LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Maudy menggulir ponselnya pelan, pandangannya terpaku pada sebuah akun Instagram dengan nama Rayna_. Tak ada banyak postingan, hanya ada beberapa postingan dan satu sorotan.
Maudy menatap Alice yang duduk di depannya. "Rayna Alifia."
"Tinggal di Bekasi?" tanya Alice dan dibalas anggukan oleh Maudy.
Alice mengerutkan keningnya. "Ko Rion bisa kenal?"
Maudy memberikan ponselnya kepada Alice. Membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit turun. "Mana gua tau!"
"Pantesan aja dia waktu itu bilang baru pulang dari Bekasi... ternyata ketemu ceweknya," ucap Maudy mengingat-ingat lagi saat pertama kali bertemu dengan Rion.
Alice memberikan kembali ponsel milik Maudy—sedikit melemparkannya. "Kenapa penampilannya kaya bocah sih! Sejak kapan selera Rion begini?"
Maudy mengerucutkan bibirnya. "Selera orang bisa berubah kali!"
Alice menyandarkan punggungnya di sandaran kursi taman. Sore hari ini cuaca sedang bersahabat, Alice dan Maudy sengaja bertemu di sebuah taman yang masih berada dalam kawasan rumahnya. Mereka memang sudah dekat sejak kecil, kedua orang tua mereka saling mengenal. Itulah mengapa Alice dan Maudy masih berteman sampai sekarang.
"Gua gak nyangka Rion bisa bahagia...," Alice menghela napas panjang. "tapi bukan sama gua."
"Ya salah lo sendiri!"
"Gua kangen banget sama Rion," gumam Alice dengan nada penuh penyesalan.
Rion menyeka hidungnya dengan tisu yang sudah lecek di tangannya, wajahnya mengerut pelan.
"Haciiuu!" Untuk ketiga kalinya hari itu, ia bersin lagi. Kepalanya sedikit terhentak ke depan, membuat temannya, Faisal mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Lo sakit, Yon?" tanya Faisal, menaikkan alisnya.
Rion menggeleng sambil mendesah. "Enggak, tapi gak tau kenapa dari tadi bersin terus."
"Wah… berarti ada yang ngomongin lo tuh," sahut Radit sambil terkekeh. "Biasanya sih... cewek!" Radit mengangkat satu alisnya.
Rion tertawa tipis, tapi refleks tangannya kembali menyeka hidung. Lelah juga bersin terus-menerus.
"Kali ini gua setuju, mitosnya emang kaya gitu Yon." Faisal mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui.
Rion mengernyit, mencoba menebak siapa. Tapi pikirannya justru melayang ke dua sosok yang sangat berbeda Rayna—yang mungkin sedang sibuk di tempatnya kerja, dan… Alice yang semalam berhasil menguasai seluruh pikirannya.
"Kayanya gua tau deh siapa yang ngomongin lo." kedua mata Radit memicing—menatap Rion penuh curiga. "jangan-jangan Alice yang ngomongin lo."
Rion tersenyum kecut. "Kalau dia yang ngomongin, berarti bukan gosip bagus."
Mereka tertawa kecil, namun ada sesuatu di balik nada suara Rion—sedikit getir, sedikit gelisah.
"Udahlah Yon, daripada lo mikirin Alice—mending mikirin Rayna yang jelas sekarang jadi pacar lo." Faisal menepuk pundak Rion beberapa kali, mencegah Rion kembali terjebak ke dalam ilusi masa lalunya.
Rion mengangguk, walau dalam hatinya, ia tahu... kadang, bersin memang cuma refleks tubuh. Tapi kadang, bisa jadi semesta sedang kasih sinyal.
Faisal tersentak, mengingat tentang Alice yang mengirim pesan kepada Rion. "Tapi nomer Alice lo hapus kan?"
Rion meneguk ludahnya, ia belum sempat memblokir nomor Alice—atau pun menghapusnya. Tapi ia juga tak membalas satu pesan pun kepada Alice.
"Jangan bilang lo sengaja nyimpen nomer dia?" tanya Radit kali ini.
Dengan cepat Rion menggeleng. "Enggak, cuma gak gua blokir juga."
"Kenapa?" tanya Faisal.
"Gak tau...," Rion mengusap tengkuknya. "gua masih susah aja."
"Gila lo! Udah empat tahun yang lalu loh, lo putus dari Alice." Faisal mengingatkan dengan sedikit membentak. Rion mengakhiri hubungan dengan Alice di tahun terakhir SMA. Saat itu usianya masih tujuh belas tahun, masih menikmati cinta dalam lingkungan sekolah.
"Gua beneran gak punya rasa lagi sama Alice, gua cuma pengen hubungan persahabatan kita baik-baik aja."
Radit menatap Rion dengan galak. "Gua gak setuju! Kalo sekarang lo deket sama Alice—selingkuh namanya."
Radit menyentuh kening Rion, memastikan bahwa Rion tidak sedang mengigau. Atau mungkin saja ia baru saja terbentur meja—membuatnya tak bisa berpikir jernih.
Rion menepis kasar tangan Radit. "Naon sih!"
Radit membusungkan dadanya, bertingkah sombong. "Nih ya, contoh gua Yon. Setia sama Anita."
"Iya lo setia, tapi Anita yang gak mau."
Percakapan mereka diakhiri dengan tawa dari Rion dan Faisal. Puas bisa mengejek Radit karena hubungannya yang selalu bertepuk sebelah tangan. Harus diakui jika mental Radit tak bisa diragukan.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?