Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Setelah mendapatkan restu dari orang tua Lara, kini giliran Firman dan Lara untuk berbicara dengan keluarga Firman. Keduanya tahu bahwa ini akan menjadi langkah penting berikutnya dalam perjalanan mereka. Firman merasa gugup, meskipun dia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya di depan Lara. Dia tahu keluarganya memiliki harapan besar, terutama mengenai rencana hidupnya, dan ini akan menjadi kejutan besar.
***
Sore itu, Firman dan Lara memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Firman. Mereka telah memberitahukan kepada keluarga bahwa mereka ingin berbicara tentang hal penting. Ibu Firman, Bu Retno, seorang wanita yang lembut namun tegas, sudah menunggu di ruang tamu bersama ayah Firman, Pak Arman seorang pria yang cenderung pendiam dan serius.
Setibanya di rumah, Firman menggenggam tangan Lara erat-erat, memberikan tanda dukungan dan kekuatan. Mereka berdua melangkah masuk, disambut dengan senyuman hangat dari ibu Firman.
“Selamat datang, Lara, Firman. Kalian terlihat bahagia. Ada kabar baik?” tanya ibu Firman dengan penuh harap.
Firman dan Lara duduk di sofa, saling memandang, mencoba mengumpulkan keberanian. Firman kemudian mengambil napas dalam dan mulai berbicara. “Mah, Papah, kami punya kabar penting untuk disampaikan.”
Ayah Firman menatap mereka dengan penuh perhatian. “Apa itu, Nak?”
“Kami memutuskan untuk menikah,” jawab Firman dengan nada yakin, meski sedikit gugup. Lara tersenyum kecil, berusaha untuk tetap tenang.
Ibu Firman tersenyum lebar, tampak senang mendengar berita itu. “Itu kabar yang sangat membahagiakan! Kami sudah lama menantikan ini, Firman. Lara, kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami.”
Namun, Firman tahu bahwa ini belum semuanya. Ia menarik napas lagi, dan dengan suara yang lebih tenang, ia melanjutkan, “Ada satu hal lagi, Mah, Pah, sesuatu yang penting yang ingin kami bicarakan,” ucap Firman dengan tenang namun jelas.
Ibu Firman meletakkan cangkir tehnya, menatap mereka berdua dengan perhatian. “Apa itu, Nak?”
Lara merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia menatap Firman, memberikan isyarat untuk berbicara.
Firman mengambil napas dalam, lalu dengan penuh keyakinan berkata, “Kami ingin memberitahu kalian bahwa Lara juga sedang hamil.”
Suasana di ruang tamu langsung berubah. Ibu Firman terkejut, dan Ayah Firman menurunkan korannya, menatap mereka dengan ekspresi serius. Untuk beberapa detik, ruangan itu terasa sunyi. Jantung Firman mulai berdegup kencang keringat dingin pun keluar tak terduga rasa Overthinking pun berkeliaran di pikirannya ia takut jika mengetahui hal tersebut orang tuanya akan sangat marah kepada dirinya.
“Kami tidak memberitahu lebih awal karena kami ingin memastikan semuanya berjalan lancar terlebih dahulu,” lanjut Firman, mencoba menenangkan situasi.
Ibu Firman mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum kecil, meski jelas ada kebingungan di wajahnya. “Hamil? Berapa bulan, Lara?” tanyanya pelan.
Lara merasa lega mendengar nada lembut dalam pertanyaan itu. “Sudah memasuki bulan ketiga, Bu.”
Ibu Firman terdiam sebentar, lalu ia bangkit dari kursinya, menghampiri Lara, dan memeluknya erat. “Ini memang kejutan, tapi kalau kalian bahagia, kami juga akan bahagia,” katanya dengan lembut.
Ayah Firman, yang tadinya tampak kaget, akhirnya berdiri dan berkata, “Kalian memang harus bertanggung jawab, tapi aku yakin kalian sudah siap. Kami akan selalu ada untuk mendukung kalian.”
Firman tersenyum lega, dan Lara tak bisa menahan air mata bahagianya. Semua kecemasan yang selama ini ia rasakan seolah menguap. Mereka telah melewati rintangan besar, dan kini masa depan terlihat lebih jelas di depan mereka.
