Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
"Saya bisa sendiri. Kamu tidak perlu repot-repot lagi." Ucap Gus Fauzan, menolak saat Hanum ingin menyuapi dirinya kembali.
Hanum menghela nafasnya kasar. "Ummi, Abi dan Ramiah sedang tidak ada di rumah, mas. Mereka pergi ke Jogja tiba-tiba tadi pagi. Jadi, kalau bukan aku yang membantu kamu siapa lagi?"
"Tapi saya sudah bisa sendiri, Hanum. Sudah, kamu urus saja urusan kamu, jangan urusin urusan saya lagi." Kata Gus Fauzan, lalu berusaha keras meraih piring dan mencoba makan sendiri. Dirinya tak mau terlalu tergantung pada istrinya yang akan membuatnya merasa terus bersalah karena perlakuanya pada Hanum.
Hanum tak mempermasalahkan itu, membiarkan saja suaminya itu makan sendiri.
Sampai beberapa menit kemudian, Gus Fauzan selesai makan. Dirinya meletakkan piring kosong itu di atas meja sana.
"Minum obatnya mas." Hanum menyodorkan satu butir obat pada Gus Fauzan. Tanpa penolakan, Gus Fauzan meraih obat itu lalu menenggaknya dengan air yang di berikan oleh Hanum.
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar, tubuhnya sedikit lebih baik dari sebelumnya.
"Kalau ada perlu, panggil saja saya." Ucap Hanum, dan berlalu pergi dari hadapan suaminya.
Gus Fauzan menatap punggung Hanum dengan tatapan yang sulit di artikan.
*
*
Hanum yang akan masuk ke dalam kamar itu terpaku saat mendengar suara suaminya.
"Ya, kamu selidiki semuanya, saya mau semuanya jelas. Dan masalah Arfira, itu urusan saya, saya yang akan mengatakan semuanya sama dia, kalau saya sudah menikah. Saya yakin dia pasti tidak akan marah, dia akan menerima saya, toh kita saling mencintai."
Deg
Hanum meremas hijab yang di kenakan olehnya itu dengan kencang, rasa sakitnya sungguh nyata, dan entah sampai kapan Hanum merasakan ini....
"Sudah, saya ingin istirahat dulu."
Hanum tidak mendengar suara suaminya lagi, pastinya Gus Fauzan telah selesai menghubungi seseorang itu.
Hanum langsung membuka pintu, namun dirinya di buat tersentak saat melihat Gus Fauzan yang melepaskan bajunya.
Bukan hanya Hanum saja yang kaget, Gus Fauzan juga tak kalah kagetnya. Pria itu sampai menutupi tubuh bagian atasnya yang terbuka dengan baju yang di bukanya tadi.
"Kamu?"
Hanum langsung mengalihkan pandangannya, "maaf mas, saya nggak tau kalau mas lagi buka baju. Maaf sekali lagi."
Gus Fauzan memejamkan matanya, sebelumnya sudah terbiasa membuka pakaian di dalam kamar ini, tanpa harus takut ada yang masuk, karena biasanya pasti yang masuk akan mengetuk pintu dulu. Agaknya dirinya lupa, kalau kali ini dirinya tak tinggal sendirian lagi di dalam kamar ini.
Gus Fauzan tak menanggapi perkataan Hanum, dirinya langsung ingin berjalan menuju ke kamar mandi, namun suara Hanum yang tiba-tiba membuatnya menghentikan langkahnya.
"Mas, badan kamu luka?" Pekik Hanum saat dirinya tak sengaja melihat ada goresan luka yang sedikit besar di dada bidang suaminya.
Gus Fauzan mengangguk kaku. "Iya, ini gara-gara semalam, mereka pakai kawat sampai mengenai tubuh saya." Sahut Gus Fauzan, walaupun Hanum tak tau apa maksud perkataan suaminya, dan siapa yang di sebut mereka oleh Gus Fauzan, tapi Hanum tak terlalu menanggapi itu. Dirinya tak mau terlalu banyak bertanya apa yang terjadi semalam, saat suaminya pulang larut malam dengan tubuh yang penuh luka.
Hanum berjalan tanpa menatap suaminya, dirinya langsung mengambil kotak obat dan berjalan kembali menghampiri suaminya itu.
Deg
Gus Fauzan membeku saat Hanum tiba di depannya.
