Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Kita terima saja Lex, pasti kita menang," bisik Amel membuat Lexa mengangguk setuju.
"Baiklah Kak, kami menerimanya," ucap Lexa dengan senyum semangat dan percaya dirinya. Lexa dan Amel benar-benar merasa tertantang untuk mengalahkan tim Sean dan Monica. Mereka ingin membuat kedua orang itu menuruti keinginannya hari ini.
"Bagus, siap ini kita langsung bermain," ucap Monica yang langsung mendapatkan anggukkan persetujuan dari semuanya. Monica tersenyum senang melihat Lexa dan Amel yang setuju mengikuti permainannya. Ia tak sabar untuk melakukan rencananya agar kedua wanita di depannya kalah dan mengikuti semua keinginannya.
Tunggu saja, hari ini kalian akan menjadi babu yang tak bisa membantah ucapanku. Sean akan menegur kalian jika tak menuruti keinginanku. Lihatlah, aku akan mengerjai kalian habis-habisan! Batin Monica dengan tatapan jahatnya yang tersembunyi di balik wajah cerianya.
Mereka pun menghabiskan es krimnya dengan cepat seakan tak sabar untuk menjadi pemenang. Setelah memastikan semuanya siap dan tak mempunyai urusan lagi seperti halnya ke kamar mandi, mereka pun pergi ke tempat bermain. Di Timezone, terlihat tak terlalu ramai sehingga membuat ke empat orang itu leluasa memainkan banyak permainan. Semua permainan yang bisa di mainkan oleh orang dewasa tak luput dari ke empatnya.
Saat ini tim Lexa dan Tim Monica sibuk memainkan mesin capit boneka. Mereka akan mengambil boneka sebanyak-banyaknya. Tak hanya yang berbentuk barang, namun karcis Timezone yang mereka dapatkan akan akan di hitung. Tiket Timezone dan hadiah akan menjadi penentuan siapa yang akan menjadi pemenangnya.
"Buruan Mel, mereka sudah dapat banyak," ucap Lexa mendesak Amel yang sedari tadi terlihat kesusahan mengambil boneka.
"Tenang, kita masih punya banyak waktu," ucap Amel mencoba menenangkan Lexa yang terlihat panik.
"Ih, yang begini saja kau tak pandai, tapi giliran menceritakan aib orang lain pandai sekali," ucap Lexa membuat Amel berhenti bermain dan menatap kesal padanya.
"Apa kau kira main capit boneka semudah ghibah? Nggak kali!" Ucap Amel dengan tangan yang berkacak pinggang.
Kelakuan Lexa dan Amel pun tak luput dari perhatian Sean dan Monica. Kedua orang itu tersenyum senang melihat lawannya kelabakan karena tidak bisa memainkan capit boneka.
"Dari pada ribut terus, mending kalian menyerah saja, sebelum nanti kalian menangis karena kalah," ucap Monica lalu tertawa dengan Sean yang ikut tertawa. Lexa dan Amel memasang wajah kesalnya melihat lawannya menyepelekannya.
"Kami tidak akan kalah, dan kami pastikan tim kalianlah yang akan kalah!" ucap Lexa dengan sangat percayalah diri membuat Sean dan Monica semakin memperlihatkan senyum meremehkannya.
"Ya, ya, ya, kami tunggu kekalahan kalian, hhhh," ucap Sean lalu tertawa dengan Monica yang ikut tertawa.
"Dasar nyebelin!" ucap Lexa dengan ketus lalu segera kembali memainkan mesin boneka capitnya.
"Tenang Lexa, pelan,,, nanti dia jatuh," ucap Amel dengan lirih sembari fokus melihat boneka yang berhasil di capit. "Cepat tekan tombolnya," ucap Amel yang di balas Lexa dengan anggukan pelannya.
Ketika sudah yakin, Lexa pun menekan tombol capit, boneka yang berhasil di capit pun terangkat dan perlahan bergerak menuju lubang hadiah. Mesin capit berbunyi pertanda boneka berhasil di ambil. Lexa dan Amel yang berhasil mendapatkan boneka pertamanya menjerit histeris disebabkan sangat senang. Kesenangan kedua wanita itu pun tak bertahan lama ketika Monica dan Sean memamerkan hasil tangkapan bonekanya. Bisa di lihat sepuluh banding satu, tim Monica berhasil mendapatkan boneka sebanyak itu. Lexa dan Amel terlihat lemas seakan kekurangan cairan.
