Jika cinta tak harus memiliki, aku rela untuk melakukannya! Biarkan aku saja yang menanggung akibatnya karena telah menjatuhkan hatiku ke padamu..
Cinta itu seperti matahari yang menyinari bumi, selalu menerangi kegelapan dan tak meminta balasan...
Mungkinkah cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan ataukah mendapat balasan?
Inilah kisahku, ikuti aku dan cerita hidupku...
Hai Sky, aku menyukaimu.. By Cloud...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angela Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C & S 27
Lima tahun yang lalu...
Sebuah kecelakaan tragis menyebabkan tiga orang kehilangan nyawa. Diduga dalam sebuah mobil yang terjungkir balik hingga menabrak pembatas jalan terdapat seorang wanita hamil, pria paruh baya dan pria berumur empat puluh tahunan, mereka tewas dalam insiden berdarah tersebut. Kecelakaan itu disebabkan oleh seseorang yang menaiki mobil menabrak mobil milik korban dalam keadaan setengah mabuk dan mengantuk.
Dan pria yang menjadi pelaku tabrakan itu adalah Marco, Papi Claudya. Pada saat itu, ia tengah diliputi perasaan takut dan terbebani oleh banyak masalah hingga lari pada minuman beralkohol hingga membuatnya hilang setengah kesadarannya, meskipun ia tak mabuk parah namun tetap saja rasa kantuk yang menyerang membuatnya harus berurusan dengan hukum dan konsekuensi apa yang telah ia lakukan hingga menghilangkan tiga nyawa sekaligus.
Kembali ke Realita....
Bukan masalah uang hingga kini dirinya terjebak di ruang pesakitan bersama para manusia yang dicap sampah masyarakat dan terkurung dengannya di balik jeruji besi. Namun ia ingin menjadi orang yang bertanggung jawab pada kesalahannya. Ditambah lagi korban yang meninggalkan banyak anggota keluarga yang pastinya belum siap kehilangan, harus merasakan apa itu ditinggalkan selama - lamanya oleh orang yang mereka sayang. Sedangkan dirinya, ia masih bisa bertemu dengan orang - orang yang ia kasihi. Perasaan bersalah lebih besar dari segalanya membayangi kehidupannya.
Marco tertunduk saat ketukan palu dari seorang hakim yang ia hormati terdengar begitu menyayat hatinya. Hukuman enam tahun masa kurungan belum sepadan dengan apa yang ia tinggalkan dalam benak anggota keluarga korban. Kehilangan orang yang mereka sayang dan tak bisa lagi mereka jumpai. Kesalahan terbodoh yang pernah Marco lakukan setelah meninggalkan anak dan istrinya demi mendapat pengakuan dari orang tuanya.
Marco terus menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia harus mabuk? Kenapa pula harus bersembunyi untuk bertemu sang putri? Bukankah lebih baik menampakkan diri di depan malaikat kecil yang selalu ia rindukan daripada sembunyi - sembunyi seperti bermain petak umpet! Sayang, yang terjadi sudah terjadi. Hanya Tuhan yang mampu membolak - balikkan perasaan dan hidup manusia. Marco hanya ingin menebus kesalahan yang telah ia perbuat. Meskipun ia punya banyak uang untuk lepas dari masalah yang ia hadapi, ia tak segila itu. Marco masih punya hati.
Goresan penuh luka itu masih terngiang di benak Marco. Pria matang itu menatap sang putri yang tengah menahan laju cairan bening dari matanya agar tak menganak sungai. Marco tahu Claudya sakit, sakit karena ditinggal olehnya tanpa pesan tanpa suara hanya karena egonya selama ini. Untuk pembuktian pada orang tua Marco yang notabene konglomerat di negara ini yang belum bisa menerima Maura dan Claudya.
Rencana untuk mempersatukan Maura dan Claudya saat itu tak mendapat restu dari orang tuanya. Tapi setelah kejadian ini dan membuatnya menjadi seorang tahanan, akhirnya orang tuanya mulai menerima dan mencari tahu keberadaan sang cucu. Namun, Maura belum mengijinkan mantan mertuanya menemui sang putri. Belum saatnya, pikir Maura. Hingga akhirnya hari ini datang juga.
