Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
Waktu pun terus berlalu, mobil mini bus itu pun telah memasuki halaman hotel...
“Bangun, sudah sampai aku mau berdiri nanti kamu terjatuh lagi..” gumam Pungki di dalam hati sambil menepuk nepuk pahanya sendiri.. Rico yang duduk tidak jauh dari Pungki tersenyum miring sambil menatap sosok Pungki..
“Pasti dia nervous sudah sampai sini dan Mas Syahrul masih nanti malam menyusul.” Gumam Rico di dalam hati dia mengira Pungki menepuk nepuk pahanya sendiri efek karena hatinya Pungki yang sedang gelisah..
Sedangkan Pungki masih terus menunduk sambil menepuk nepuk pahanya sendiri dan sesaat kemudian di telinganya terdengar suara imut bocah kecil sedang menguap dengan rasa puasnya... mungkin juga tubuhnya sambil ngulet....
“Hhhhooooooaaaammmmmm.”
“Aku sudah bangun Kakak, jangan ditepuk tepuk terus aku, nanti aku malah ngantuk lagi...” suara bocah kecil di telinga Pungki. Pungki pun hanya tersenyum di dalam hati..
“Hmmm apa begini ya yang di katakan pegawai Pak Kades, orang yang laku batin bisa jadi gila. Orang yang tidak tahu kalau aku sedang berkomunikasi dengan demit bocil ini pasti mengira aku sudah gila.” Gumam Pungki di dalam hati lagi.
Mobil pun lalu berhenti di depan pintu masuk hotel. Semua penumpang turun dengan hati hati.. Pungki pun juga turun dengan hati hati, lalu melangkah menuju ke pintu hotel. Di pundaknya kini Pungki merasa ada lagi beban dua puluh lima kilo gram, sepertinya demit bocil itu kini nangkring di atas pundak Pungki, karena di atas punggung Pungki ada tas ransel besar Pungki..
“Hmmm untung berat kamu Cuma sekarung kecil beras, andai berat kamu sekarung besar beras yang berat nya satu kwintal pasti aku akan berjalan sambil membungkuk bungkuk... bisa dikira aku sakit perut atau lapar karena puasa.” gumam Pungki di dalam hati sambil terus melangkah menuju pintu masuk hotel.
“Ha... ha... ha.. ha...” suara tawa anak kecil di atas kepala Pungki.
Pungki pun memasuki pintu depan hotel, Untung pintu hotel itu cukup tinggi dan lebar, Pungki yang tidak tahu seberapa tinggi demit bocil itu langsung melangkah masuk ke dalam hotel.. Dan tidak ada suara anak kecil menangis akibat terbentur pintu tetapi malah suara anak kecil tertawa lagi didengar oleh telinga Pungki.
“Ha... ha... ha... ha... Kakak kalau sering sering gendong aku nanti otot tangan dan bahu kakak akan kekar ha... ha... ha... ha... tidak kalah dengan kakak yang gagah itu.” Suara anak kecil di atas kepala Pungki, tampak Rico berjalan di depan Pungki dan terus menuju ke bagian resepsionis.
“Hmmm.” Gumam Pungki di dalam hati.
Setelah mendapat kunci kamar, mereka semua menuju ke kamarnya masing masing. Pungki pun terus melangkah menuju ke kamarnya yang direncanakan akan dipakai berdua dengan Syahrul. Kini malah dipakai berdua dengan demit bocil.
Di saat Pungki sudah berada di depan pintu kamarnya. Terasa beban di atas pundaknya sudah hilang..
“Di mana demit bocil kok pundakku sudah terasa ringan.” Gumam Pungki di dalam hati sambil melangkah masuk dan dia belum menutup pintu kamarnya. Akan tetapi tiba tiba terdengar suara anak kecil tertawa dari dalam kamar.
“Ha... ha... ha... Aku sudah masuk kamar Kakak.. aku mau lanjut bobok lagi.. enak di sini ha.. ha... ha...” suara anak kecil sambil tertawa renyah.
“Hmm siapa sebenarnya dia.” Gumam Pungki lagi sambil menutup pintu..
