Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Yang Buruk Tentang Kembaran Laila
Riska diantar sopir perusahaan berkunjung ke lokasi pembangunan hunian bertype premium dan . Di sana sudah Sandy si arsitek yang mendesain hunian eksklusif yang hanya dibangun tiga puluh unit itu.
"Anda Nona Riska?" Sambut Sandi denhan ramah pada Riska.
"Betul Pak Sandi,"
Lelaki empat puluh lima tahun itu menyelami Riska, "Selamat datang dan mari kita bekerja sama,"
"Dengan senang hati, tapi tolong juga saya dibimbing ya, Pak,"
"Kita satu tim sekarang memang sepantasnya saling mengoreksi dan bekerja sama, Nona Riska,"
"Terima kasih, Pak Sandi,"
Maka mereka segera mengawali kerja sama dengan diskusi. Sandi memberitahukan ukuran setiap ruangan dari proyek yang sudah rampung tujuh puluh persen itu.
Riska mencatat setiap apa yang diucapkan Sandi. Mengambil foto dan video di beberapa unit rumah yang sudah tahap finishing untuk dipikirkan penempatan ornamen atau atau warna cat serta jika perlu akan diadakan sedikit sekat dan sebagainya.
Dua orang yang memiliki profesi searah. Arsitek serta desain interior, maka mereka saling melengkapi untuk menghasilkan keindahan hunian yang bisa membuat penghuninya merasa nyaman.
Siang hari Riska kembali ke kantor untuk membuat perincian biaya yang akan diajukan ke Tony sebagai menegernya.
Tony sangat salut pada cara kerja Riska yang cekatan dan dengan detil semua tak terlewatkan.
"Cantik, pintar kenapa Arya nggak ngeliriknya untuk menggantikan Indriana, ya," bisik Tony pada Rudy, "Mana bosmu sekarang?"
"Entah sejak dua hari ini dia langsung menghilang kalau sudah sore,"
"Rudy gimana sih masa tangan kanannya nggak tahu dia kemana?"
Joni muncul dan mereka bergabung menikmati teh sore yang pasti menyegarkan."Arya kabur lagi?"
"Aku juga nggak tahu dia nggak berkabar tahu-tahu aku keruangannya sudah kosong," sungut Rudi.
"Nggak ada jadwal khusus hari ini?" Tony mengangkat cangkir tehnya, "Jangan-jangan diam-diam dia kencan," ujarnya sebelum meneguk teh yang menguar wangi bunga mawar.
Joni dan Rudy saling tatap. "Baguslah kalau begitu biar dia cepat kasih undangan sama kita," ujar Joni tertawa yang disambut gelak tawa Rudy.serta Tony.
Saking seriusnya membicarakan tentang asmara Arya Semana mereka tak menyadari di balik pilar berdiri Riska. Demi mendengar kemungkinan Arya Semana kencan dengan seorang gadis hatinya merasa mendidih karena cemburu, dan segera membalikkan badan urung untuk bergabung dengan tiga lelaki yang masih asyik berandai-andai itu.
Dan di depan restaurant RGS Laila mengeluarkan mobilnya karena dia janji dengan Arya Semana yang sudah bisa tahu nama dan alat lelaki yang dua malam lalu marah-marah pada Laila.
Lewat pemilik restaurant dimana mereka tempo hari makan malam Arya Semana mendapat alamat lelaki itu bekerja.
"Biar aku duluan yang masuk, nggak bagus kalau suasananya kurang wel come aku bawa kamu. Tunggulah di kejauhan aku mau cek keadaan di dalam," ujar Arya tadi saat berbicara dengan Laila lewat ponsel, makanya Laila dan lelaki itu tidak bersamaan perginya.
"Sebenarnya lelaki itu kerja dimana, sih," batin Laila sambil menyetir mobilnya menuju ke alamat yang disebut Arya Semana.
Ting
Ada pesan masuk di ponsel Laila. Dari Arya Semana.
Segera Laila agak menepikan mobilnya dan mengurangi kecepatannya karena ingin tahu pesan lelaki itu.
(Nggak penting kamu bertemu lelaki ini, sebaiknya balik saja tunggu aku di Cafe tempat kita minum bajigur tempo hari)
Laila mengerti pertemuan Arya Semana dengan lelaki itu tak berjalan baik makanya diminta kembali saja.