Claudya berhadapan dengan sang ayah yang selama ini ia nantikan. Pria itu merasa amat bersalah dan tak berani menatap wajah putrinya. Marco menundukkan pandangannya, sejenak rasa malu menyergap. Claudya memberanikan diri mengusap pungung tangan sang ayah yang lemah di atas meja.
Marco menatap wajah sendu sang putri, kala kedua pasang mata saling bersitatap, cairan bening mereka menetes bersamaan. Rindu, sakit, kecewa jadi satu.
"Papi, aku rindu! Papi sudah melewatkan beberapa tahun pertambahan usiaku. Kapan Papi keluar dari sini?" tanya Claudya mengalihkan pembicaraan, ia tak mau tahu penyebab sang ayah berada disini. Yang ia inginkan adalah Papi segera keluar dari tempat ini. Hanya itu saja.
"Sebentar lagi, Sayang. Anak Papi sudah besar? Boleh Papi memeluk kamu?" tanya Papi sungkan.
Claudya beranjak dari kursi dan mendekati Papi, tak butuh waktu lama tangisan Claudya menggema mengisi ruangan khusus itu. Mami hanya bisa terdiam saat melihat Marco dan putri mereka berpelukan. Ia tahu Claudya menahan rasa rindu yang teramat besar pada pria itu, hingga ia memutuskan menyimak apa yang terjadi ke depan. Karena Maura yakin, sejak hari ini dapat dipastikan akan banyak pertanyaan keluar dari mulut sang putri.
🌺 🌺 🌺 🌺
Beberapa hari kemudian, Sky sudah bersiap di kamarnya. Merapikan penampilannya di depan cermin besar, apakah hari ini ia terlihat tampan atau biasa-biasa saja? Hanya ia dan Tuhan yang tahu. Senyum melengkung indah dari dua sudut bibirnya.
Lelaki dua puluh tahun itu tersenyum manis di depan cermin sembari mengedarkan pandangan dari atas sampai bawah. Siap, ayo bersenang - senang! Sengaja ia tak mau mengendarai mobilnya sendiri dan memilih pergi bersama Senja dan Surya. Karena menurutnya, hari ini bukan perayaan spesial seseorang jadi ia tak harus sendirian atau melakukan sesuatu yang berlebihan.
Tak menunggu lama, Sky duduk di depan teras rumah menanti jemputan Surya.
Tiin Tiin Tiin
Suara klakson berbunyi, binar wajah Sky tampak terlihat saat kepala Surya menyembul dari kaca jendela mobil. Lelaki itu segera menyuruh Sky untuk masuk ke dalam mobil, lalu perjalanan menuju lokasi pesta ulang tahun Bulan pun dimulai.
Hanya ingin berpesta! Itu saja, tidak ada keinginan lebih.
🌺 🌺 🌺 🌺
Tiga manusia yang terlahir memiliki awalan nama dengan huruf S tengah berjalan memasuki ballroom sebuah hotel mewah. Tempat itu menjadi lokasi perayaan pertambahan usia Bulan Maheswari, yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu dari Senja. Entahlah kesalahan apa yang terjadi di masa lalu, kini keduanya terlibat bersitegang.
Sebenarnya hanya Senja yang terlihat tak menyukai Bulan, tidak dengan Bulan. Bulan tetap berusaha baik pada Senja. Kesampingkan hubungan keduanya, kini tatapan mata Sky beralih pada seorang lelaki dengan balutan jas berwarna light grey dan bawahan dengan warna yang senada. Arjuna.
Usai menyalami dan memberikan bingkisan kecil untuk Bulan, Sky mendekati Arjuna.
"Juna!" panggil Sky.
Arjuna menoleh ke arah Sky. Lelaki itu mencoba membuang muka namun tak lagi bisa. Mau tak mau di tempat ini mereka bisa berjumpa lagi, dan Arjuna pun merasa lelah merajuk dan ngambek pada Sky. Arjuna mulai mendekati Sky dan menepuk bahu sahabatnya pelan. Dari jarak yang tak begitu jauh, Senja dan Surya mengamati interaksi keduanya, tak ingin mengganggu.