"Baiklah waktu habis, ayo kita main yang lain," ucap Sean lalu beranjak terlebih dahulu dengan Monica yang mengikutinya. Lexa dan Amel pun melangkahkan kakinya dengan berat menuju permainan selanjutnya.
"Sabar Lexa, kita masih punya banyak kesempatan, masih banyak permainan yang belum kita mainkan," ucap Amel berhasil membuat semangat Lexa kembali. Dengan penuh semangat dan tekad, Lexa pun menggandeng tangan Amel dan berjalan dengan gagah seperti seorang kesatria yang ingin menghabisi musuhnya.
Kali ini kedua tim itu sepakat memainkan permainan bola basket. Siapa yang paling banyak memasukkan bola dia akan menjadi pemenang di permainan itu. Karena tak ingin terjadi kesalahpahaman, ke dua tim pun sepakat memanggil salah satu pekerjaan yang berada di sana untuk menjadi juri.
"Baiklah Tuan dan Nona, hitungan ketiga kalian mulai ya," ucap Juri itu yang langsung mendapatkan anggukkan penuh semangat dari kedua tim.
"Satu, dua, tiga, mulai," ucap Juri mengibarkan bendera kecil yang ia dapatkan dari temannya.
Mendengar kata mulai, kedua tim pun dengan penuh semangat melepaskan bola basket ke gawang yang tak terlalu tinggi. Sean dengan sangat mudahnya memasukkan bola itu karena dulu dia adalah mantan pemain basket di sekolahnya. Lexa dan Amel memasukkan dengan cepat dan tidak satu bola pun masuk ke dalam sana. Monica yang melihat itu tersenyum kegirangan karena ia yakin tim Lexa akan kalah lagi dari tim nya.
"Stop, waktu habis," ucap Juri itu membuat kedua tim berhenti melemparkan bola.
"Siapa yang menang?" Tanya Amel dengan polosnya padahal sudah di pastikan jika timnya yang kalah.
"Jelas kami lah," ucap Monica dengan sangat menjengkelkannya. Sean hanya tertawa tanpa menghentikan kelakuan Monica.
"Pemenangnya tim satu yaitu Tuan Sean dan Nona Monica," ucap Juri itu membuat Sean dan Monica melompat kegirangan membuat Lexa dan Amel menghembuskan nafas tak sukanya. Lexa menatap tim lawannya dengan sengit dan tangan yang terlipat di dada.
"Hm, yang kalah jangan marah," ucap Sean membuat Lexa memutar matanya dengan malas.
"Siapa yang marah?" ucap Lexa berdalih namun ia tak bisa berbohong jika saat ini ia benar-benar marah.
"Aku nggak akan marah kok sama kak Sean, justru aku dukung banget kak Sean menang," ucap Seorang penghianat yang langsung mendapatkan pukulan pelan di tangannya.
"Dasar penghianat, harusnya kau tidak mendukung mereka!" ucap Lexa yang di sambut dengan tawa kecil Amel.
"Sudah-sudah, sebaiknya kita lanjutkan permainan selanjutnya," ucap Sean kembali memasang wajah datarnya lalu pergi menuju ke permainan lain.
Mereka pun menghabiskan waktu tiga jam untuk bermain dan setengah jam untuk menghitung semua hadiah yang mereka dapatkan berserta karcis Timezone nya. Dan juri pun memutuskan, jika tim Monica dan Sean lah yang menang. Lexa rasanya ingin menangis karena kalah telak dari kakak dan kakak sepupunya. Karena sudah membuat perjanjian, mau tak mau Lexa dan Amel pun mengikuti semua perintah Monica dan Sean. Di antara keduanya, Monica lah yang paling banyak memberikan perintah dan ketika Lexa, Amel komplain, Sean langsung menegurnya sesuai dengan yang di prediksi Monica.
"Cape banget aku, kalau tau begini nggak ku terima tantangan tadi," ucap Lexa mengomel sembari membawa barang belanjaan milik Monica, begitu pun juga dengan Amel. Tak hanya membawa belanjaan, bahkan Lexa harus mengeluarkan uangnya untuk mentraktir kedua orang yang saat ini sedang berjalan di depannya.
"Haus Lex," ucap Amel dengan kening yang sudah berkeringat, bahkan Amel sudah berhenti sejenak untuk menetralisirkan rasa lelahnya.
"Nanti saja deh Mel, susah kalau minum sambil menenteng barang begini," ucap Lexa membuat Amel melemas. Amel pun pasrah lalu melanjutkan langkahnya bersama Lexa menyusul Sean dan Monica.
Good Job thor🖤