“Namaku Windy Kak, Kakak jangan panggil aku demit bocil lagi ya...” suara anak kecil yang arahnya dari salah satu tempat tidur yang ada di dalam kamar itu. Kamar itu ada dua tempat tidur di dalamnya.
“Apa Kakak siap kalau aku memperlihatkan wujudku?” Suara anak kecil itu lagi.
“Apa wujud mu sangat menyeramkan hingga kamu bertanya seperti itu?” ucap Pungki malah balik bertanya dan melangkah menuju ke walk in closet untuk menaruh tas ransel dan melepas sepatu juga jaketnya.
“Iiihh Kakak pintar membalik pertanyaan... “ suara anak kecil yang belum juga menampakkan wujudnya.
“Kakak duduklah dulu di tempat tidur kalau nanti pingsan jatuhnya di kasur yang empuk ha... ha... ha... “
“Okey, lebih baik kamu menampakkan wujud kamu sekarang saat aku sendiri dan ada tempat tidur. Nanti kalau aku lama pingsannya kamu buka pintu kamar lebar lebar agar karyawan hotel melihat kalau aku terkapar.” Ucap Pungki sambil melangkah menuju ke tempat tidur satunya.
“Siyap Kakak.. siyap .. ha... ha... ha... ha...”
“Tapi kalau mendengar suara kamu yang imut dan nama kamu yang keren seperti nya kamu tidak menyeramkan.” Gumam Pungki dan Pungki pun kini duduk di tepi tempat tidur satunya sambil menatap ke arah tempat tidur di mana suara anak kecil berasal.
“Sudah tunjukkan sekarang wujud mu itu ke aku.” Ucap Pungki dan berusaha untuk duduk dengan rileks agar dia siap dengan penampakan yang bakal dilihat nya.
“Sudah siap nih..” suara anak kecil itu tampak suaranya menggoda Pungki.
“Insyaallah.” Ucap Pungki dan di dalam hati dia pun berdoa untuk memohon kekuatan dari Allah..
“Satu....” suara anak kecil dengan lantang.
“Dua...” suara anak kecil lagi di telinga Pungki.
“Ti....” suara anak kecil dan jantung Pungki berdetak lebih kencang siap siap untuk melihat wujud Windy si demit bocil.
“Ti... dak jadi tiga.. dua setengah dulu ha.... ha... ha...ha...” suara anak kecil itu sambil tertawa renyah.
“Windy... jangan bercanda ya.. jantungku benar benar deg deg an melebihi mau akan melihat gebetan aja..” ucap Pungki sambil menahan rasa deg deg an nya.
“Ha... ha... ha... ha... okey okey Kakak...”
“Cilubbbb... baaaa...”
Mata Pungki pun melebar saat di atas tempat tidur dia melihat sosok anak kecil dari belakang tampak Windy menghadap dinding tembok dan memunggungi Pungki. Yang membuat Pungki semakin kaget karena demit kecil di depannya itu bukan arwah adiknya yang selama ini dia kira, bukan juga arwah anak manusia biasa kalau melihat wujud dari belakangnya tampak rambut kepala demit bocil itu panjang sebahu dan berwarna putih seperti jin jin bocil yang pernah dia lihat waktu di kerajaan jin. Punggung demit bocil yang tanpa memakai baju hanya memakai celana macam sejenis popok kain itu pun juga ditumbuhi bulu bulu halus berwarna putih. Tetapi Demit bocil yang ada di depan nya itu bulu bulu yang tumbuh di tubuhnya tidak banyak dan tidak panjang panjang seperti demit bocil yang meringis waktu dia lihat di kebun bunga lili..
Pungki memegang dadanya dan mengurut ke bawah pelan pelan agar detak kencangnya sedikit berkurang.
“Kakak, apa Kakak sudah pingsan?” tanya Windy yang belum menoleh dan masih menghadap ke dinding memunggungi Pungki.
“Belum. Siapa kamu sebenarnya apa kamu makluk dari kerajaan jin Sang Ratu Ibunda Pangeran Anum?” tanya Pungki dan berusaha untuk kuat agar tidak pingsan.
“Apa kamu mata mata, pura pura membantu aku tetapi sesungguhnya kamu akan mencelakakan kami?” tanya Pungki lagi yang khawatir Windy justru membahayakan.
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.