NovelToon NovelToon
Bukan Salah Jodoh

Bukan Salah Jodoh

Status: tamat
Genre:Dosen / Beda Usia / Tamat
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ningsihe98

Sudah menginjak usia 30 tahun, Rendra belum juga menemukan jodohnya dan membuat dua sahabatnya Dimas dan Gilang ikut pusing memikirkan siapa yang akan dinikahinya.

Namun tanpa diketahui, selama ini diam-diam Rendra menyukai Dina adik dari sahabatnya Dimas, seorang perawat yang baru saja lulus kuliah.

Perbedaan umur juga sifat membuat Dimas menentang hubungan Rendra dengan adiknya.

"Lo sahabat gue, Dina adik gue. Terus gue bela siapa kalau kalian bermasalah?" ucap Dimas yang membuat Rendra menahan rasa cintanya.

Lalu bagaimana kisah cinta mereka? Mampukah Rendra meyakinkan Dimas dan apakah Dina yang selalu bergantung pada Rendra akan menerima cintanya?

~Spin off dari "Turun Ranjang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningsihe98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LAMARAN

FLASHBACK ON!

2012

Seminggu yang lalu Rendra baru saja di tembak oleh teman sekampusnya bernama Fira. Wanita itu cukup populer di kampusnya karena kecantikannya yang memukai terutama di jurusannya.

Fira menyatakan cintanya melalui pesan BBM (Blackberry Message) dan Rendra menerimanya meskipun saat itu perasaannya belum ada pada wanita cantik itu.

Fira mengajaknya berkencan, saat itu Rendra tahu gadis itu salah satu anak pengusaha yang cukup sukses dan Rendra saat itu baru memulai usahanya. Namun Fira tak memandang harta Rendra, ia tulus mencintai Rendra.

Saat berkencan pertama kali, Rendra mengajak Dina untuk ikut pergi bersama, dan seperti biasa setiap ia berkencan di luar jam kampus, Rendra akan selalu membawa Dina ikut bersamanya.

"Kenalin ini Dina, adik gue," ucap Rendra memperkenalkan Dina.

"Halo cantik, kamu adik Rendra tapi kok nggak mirip," tanya Fira.

"Dia adik sahabat gue, dan udah gue anggap kayak adik sendiri!"

Fira mengangguk tersenyum. Saat itu Dina baru naik kelas 2 SMP, ia tak pernah menolak jika Rendra mengajaknya karena lelaki itu selalu membawanya dan memperkenalkannya dengan pacar barunya.

"Dina itu bukan adik kandung kamu, tapi kamu bisa deket banget sama dia?" tanya Fira.

"Gue sayang sama dia, makanya gue ajak dia ke mana aja," jawab Rendra cuek.

Fira tersenyum kecil sambil meminum minumannya.

Dina yang saat itu hanya sibuk makan tak mendengarkan percakapan keduanya. Dina sempat melirik ke arah gadis yang menjadi pacar baru Rendra dan menurutnya Fira sangat cantik dan terlihat ramah dari pacar Rendra sebelumnya pernah di kenalkan.

"Ren, besok kita bisa pergi keluar tapi hanya berdua?" tanya Fira lagi.

"Kenapa?"

"Enggak, aku cuma pingin habisin waktu berdua aja, Ren."

Rendra menatap ke arah Dina yang masih makan tanpa mempedulikan keduanya.

"Kalian kalau mau berdua nggak apa-apa, Dina juga masih ada tugas," jawab Dina yang langsung berdiri.

"Enggak, kamu pulang sama Aa," tukas Rendra.

"Ren, nggak apa-apa kok Dina mau pulang biar aku suruh supir antar dia, kamu di sini aja," ucap Fira.

"Udah Aa sama kak Fira aja, Dina masih ada tugas bikin makalah belum selesai." kata Dina.

"Kamu sama supir kakak aja ya di antar, biar kakak ngomong ke dia," ucap Fira berdiri.

"Nggak perlu, gue sama Dina balik sekarang!" ucap Rendra berdiri.

"Tapi Ren, kita belum bicara!"