"Kamu merindukan kehadiranku ya? Aku tahu kalau aku mempunyai begitu banyak pesona. Perempuan mana yang tidak tergoda oleh pesona yang dimiliki seorang Arjuna? Hahaha," ucap Arjuna percaya diri.
"Iya, aku merindukan kekonyolanmu seperti saat ini. Ada yang hilang saat kamu nggak ada!"
"Uhuuu, kok aku ngeri ya dengar omongan kamu barusan! Horor euy," celetuk Arjuna mencoba mengalihkan suasana dan mengajak sang sahabat bercanda tawa.
"Sorry to say, aku masih normal loh ya." ucap Sky cepat. Arjuna terkekeh.
"Normal tapi kok nggak mau ngakuin perasaan kamu sama Claudya!"
"Apaan sih, Juna! Jangan bahas ini lagi!," pinta Sky. Ia tak mau membuat hubungannya dengan Arjuna kembali merenggang.
"Sky, dengar kata-kataku ya. Kalau kamu suka, mendingan kamu buruan ngomong sama Claudya. Sebelum keduluan orang, mending kamu ungkapkan sekarang juga. Demi kamu, aku rela mengalah." ucap Arjuna serius, ia berniat menyudahi perasaannya yang tak berbalas pada Claudya.
Arjuna merasa lelah, ia bukan orang yang suka memaksakan kehendak. Lebih baik ia mengalah demi orang - orang yang ia sayang. Daripada melihat orang yang ia sayang menderita. Mulai hari ini Arjuna berjanji pada dirinya sendiri untuk mendukung perasaan Sky pada Claudya.
"Aku nggak bisa!" ucap Sky serius.
Degg
Jangan salah paham! Ini bukan suara detak jantung Sky ataupun Arjuna melainkan Claudya yang sedari tadi terjebak di tempat tersembunyi tak jauh dari keberadaan Sky dan Arjuna. Bahkan dengan jelas, indera pendengaran Claudya bisa menangkap semua percakapan dua lelaki yang memiliki perasaan pada dirinya. Claudya memilih pergi mengendap-endap kembali mencari keberadaan Mami yang juga mendapat undangan pesta ulang tahun Bulan.
"Kamu nggak bisa kenapa? Kamu lebih memilih dia dimiliki oleh orang lain? Jawab aku, Sky!" tanya Arjuna tegas.
"Bukan itu, aku nggak bisa, karena aku takut nggak bisa membuat dia bahagia. Kamu tahu sendiri, aku bukan manusia yang memiliki kepekaan tingkat dewa seperti kamu," ucap Sky sedikit menyindir Arjuna.
"Itu pujian atau hinaan ya? Kok panas hati aku dengar hal barusan. Sedih hati adek, Bang!"
"Apaan sih! Nggak lucu tahu! Toh aku nggak tahu sebenarnya bagaimana perasaanku. Aku juga bingung, apa ini cinta atau hanya sekedar kagum?"
"Tanya hati kamu sendiri! Karena cuma kamu yang bisa menjawab itu semua. Gini aja, aku tanya sekarang sama kamu. Kamu marah nggak kalau lihat Claudya jalan sama temen cowoknya?"
Sky terlihat berpikir, namun tak lama kemudian ia mengangguk.
"Kamu lebih ikhlas Claudya dekat sama Raina atau sama aku?"
"Sama kamu!"
"Kok gitu?" tanya Arjuna penasaran.
"Karena kamu udah pasti ditolak sama dia. Hahaha,"
"Wah ini anak jahat bener sekarang, itu mulut pedes banget! Sakit, sakit! Pesona Arjuna hancur dan luntur!" seru Arjuna membuat Sky spontan tertawa lepas.
Senja dan Surya kemudian mendekati dua sahabatnya yang terlihat sudah berbaikan.
"Sky, kita dukung kamu deketin dan tembak Claudya! Ayo semangat, pantang mundur!" seru Surya seperti seorang cheerleader. Senja menahan tawa saat melihat tangan Surya mengepal ke udara.
🌺 🌺 🌺 🌺
sini peluk (づ ̄ ³ ̄)づ
Salam dari Clarissa ❣️
Salam dari "CLARISSA"