Niatnya untuk membalas dendam membuatnya rela menikah dengan pria yang baru dia kenal. Zevana berniat untuk membalaskan dendam terhadap pria bernama Aksa atas kematian sahabatnya. Agar Aksa bisa merasakan sakit hati yang sama, Zevana memilih jalan lewat jalur cinta. Membuat Aksa jatuh cinta, setelah itu mencampakkannya.
Aksa adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan. Dia tidak percaya dengan cinta, karena baginya cinta hanyalah hal konyol. Dibalik sikap dinginnya, ternyata Aksa menyimpan luka di hati yang membuatnya tidak percaya akan adanya cinta sejati.
Berhasilkah Zevana meluluhkan hati Aksa demi misi balas dendamnya?
🩸
🩸
🩸
"Aku tidak biasa menjalin hubungan hanya dengan satu wanita saja. Jika kamu menginginkan pernikahan ini tetap terjadi, maka bersiap-siaplah untuk sakit hati."_ Aksa.
Yang penasaran dengan ceritanya, kepoin yuk...
Salam dunia perhaluan 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Lewat Jalur Cinta.
Permintaan Aksa membuat Zevana merasa sedikit terkejut. Wajar memang jika suaminya itu ingin meminta hak-nya, mereka sekarang adalah suami istri dan terlihat seperti pasangan yang sudah saling mencintai.
"Tapi aku sedang datang bulan," hanya alasan itu yang terlintas di benak Zevana. Dia terpaksa berbohong untuk menolak keinginan Aksa.
"Bukankah minggu lalu kamu baru datang bulan?" Tanya Aksa. Minggu lalu dia sempat melihat Zevana membawa pembalut ke dalam kamar mandi.
"Iya, tapi aku datang bulan lagi." Zevana kembali beralasan karena dia memang merasa belum siap untuk menjadi istri yang seutuhnya untuk Aksa.
Aksa hanya terdiam. Dia tidak ingin memaksa Zevana. Mungkin saja istrinya itu memang belum siap untuk melayaninya lahir batin. Dia akan menunggu sampai Zevana merasa sudah siap.
"Ya sudah, sekarang tidurlah. Kamu pasti lelah." Aksa membawa kembali tubuh Zevana kedalam pelukannya.
Zevana hanya diam. Dalam hatinya dia merasa sangat bersalah karena belum bisa menjadi istri yang seutuhnya bagi Aksa. Dia masih harus mencari tau tentang apa yang terjadi pada Nadia lebih dulu sebelum nantinya dia mengambil keputusan untuk mengungkap semua kebenarannya pada Aksa.
☘️
☘️
☘️
Siang ini Zevana tengah bergulat di dapur. Dia sedang membantu sekaligus belajar memasak bersama asisten rumah tangga yang baru. Wanita bernama Nana itu baru diantarkan oleh mamanya kemarin siang untuk bantu-bantu di rumah.
Suara bel pintu rumah terdengar. Zevana menghentikan aktivitasnya dan menatap asisten rumah tangganya.
"Biar aku saja mbak yang buka pintunya. Mbak lanjuttin aja masaknya," ucap Zevana. Dia membuka apron yang melekat di tubuhnya dan menggantungnya di tembok.
"Baik, Non," jawab mbak Nana.
Zevana bergegas keluar menuju ruangan depan. Dia membuka pintu rumahnya dengan lebar. Seorang pria dengan pakaian formal kini sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Kak Arvan? Ngapain datang kesini? Bukankah seharusnya kakak berada di kantor?" Tanya Zevana, dia merasa heran kenapa Arvan bisa ada di rumahnya di jam kerja.
"Tadi aku ada urusan diluar. Jadi aku pikir sekalian saja aku mampir untuk melihat rumah baru kamu dan Aksa," jawab Arvan.
"Tapi Aksa sedang tidak ada di rumah. Rasanya tidak pantas jika kakak datang kemari saat suamiku sedang tidak ada di rumah."
Arvan hanya tersenyum mendengar penuturan Zevana. Dengan langkah pelan dia masuk ke dalam rumah. Dia berjalan melewati Zevana yang masih berdiri di ambang pintu. Matanya menelusuri setiap jengkal ruang tamu yang cukup luas.
"Ayolah Zevana, kamu tidak perlu berpura-pura lagi di depanku." Arvan membalikkan tubuhnya dan kembali menatap Zevana. "Aku tau maksud tujuan kamu menikah dengan Aksa yang sebenarnya. Kamu tidak perlu berbohong di hadapanku."