"Nggak perlu ada yang di bicarain, kalau lo nggak suka gue bawa Dina dan ngerasa nggak nyaman, sorry gue rasa kita nggak usah ngelanjutin lagi. Karena gue sayang sama Dina makanya gue mau ke sini karena dia," jelas Rendra kemudian pergi.

Rendra menarik tangan Dina keluar dari cafe tanpa mempedulikan perasaan Fira yang saat itu sudah mulai menangis selepas Rendra memutuskan hubungan begitu saja.

"Aa harusnya jangan bawa Dina kalau mau ketemu pacar baru, jadinya kan putus lagi!" omel Dina.

"Lagian kamu sih nyuruh Aa pacaran terus, orang Aa nggak suka," jawab Rendra memakai helm.

"Ini udah cewek ke sepuluh yang Aa putusin di depan Dina, nanti banyak yang ngira gara-gara Dina, padahal kak Fira cantik banget ih!" ucap Dina.

"Kamu juga cantik Dina, udah lah nggak usah mikirin mereka, orang Aa sayangnya sama kamu," jawab Rendra menjalankan motornya.

"Aa kalau sayang sama Dina nanti susah dapat pacar." teriak Dina di motor.

"Nggak apa-apa, masih ada Dina yang mau jadi pacar Aa!" jawab Rendra.

"Nggak mau, Dina masih kecil!"

"Ya udah nunggu kamu lulus sekolah kita pacaran!"

"Nggak mau nanti Aa udah tua!"

"Nggak apa-apa, nanti Aa jaga badan biar tetep muda!" jawab Rendra sambil tersenyum.

Sejak itu Dina tahu Rendra tak pernah berbohong dengan ucapannya, karena apapun tentang hidupnya Dina akan selalu di libatkan oleh Rendra.

FLASHBACK OFF

...***...

Pagi ini di rumah Dimas sudah sibuk mempersiapkan acara lamaran Rendra dan Dina yang akan berlangsung nanti siang.

Lamaran yang bisa di bilang cukup mengejutkan, bagaimana tidak Dina dan Rendra tidak pernah mempublikasikan hubungan mereka yang sebenarnya meskipun banyak yang tahu mereka sangat dekat sejak lama.

"Kamu mah tega Din, aku yang udah pacaran lama, kamu yang udah lamaran duluan ih!" ucap Ghea yang kini berada di kamar Dina.

"Ya mungkin udah waktunya, aku aja nggak nyangka," jawab Dina.

"Tapi beneran deh kata aku, kamu sama Aa Rendra memang udah berjodoh, kamu tuh udah suka sama a'Rendra tapi gengsi aja."

Dina hanya tersenyum, ia sendiri pun tak pernah tahu dan tak pernah menyangka ternyata orang yang selama ini ada di sisinya dan selalu ada untuknya itu benar-benar menjadi calon suaminya dan bahkan akan melamarnya hari ini.

"Gimana nervous nggak?" tanya Ghea.

"Lumayan sih, tapi nggak terlalu."

Ghea mengangguk, tak lama Anin datang ke kamar Dina bersama Afifa sedangkan anak keduanya bersama Dimas.

"Sudah mandi?" tanya Anin.

"Sudah dong, Teh," jawab Dina sambil cemberut.

"Bercanda sayang. Ya sudah kamu ganti baju gih biar Teteh sama Ghea dandanin kamu."

Dina berdiri mengambil baju yang menggantung di lemari dan berjalan ke kamar mandi.

"Teh Friska ke mana?" tanya Ghea.

"Ada di bawah baru datang, kasihan kalau di ajak ke atas, hamilnya udah gede bentar lagi lahiran," jawab Anin.

"Wah bentar lagi ponakan baru datang," jawab Ghea.

"Kamu kapan atuh nyusul?"

"Tenang, Teh. Rencana mah udah ada tinggal nunggu waktu," jawab Ghea tersenyum.

Anin menyiapkan makeup untuk Dina, sedangkan Afifa sudah sibuk bermain bersama Ghea di kasur Dina.

...***...

Dina sudah berdandan cantik dengan make up yang tidak berlebihan. Gadis yang memiliki kulit tidak terlalu putih ini tengah tersenyum bersama Ghea sahabatnya sambil menunggu kedatangan Rendra dan keluarganya. Ia tengah menunggu di kamar sedangkan yang lainnya sudah berada di ruang tengah.