Dengan dukungan penuh dari keluarga kedua belah pihak, Firman dan Lara merasa semakin siap untuk menghadapi perjalanan baru dalam hidup mereka—sebagai suami istri dan calon orang tua. Kini, yang tersisa hanyalah persiapan akhir untuk hari pernikahan mereka, yang akan menjadi awal dari semua mimpi indah yang selama ini mereka bangun bersama..”
Namun, sejenak keheningan melanda ruang tamu itu lagi. Ibu Firman tampak senang namun sedikit terkejut, sementara ayah Firman menatap putranya dengan tatapan tajam.
“Tapi Lara, bagaimana dengan orang tuamu? Apakah mereka sudah tahu?”
Lara mengangguk pelan. “Mereka sudah tahu, Bu, dan meskipun awalnya kaget, mereka mendukung kami. Kami berharap Ibu dan Ayah juga bisa memberikan restu.”
Suasana kembali tegang, tetapi kemudian ibu Firman menundukkan kepalanya, berpikir sejenak, sebelum menatap anaknya dengan lembut. “Firman, Papah sama Mamah selalu mempercayaimu untuk membuat keputusan yang tepat. Ini adalah tanggung jawab besar, dan Papah Mamah harap kalian siap. Kami akan mendukung kalian, asalkan kalian berdua benar-benar siap menghadapi segala konsekuensinya.”
Ayah Firman, akhirnya kembali berbicara dengan nada yang lebih tenang, meski tegas. “Papah dan Mamah tidak mengharapkan ini terjadi dengan cara seperti ini, sebetulnya Papah kecewa mendengar kamu menghamili anak perempuan orang, tapi jika kalian berdua berkomitmen untuk bertanggung jawab, kami tidak akan menolak. Kalian sudah dewasa, dan ini keputusan kalian.”
"Firman minta maaf jika perbuatan Firman kali ini membuat Papah sama Mamah kecewa, tapi Firman berjanji akan selalu menjaga anak Firman dan juga Lara Firman akan bertanggung jawab atas mereka berdua dan atas perbuatan Firman" Ucap Firman menunduk memohon ampunan
"Sudahlah Nak, Papah dan mamah merestui pernikahan kalian, ucapan Papah jangan kamu jadikan beban, Papah berbicara seperti itu karena terkejut" ucap Ayah Firman ketika melihat anaknya tertunduk memohon seperti itu
Firman merasa lega mendengar kata-kata ayahnya, meski ada nada peringatan di dalamnya. “Terima kasih, Pah, Mah. Kami benar-benar ingin melakukan ini dengan baik dan penuh tanggung jawab.”
Ibu Firman kemudian kembali memeluk calon menantunya Lara, menggenggam tangannya. “Selamat yah Lara. Kamu akan segera menjadi ibu. Ingat, kami ada di sini untuk membantu kapan pun kalian butuh.”
Lara merasa air mata mengalir di pipinya, tidak bisa menahan rasa haru. “Terima kasih, Bu. Kami sangat bersyukur atas dukungan ini.”
"Loh ko Bu, mulai detik ini kamu panggil kami berdua Mamah dan Papah oke, kaya Firman panggil kamu berdua" ucap Bu Retno tersenyum bahagia
"Oh sama ini Pah, mamah dari dulu pengen banget kalo kita punya cucu kita di panggil Oma sama Opa" sambungnya dengan raut wajah bahagia terpancar, meskipun sebenarnya ia sedikit kecewa dengan anak sulungnya itu tapi kehadiran cucu yang ada di perut Lara membuat ia dan suaminya senang karena sejak dulu ia menginginkan seorang cucu hadir dalam keluarga mereka.
Lara dan Firman pun ikut tersenyum bahagia melihat raut bahagia dari kedua orang tua Firman. Dengan restu dari kedua belah pihak, Lara dan Firman akhirnya merasa siap untuk melanjutkan perjalanan mereka ke depan. Malam itu berakhir dengan perasaan lega dan harapan baru, diiringi obrolan tentang rencana pernikahan dan kehidupan yang akan mereka jalani bersama.
Di tengah semua tantangan yang ada, Firman dan Lara kini tahu bahwa mereka memiliki dukungan dari orang-orang terpenting dalam hidup mereka. Dengan cinta yang kuat dan komitmen yang teguh, mereka siap menyongsong masa depan sebagai pasangan suami istri dan calon orang tua.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