"Apa maksud kakak?" Tanya Zevana tak mengerti.
Arvan tersenyum simpul. "Zevana, tujuan kamu menikah dengan Aksa adalah untuk balas dendam, bukan? Kamu ingin membalas dendam atas apa yang terjadi pada sahabat kamu, Nadia Anjani."
Zevana merasa terkejut mendengar ucapan Arvan. Mungkinkah Arvan adalah orang yang sudah mencegat dan mengancam Lucas untuk memberitahu alasannya mendekati Aksa yang sebenarnya? Tapi untuk apa Arvan mencari tau tentang semuanya. Dia tidak merasa ada masalah dengan pria itu.
"Zevana, aku ingin mengajak kamu bekerja sama untuk menghancurkan Aksa."
Zevana tersenyum sinis. Dia membalikkan tubuhnya ke samping dan melangkahkan kakinya beberapa langkah. Kedua tangannya di lipatkan didada.
"Aksa adalah adikmu. Kenapa kamu ingin sekali membuatnya hancur, kak?"
"Dia bukan adikku. Dia sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku," kedua tangan Arvan mengepal kuat, sorot matanya menatap tajam. Mengingat bagaimana selama ini dia selalu menjadi yang nomor dua di keluarganya. Bahkan Oma Berlina tidak pernah menganggapnya ada.
"Apapun itu, urusan kakak dengan Aksa sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Sekarang lebih baik kakak keluar dari rumah ini."
Arvan berjalan menghampiri Zevana, dia meraih pundak gadis itu dan membalikkan tubuhnya. Arvan memegangi lengan Zevana dengan kedua tangannya.
"Tujuan kita sama, hanya alasannya saja yang berbeda. Menurut kamu, bagaimana jika aku memberitahu Aksa sekarang? Jika istri cantiknya ini tidak benar-benar mencintainya."
Zevana merasa kesal dengan ucapan Arvan. Dia melepaskan tangannya dengan kasar dari pegangan Arvan. "Cukup, Kak! Aku sama sekali tidak takut dengan ancamanmu. Lebih baik sekarang kakak pergi tinggalkan rumah ini!!"
Arvan malah tersenyum mendengar kemarahan Zevana. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Zevana.
"Tinggalkan Aksa dan datanglah padaku, Zevana. Aksa pasti akan merasa hancur sehancur-hancurnya."
Setelah mengatakan itu, Arvan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan itu dengan senyum penuh kemenangan diwajahnya. Zevana hanya bisa menatap nanar kepergian Arvan. Seluruh tubuhnya terasa begitu lemas dan wajahnya nampak pucat setelah mendengar ancaman dari kakak iparnya.
Setelah apa yang dia lewati dan lalui bersama dengan Aksa, hatinya begitu sulit untuk meninggalkan pria itu seperti tujuan awalnya menikah. Apalagi Aksa sudah mengatakan jika malam itu tidak pernah ada pertemuan antara Aksa dan Nadia. Dan satu hal lagi yang paling penting, Zevana sadar, jika dia juga sudah jatuh cinta pada Aksa.
🌟
🌟
🌟
Dani tidak bisa untuk tidak menahan tawanya mendengar cerita dari Aksa yang gagal mendapatkan jatah karena Zevana beralasan sedang datang bulan. Aksa mengambil pulpen dari atas meja dan melemparkannya pada Dani. Dengan sigap Dani langsung menangkap pulpen itu dengan kedua tangannya.
"Sudah puas ketawanya!" Kesal Aksa karena Dani malah menertawakannya setelah dia bercerita kejadian semalam.
"Maaf, Tuan. Baru kali ini saya melihat playboy uring-uringan gara-gara tidak dapat jatah dari istrinya. Kalau Tuan mau, saya bisa membuatkan janji dengan salah satu wanita yang mengejar-ngejar anda. Di ponsel saya sudah banyak sekali wanita yang ingin dibuatkan janji dengan anda." Dani sengaja mengatakan itu hanya untuk meledek Aksa. Ponselnya memang ramai dengan panggilan dan chat dari wanita-wanita yang minta dibuatkan janji bertemu dengan Tuannya.
"Tidak perlu, aku sudah tidak tertarik dengan mereka." Aksa bergegas bangun dari kursi kebesarannya. "Siang ini aku akan pulang dan makan siang di rumah. Aku akan segera kembali setelah makan siang."