Gilang ikut menjadi bagian dari lamaran dan menjadi pihak dari keluarga Rendra. Teringat dulu saat Rendra yang membantu Gilang melamar Friska.

Rendra dengan baju batik berlengan panjang yang ia lipat terlihat sama dengan warna rok Dina, ia terlihat tampan di tambah celana senada dengan warna kerudung yang Dina pakai, karismatik lelaki itu terpancar di wajahnya yang tengah tersenyum ramah.

Rendra duduk bersama dengan Andin dan Mamahnya, ada juga beberapa kerabat Rendra yang ikut hadir di acara lamarannya.

Rendra membawa beberapa seserahan seperti lamaran pada umumnya, ia memberi tas, pakaian dan makeup untuk Dina. Tentunya dengan merek yang cukup terkenal dan itu hanya untuk Dina.

"Maksud kedatangan kami ke sini, ingin menyampaikan maksud dan tujuan kami untuk melamar putri bapak dan ibu, apakah ibu dan bapak bersedia menerima lamaran kami?" tanya Paman Rendra yang menjadi walinya.

"Terimakasih kedatangan bapak dan ibu sekalian, kami menyambut kehadiran kalian dalam niat untuk meminang putri kami satu-satunya, namun untuk itu agar lebih meyakinkan mari bersama-sama kita dengar ketulusan dari anak kami Dina dalam menerima lamaran," ujar wali Dina.

Dina yang berada di kamar pun akhirnya di panggil turun ke bawah oleh Anin dan mereka berjalan bersama dengan Ghea.

Dina sempat menatap ke arah Rendra yang kini menatap ke arahnya dengan wajah tengangnya yang membuat Dina merasa ikut tegang.

"Anakku Dina, hari ini Ananda Rendra telah datang dan telah menyampaikan niatnya melamarmu untuk dijadikan tunangan menuju perkawinan pada waktunya nanti. Apakah Neng Dina bersedia menerima lamaran dari Ananda Rendra?"

Dina merasa masih gugup dan tegang, dengan nafas naik turun dan telapak tangan yang berkeringat, Dina menarik nafasnya dan memejamkan matanya sejenak.

"InsyaAllah, apabila bapak dan ibu merestui. Dina menerima lamaran a'Rendra dengan segala kekurangan yang ada pada diri saya mudah - mudahan Allah meridhoi," jawab Dina tersenyum.

"Alhamdulillah, baru kita dengar bersama-sama jawaban dari Neng Dina dalam menerima pinangan dari Ananda Rendra. Oleh karena itu kami selaku orang tua, hanya bisa berpesan jagalah tata krama, akhlak islami dalam pergaulan Anda berdua selama bertunangan hingga bersanding di pelaminan, karena selama ini Anda berdua belum menjadi muhrim," ujar Wali Dina.

Semua keluarga tampak merasa lega termasuk Dina dan Rendra yang mengucap syukur. Hingga tiba keduanya bertukar cincin, dengan tangan gemetar Dina berusaha tetap tenang meskipun ada rasa bahagia dan haru.

"Jadi juga kawin lo, Ren!" ucap Gilang.

"Nikah dulu woy, baru kawin!" sanggah Dimas.

"Alhamdulillah, akhirnya perjalan kalian berdua udah menemukan titik terang menuju ke pelaminan," ucap Anin.

Dina dan Rendra hanya tersenyum, kini keduanya tengah berkumpul, sedangkan keluarga lainnya tengah makan bersama.

"Sayang banget waktu Gilang ngelamar, nggak ada acara kayak gini mana nggak pake cincin juga," ucap Friska.

"Iya mana waktu itu nelepon dadakan, jadi cuma sempet beli buah-buahan," timpal Dimas.

"Iya, malahan gue lagi nyantai buru-buru beli roti buaya, untung tuh si buaya udah jinak jadi bisa di bawa kalau enggak bisa-bisa ngamuk kan kalau si Friska nolak!" tambah Rendra.