"Ka-kamu mau apa?" Tanya Gus Fauzan saat jarak keduanya sudah sangat dekat.
"Maaf, mas. Saya hanya ingin membersihkan luka, mas. Saya takut nanti infeksi, karena dari semalam tidak di obati." Ucap Hanum pelan, dirinya bahkan masih bersikap baik pada suaminya, tidak peduli Gus Fauzan sudah membuat hatinya hancur.
"Tidak usah, saya–"
"Mas, sekali ini saja mas menurut. Karena ini demi kebaikan mas juga. Kalau infeksi dan parah, nanti mas sendiri yang rugi." Sela Hanum.
Gus Fauzan tak menjawab lagi, dirinya membiarkan saja Hanum membersihkan lukanya itu.
"Sssshhh, pelan-pelan." Gus Fauzan mendesis sambil menggigit bibirnya dengan kuat, sungguh lukanya perih.
"Maaf mas, saya–"
Deg
Hanum tersentak saat tangannya tiba-tiba di tarik dan di pegang oleh Gus Fauzan.
Hanum yang tadinya fokus pada luka sayatan di dada Gus Fauzan kini mendongak, matanya bertemu dengan mata hitam legam milik suaminya.
Deg
Jantung keduanya sama-sama berdegup sangat kencang, keduanya sama-sama terpaku di tempatnya.
Gus Fauzan bahkan sampai tak kedip, menatap wajah cantik Hanum. Ya cantik, Gus Fauzan mengakui itu. Dan dirinya sungguh di buat terpesona oleh wajah itu.
Hanum, tak menyangka dirinya berada di dalam jarak yang sangat dekat seperti saat sekarang ini. Hanum bahkan sampai menggigit bibirnya dengan kuat.
Sampai, beberapa menit kemudian, suara dering ponsel milik Gus Fauzan terdengar, membuat keduanya sama-sama tersentak, dan Hanum langsung melengos, memundurkan tubuhnya tapi, dirinya malah tak seimbang saat sebuah karpet bulu yang ada di bawah sana mengenai kakinya.
"Aaaa"
Sreet
Hanum memejamkan matanya, dirinya bahkan sudah pasrah jika dirinya jatuh, namun sampai beberapa detik, Hanum tak merasakan apapun, dengan perlahan Hanum membuka kedua matanya, dirinya di buat melotot saat tubuhnya sudah ada di dalam dekapan suaminya.
Gus Fauzan menolongnya.
"Dasar ceroboh" cetus Gus Fauzan, dan menegakkan tubuhnya lagi, lalu mendorong tubuh Hanum menjauhinya.
Hanum tersenyum tipis. "Maaf mas, Hanum nggak tau kalau ada karpet bulu di bawah."
Gus Fauzan mendengus, dirinya tak mengatakan apapun, tapi Gus Fauzan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Hanum yang melihat itu menatap sendu, sampai kapan suaminya akan bersikap baik padanya?
Sedangkan di dalam kamar mandinya, Gus Fauzan memegangi dadanya, jantungnya berdebar tidak karuan, berulangkali dirinya membuang nafas, tapi sama saja, jantungnya tak bisa di ajak kompromi.
"Astaghfirullah, kenapa dengan saya? Apa saya sakit?" Lalu Gus Fauzan memejamkan matanya, dan sialan, bayang-bayang wajah cantik Hanum berkeliaran di dalam kepalanya.
"Kenapa dengan saya? Kenapa saya membayangkan wajah gadis itu?" Ucap Gus Fauzan sambil meremas rambutnya dengan kencang...
*
*
Prang
"Arggh!!! Aku nggak mau... Kalau sampai Abi dan ummi tau, apalagi bang Izam tau, aku nggak tau bakalan kayak mana. Hiks hiks kenapa ini harus terjadi pada aku?" Arfira membanting semua barang-barang yang ada di atas meja riasnya sana, meluapkan semua emosi yang membelenggunya.
"Nggak! Aku nggak boleh kayak begini, sebelum terjadi kemungkinan buruk itu, aku harus segera menikah. Aku akan minta Fauzan untuk menikahi aku. Aku yakin, dia pasti mengharapkan pernikahan denganku, kemarin saja dirinya melamarku." Arfira lalu meraih ponselnya, dan sibuk mengotak-atiknya.
|Fauzan, besok kita bisa bertemu? Ada hal yang penting yang ingin saya bicarakan sama kamu|
...
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!