"Maaf, Tuan, sepertinya tidak bisa. Siang ini anda ada pertemuan dengan Tuan Gio untuk membahas proyek baru kita," ucap Dani mengingatkan.
"Kenapa kamu bilangnya mendadak?" Protes Aksa.
"Saya sudah mengatur pertemuan ini sejak minggu lalu, Tuan. Bukankah saya sudah memberitahu sebelumnya, apa anda lupa?"
Aksa mengusap wajahnya dengan kasar. Dani memang sudah beberapa mengingatkan tentang pertemuan siang ini dengan Tuan Gio.
"Ya sudah, kita berangkat sekarang."
Kedua pria itu keluar dari ruangan dan turun ke lantai bawah dengan menggunakan lift. Padahal Aksa sangat merindukan Zevana, dia sedang ingin sekali melihat wajah cantik istrinya. Akhir-akhir ini dia sampai tidak konsentrasi bekerja karena terus terbayang-bayang wajah Zevana.
Begitu pintu lift kembali terbuka, nampak Arvan yang yang baru saja masuk dari pintu utama dan menatap ke arah Aksa. Mereka berjalan saling mendekat dan saling menatap tajam.
"Kantor ini memiliki peraturan. Dan kamu tidak bisa seenak kamu sendiri keluar masuk kantor dijam kerja. Aku bisa memecat dan mengeluarkan kamu jika kamu tidak disiplin," ucap Aksa sebagai bentuk peringatan. Akhir-akhir ini Arvan memang sering meninggalkan kantor tanpa alasan. Bahkan tadi kakaknya itu tidak mengikuti meeting yang dia pimpin.
"Oh, benarkah itu? Cucu kesayangan Oma," ucap Arvan dengan nada mengejek dan penuh penekan di akhir kalimat.
"Aku serius dengan ucapanku. Jangan karena kamu anak papa makanya kamu bisa berbuat sesuka hati kamu." Aksa mengatakannya dengan tegas. Raut wajahnya menunjukkan keseriusan.
"Apa bedanya dengan kamu? Kamu sendiri bisa berbuat sesuka hati kamu, kamu bisa bersenang-senang dengan banyak wanita diluar sana," protes Arvan merasa tidak terima dengan teguran dari Aksa.
"Jelas berbeda. Urusanku tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Aku menemui wanita-wanita itu diluar jam kerja. Dan itu tidak mempengaruhi perkejaanku sama sekali."
Mendengar penuturan Aksa, Arvan malah tertawa mengejek. Dia berjalan pelan memutari adiknya.
"Sepertinya kamu sangat bahagia dengan pernikahan kamu dengan Zevana," sindir Arvan.
"Kenapa harus tidak bahagia. Kami saling mencintai, itu sudah cukup membuat kami bahagia," jawab Aksa masih dengan wajah tenangnya.
"Ya, cinta. Cinta memang bisa membutakan segalanya." Arvan berhenti tepat di hadapan Aksa. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Aksa. "Tapi cinta itu juga yang akan menghancurkan hidup kamu, Aksa Madeva."
Sebuah senyuman kecil tergambar di wajah Aksa mendengar ucapan kakaknya. Dia menepuk bahu Arvan, menekannya sedikit kuat dan mendekatkan wajahnya ditelinga Arvan.
"Kakak salah, justru cinta ini yang akan menguatkan aku." Aksa melangkahkan kembali kakinya menuju pintu utama dengan diikuti oleh Dani dibelakangnya.
Untuk pertama kalinya Arvan mendengar Aksa memanggilnya dengan sebutan kakak. Namun panggilan itu justru terdengar seperti hinaan bagi Arvan. Dia menatap ke arah kepergian Aksa dan Dani dengan tatapan marah dan penuh benci. Jika pada saatnya kebenaran tentang Zevana terungkap, Arvan yakin, Aksa tidak akan bisa sesombong sekarang lagi.
"Kita tunggu saja, Aksa. Kebenaran itu akan terungkap dari bibirku atau dari Zevana langsung. Bersiap-siaplah untuk kehancuranmu itu."
...❤️🔥❤️🔥❤️🔥...
beneran hamidun ternyata...
kecebong Aksa hadirrr💃💃💃💃💃💃💃
masih banyak cara lain untuk membujuk Arvan,tanpa Zevana turun langsung.
mungkin dengan memberi kabar tentang kehamilan Zevana Arvan akan mundur...
Andin beda cerita...
itu resiko dia yang hamil dengan pacarnya...deeeeh...yang begituan gak perlu kamu pikirkan 😒