Gilang merasa terpojok dengan kedua sahabatnya dan istrinya, sedangkan Anin, Ghea dan Dina hanya tertawa mendengar curhatan Friska.

"Ya maaf, itu lamaran memang dadakan si Mmmah langsung ngajak ke rumah jadi nggak sempet nyiapin apa-apa," jawab Gilang.

"Untung aja ada roti buaya dari Rendra jadi kerasa kayak acara lamaran, kalau enggak mungkin di sangka lagi ngejenguk orang sakit," ucap Friska lagi.

"Maaf sayang, beneran waktu itu si mamah ngajaknya dadakan, jadi nggak sempat bawa seserahan," jawab Gilang.

"Memang bener, lamaran Gilang itu ada di tangan gue, kalau waktu itu gue nggak bawa roti buaya kayaknya gagal tuh lo nikah!" ucap Rendra.

"Nggak usah panas-panasin lagi Ren!" kata Gilang.

"Tapi, kalau nggak ada Gilang kan nggak mungkin sekarang kamu hamil sampai sesak gini, Ris," ucap Dimas.

"Tapi hamil sekarang kerasa banget, mana Gilang suka nggak mau ngabulin ngidam, kemarin beli rujak aja baru dua hari kemudian di beliinnya, mana kaki pegel nggak mau ngurutin, padahal di perutnya ada anak dia!" kesal Friska.

"Sabar sayang, jangan marah-marah kamu lagi hamil besar oke, maafin aku ya yang kurang peka," ucap Gilang mengelus punggung Friska.

"Din, kalau nanti Rendra kayak gitu kamu suruh aja Rendra yang hamil biar rasain gimana sakit dan susahnya kalau lagi hamil," ucap Friska pada Dina.

Dina yang tengah tertawa kecil mengangguk seraya menatap ke arah Rendra yang kini ikut terbawa-bawa oleh Friska.

"Tenang, gue nggak secuek dan sejahat Gilang kalau udah jadi suami!" jawab Rendra.

"Tapi Ren, aduhhh perut mulesssss!!!" ucap Friska yang kini mulai teriak.

Semua orang menjadi panik saat melihat Friska kini menahan mulas sambil memegang perutnya.

"Gilang, anak kamu mau lahir sekarang!" teriak Friska.

"Tahan sebentar jangan lahiran di sini, kita ke rumah sakit!" panik Gilang.

Dimas yang ikutan panik melihat Friska yang mulai mulas langsung berlari ke dalam mengambil kunci mobilnya.

Friska langsung di naikan ke dalam mobil bersama Gilang, Rendra, Dina dan Ghea sedangkan Dimas yang mengendarai mobil menuju rumah sakit.

Ghea dan Dina mendampingi Friska yang mulai mulas, untung keduanya sudah pernah membantu dokter dan bidan dalam proses persalinan.

"Teh Friska tarik nafas dan keluarkan, sebentar lagi kita sampai," ucap Dina menenangkan.

"Woy cepatan Dim, bini gue udah nggak tahan," ucap Gilang ikut panik.

"Gilang kamu diem aja, jadi tambah mules!" teriak Friska.

Sedangkan Rendra yang sudah pernah melihat situasi seperti ini mencoba tenang karena dulu iapun pernah mendampingi Anin melahirkan saat Dimas tengah bekerja.

Sedangkan Dimas cekikikan saat Friska memarahi Gilang.

"Nggak usah ketawa Dim, waktu Anin ngelahirin gue jadi korban bini lo!" ucap Rendra.

"Ampun, Ren!" ucap Dimas sadar.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit dan langsung membawa Friska ke ruang persalinan.

Dina dan Ghea ikut masuk ke dalam menemani proses persalinan Friska karena Gilang sudah mulai pucat saat melihat Friska yang sedang berjuang melahirkan anaknya bahkan saat melihat darah Gilang sampai tak kuat berdiri.

Tak lama suara tangisan bayi laki-laki terdengar di telinga mereka, Gilang yang berada di luar menunggu langsung menangis haru saat bayinya sudah di bawa oleh perawat dan juga Ghea yang sudah pamit.

Dengan penuh keyakinan Gilang masuk bersama Dimas dan Rendra ke dalam menemui Friska.

