodyguard nya.
Sarah membenarkan posisi duduknya, ia seolah teringat sesuatu. Ia buru-buru menarik seat belt nya, sebelum pria itu melakukannya untuk nya. Ekor mata Damian mengikuti gerak gerik gadis itu, senyum kembali tersemat di wajah tampannya.
🍁🍁🍁
Keheningan tercipta selama dua puluh menit perjalanan mereka, dan akhirnya Sarah mencoba untuk angkat suara.
"Tuan boleh saya bertanya?"
"Hmm ...." Pandangan Damian masih tetap fokus pada kemudinya.
"Tapi sayangnya aku tak akan menjawab pertanyaan mu," ucap Damian datar.
Sarah mengerutkan keningnya seraya berkata, "Kenapa memangnya Tuan?"
"Jika kamu masih formal seperti ini, aku tak akan mau berbicara denganmu lagi," tegas Damian.
"Apa?"
"Mulai saat ini, panggil aku dengan panggilan sayang. Belajarlah mulai sekarang. Dan satu lagi jangan memanggilku dengan sebutan Tuan, karena aku bukan Tuan mu. Tapi calon suamimu, mengerti!"
Sarah terdiam, ia tak segera menyahuti ucapan pria di sampingnya itu.
"Kenapa diam? Baiklah kalau kamu tidak mau, aku akan mempercepat pernikahan kita."
Sarah segera mengalihkan pandangannya, ia menatap wajah Damian dengan wajah kesal.
"Kenapa Tuan selalu seenaknya begitu? Apa aku hanya seperti mainan yang bisa seenaknya Tuan mainkan?" protes Sarah.
Damian tersenyum samar.
"Tidak ... siapa bilang?" jawab Damian santai.
"Aku hanya melatih mu untuk menjadi istri penurut, itu saja!" imbuhnya.
"Tuan ...." teriak Sarah.
"Panggil aku sayang, oke!"
"Aku tak bisa," desis Sarah.
"Makanya biar kamu bisa, mulai sekarang latihan. Sayang ... sayang ... sayang, mudah kan?"
"Tidak semudah itu Tuan, ini semua adalah hal baru bagiku. Semuanya begitu sulit untukku, bahkan kehadiran Tuan yang tiba-tiba membuatku sulit untuk menerimanya," pekik Sarah. Ia seolah terbawa perasaannya, ia tak lagi malu mengungkapkan perasaannya di hadapan Damian.
Damian menatap wajah Sarah sekilas, mendengar bahwa ia adalah pria pertama yang datang dalam kehidupan gadis itu membuat rasa ingin memilikinya semakin kuat dari sebelumnya.
Tangan Damian mencoba meraih tangan Sarah yang berada di pangkuannnya, ia lalu meremas pelan kemudian mengelus nya. Sarah seperti tersengat aliran listrik bertegangan tinggi, tubuhnya seketika membeku.
"Sebentar lagi kamu akan terbiasa, kamu hanya perlu selalu bersamaku agar kamu lebih mudah untuk jatuh cinta kepadaku," ucap Damian seraya tersenyum menyeringai.
Lagi-lagi Sarah harus mengalihkan pandangannya ke samping kiri untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya, perlakuan Damian sudah membuatnya tak bisa menguasai perasaan nya saat ini.
Dan tanpa Sarah sadari, Damian sudah berada di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi. Menunggu beberapa saat sampai kemudian gerbang itu terbuka dengan sendirinya.
Sarah tampak terperangah dengan bangunan yang di hadapannya itu, sebuah halaman yang sangat luas dengan bangunan rumah mewah bergaya modern tampak berdiri kokoh.
Gadis itu menelan saliva nya dengan susah payah, ia tak bisa membayangkan seberapa kaya pria yang sudah melamarnya itu. Sampai akhirnya ia dihadapkan dengan bangunan megah nan indah ini, nyalinya semakin menciut tatkala membayangkan bagaimana keluarga pria yang duduk di depan kemudi itu.
Berbagai macam pertanyaan mulai muncul di kepalanya. Damian seolah tahu yang dipikirkan Sarah, pria itu kembali meremas jemari Sarah.
"Jangan takut, aku yakin Mama dan Papa akan menyukaimu. Sama sepertiku yang sangat menyukaimu."
Sarah tersenyum samar seraya menyembunyikan gejolak di hatinya yang di akibatkan perlakuan Damian terhadap nya.
Bersambung ....
.
.
.
.
.
Mampir juga ke novel super keren by kakak online author ya 😍👍🏻
.