Arya Semana yang telah menulis cek cash sebesar dua puluh juta sebagai pengembalian tanda jadi yang diterima oleh Lina dari Nardo nama lelaki itu yang bekerja sebagai penanggung jawab bar, dimana rencananya Lina akan diberikan pada tamunya dengan bayaran tiga puluh juta untuk lima malam kerja.
"Aku tak bisa menerima pengembalian uang ini, sudah rugi waktu dan aku kena klaim klien pula, aku mau Anda menghadirkan Lina di hadapanku," bersikeras Nardo inginkan Lina.
"Bung kita mulanya tak saling kenal dan dua puluh juta ini atas inisiatifku saja," ujar Arya Semana mencoba mencari jalan tengah.
"Tapi Anda dengan Lina malam itu, sungguh tak adil ..."
"Gadis yang bersamaku bukan Lina, tapi Laila kakak kembarnya Lina "
Nardo terkejut.
"Dia tunanganku," lanjut Arya Semana ingin lebih meyakinkan Nardo.
"Tak mungkin!" Nardo mulai emosi karena merasa dibohongi. Dua anak buahnya yang duduk mengawasi agak di belakang rupanya tak melepaskan pandangannya pada bos mereka.
"Kenapa tidak mungkin aku yang tahu kalau dia itu Laila!" Arya Semana menekankan suaranya.
"Lina tak pernah membicarakan soal kembarannya dia selalu berkata dia anak tunggal!" Rupanya Nardo tak mau kalah.
"Lina tak pernah tahu jika dia punya kembaran karena saat diculik umurnya tiga tahun, sedangkan Laila tahu punya adik kembar yang hilang karena ibunya selalu menangisi Lina dan karena terus menerus memikirkan Lina membuat ibu mereka dipressi dan sudah tiga kali dirawat di klinik karena jiwanya kerap terganggu." Arya Semana walau bersuara rendah tapi tegas untuk memberitahu dan lebih pada meyakinkan jika Lina dan Laila memang kembar.
Nardo terdiam.
"Boleh tahu Lina dan Anda sudah lama kenal?"
"Sepuluh hari lalu,"
"Maaf apa kerja sama ini yang pertama?" Kejar Arya Semana.
"Yang ketiga," ujar Nardo mengawasi Arya Semana.
"Yang Ketiga?!" Terbelalak Arya Semana.
"Dua kali lancar karena permainannya hanya short time,"
"Oh ..." rasanya tak sampai hati kalau harus memberitahu pada Laila jika adik kembarnya sudah terjerumus dalam penjualanan manusia.
"Ya, dan jika Anda tahu siapa bosnya?" Nardo tertawa sumbang.
"Siapa?"
"Suaminya,"
"Suaminya?!"
"Betul,"
"Jadi yang menerima tanda jadi dua puluh juta itu suaminya?" Arya Semana ingin sekali merobek mulut suami Lina supaya tak bisa transaksi menjual istrinya lagi atau menghajar lelaki itu hingga babak belur.
"Ya biasalah kerjasama dengan istrinya," sinis Nardo.
"Lina kabur kenapa Bung tak menghajar suaminya?!"
"Siapa yang mau dihajar, tembok?!" Suara Nardo keras, "Marko sudah kabur, entah itu permainan berdua Lina atau dia langsung kabur karena takut padaku begitu kukatakan Lina tak menepati janji,"
Arya Semana geleng-geleng kepala."Baiklah cek itu anggap pengembalian uang Anda dan aku lakukan demi Laila," ujar Arya Semana menatap Nardo.
Nardo akhirnya mengambil cek itu dan dimasukkan ke saku celana panjangnya.
Arya Semana berdiri, "Oke kalau begitu aku permisi, dan jika Anda bertemu Lina kabari aku, ada seratus juta untuk Anda, ini kartu namaku," setelah meletakkan kartu namanya di atas meja segera Arya Semana keluar dari bar yang sudah mulai hingar bingar oleh pengunjung yang berdatangan.
Laila akan terkejut jika mendengar tentang adiknya ini. Kasihan begitu memikirkan kembarannya dia tak tahunya aku membawa berita yang menyakitkan untuk seorang kakak yang begitu memikirkan kembarannnya selalu.