"Alhamdulillah, bayinya sehat," ucap Dina.

"Ris, maafin Gilang dia masih takut dan trauma lihat darah," ucap Dimas.

Friska yang masih lemas hanya tersenyum kecil, ia tahu Gilang takut dan trauma melihat darah. Dan ia pun sudah bersyukur karena lelaki itu sudah mau menemani meskipun akhirnya menyerah.

"Makasih, Din udah nemenin Friska, kalau enggak mungkin si Rendra udah jadi saksi kedua kelahiran anak kita," ucap Gilang.

"Saksi apaan, yang ada gue jadi korban dari kesakitan istri lo pada!" jawab Rendra.

"Iya, mana waktu itu gue nggak boleh masuk gara-gara di sangka Rendra suaminya Anin," ujar Dimas.

Mereka semua tersenyum, Dimas memilih menemani Gilang menunggu Friska karena Mamah dan Leona akan segera datang. Sedangkan Rendra dan Dina berpamit pulang membawa mobil Dimas.

"Alhamdulillah, anak a'Gilang akhirnya lahir dengan selamat," ucap Dina di dalam mobil.

"Alhamdulillah, tinggal anak Aa nih yang belum lahir dari kamu," goda Rendra.

"Ih Aa, orang kita baru tunangan juga!"

"Iya, tapi bentar lagi kan kita nikah terus punya anak, dan hidup bahagia," jawab Rendra.

"Aamiin."

"Makasih, Din udah mau nerima lamaran Aa hari ini."

"Makasih juga, Aa sudah sabar dan mau nunggu Dina dari dulu sampai sekarang," jawab Dina tersenyum.

Rendra mengangguk sambil fokus mengendarai mobil mereka.

"A, berhenti!" ucap Dina.

Rendra yang terkejut langsung memberhentikan mobilnya.

"Kenapa, Din?"

"Dina pengen beli rujak, itu yang ada di sana?" tunjuk Dina ke arah tukang dagang.

"Din, tiba-tiba kamu pengen rujak? Jangan bilang kamu ngidam? Enggak, Din kemarin kan Aa cuma cium kepala kamu nggak mungkin langsung hamil, kan?" tanya Rendra.

Dina mengerutkan kedua alisnya dengan ucapan Rendra yang mulai dramatisir.

"Astaga, Dina cuma mau rujak aja bukan berarti ngidam, udah ah Dina mau turun beli rujak!" ucap Dina hendak turun dari mobil.

"Eh, tunggu!" cegah Rendra.

"Apa?"

"Aa juga mau, tapi jangan pedes sama jangan pakai mentimun ya!" pesan Rendra.

"A'Rendra ngidam juga?" goda Dina.

"Iya Din, Aa ngidam kamu tanggung jawab ya!" ucap Rendra.

"Ogah!" jawab Dina seraya turun dari mobil yang membuat Rendra tertawa.

...°°°...

...Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya. ...

...Jangan lupa ya Vote & Komentarnya...

...^_^...

1
ØÝ
dina sifatnya terlalu kekanak-kanakan... hidup klo dibiasakan dimanja jd kaya gtu keras kepala selalu ingin menang sendiri
ØÝ
thx bangett berbaik hati membagikan cerita ini
Al Fatih
andin sama riko tor
Al Fatih
hahaha kocak
Al Fatih
🤣🤣🤣
Al Fatih
bagus ceritanya
Al Fatih
suka sama rendra
Al Fatih
dina cemburu
Al Fatih
suka sama ceritanya
ØÝ
anaknya Gilang ada brp yaa? ko gendong bayi bukannya anknya Gilang gk jauh beda yaa umurnya sm anaknya Dimas yg namanya Daffa tu?
ØÝ
dimas sebenernya brp bersodara yaa?
eel: 3 bersaudara. Dimas anak kedua dan Dina anak terakhir.
total 1 replies
Ramma Dharma
/Facepalm//Facepalm/
Vera Uni
seru cerita Teh...
eel: Terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Ramma Dharma
so sweet
Ramma Dharma
ceritanya asyik,masalah YG ada ringan .lanjut thor
eel: hihi siapp, Terimakasih sudah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!