Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling menghujam
Gelap semalam sudah berlalu, kini, matahari telah menyingsing di ufuk timur. Menyapa lembut kulitnya seolah memberi alarm agar cepat menaklukkan mimpi.
Bening membuka matanya pelan. Ia meregangkan tubuhnya sembari tersenyum memberikan dirinya energi positif untuk melewati hari ini.
“Pagi yang cerah, dan hati gue penuh dengan optimisme. Hari ini gue siap menghadapi apapun yang menghadang,” kata Bening berbicara sendiri. Ia terus memberi dirinya afirmasi positif.
Bening menyeka sisa - sisa mimpi dari matanya, lalu beranjak bangkit dari kasur empuknya. Pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah cantiknya. Ia kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Ingin menyiapkan sarapan pagi.
Tidak ada siapapun di dapur. Bening merasa lebih bisa bereksplorasi jika ia sendiri. Ia memilih beberapa bahan makanan yang akan ia masak.
“Bubur ayam, ya, gue butuh ayam untuk di suwir, kacang tanah, daun seledri ….”
“Buatkan untukku juga,” kata Segara. Bening terkesiap karena kedatangan Segara yang tiba - tiba.
Sebenarnya ia sangat ingin menolak permintaan suaminya itu. Ia bahkan tidak ingin berbicara. Namun, mengingat dia akan membutuhkan Segara karena wawancara hari ini, dengan terpaksa Bening melebihkan masakannya.
“Baiklah,” balas Bening sembari memberi senyuman semanis mungkin.
‘Gue harus berbaik - baik dengan laki - laki ini, kalau nggak, bisa aja dia mempersulit wawancara pertama gue nanti,’ batin Bening.
Bening memasak dengan telaten. Segara hanya duduk tanpa mengalihkan pandangan dari sosok istrinya.
Semakin lama di dekat wanita ini, semakin ia merasakan kenyamanan, seperti menemukan rumah di tengah badai. Rasa sunyi yang selalu jatuh di terik sepi yang lupa berteduh. Sunyi dulu mengakar, kini perlahan putus satu demi satu.
Begitulah analogi sebuah rasa yang dirasakan Segara. Ia tak pernah benar - benar merasakan keramaian sejak ibunya tidak ada lagi di dunia. Ia mungkin tetap tumbuh dengan ayah dan juga kakeknya. Tapi keterpurukannya tetap di sana, terbenam di hatinya. Merasa sepi dan sunyi.
Ada yang bilang bahkan kebosanan bukanlah suatu hal yang paling kejam, karena kesunyian lebih biadab. kesunyian bisa jadi penderitaan manusia yang paling pedih.
Namun, setiap kali ia bersama di satu atap dengan Bening, ia merasa benar - benar punya kehidupan yang lebih.
“Bubur ayam spesial sudah jadi,” kata Bening menyuraikan lamunan Segara.
“Terima kasih,” balas Segara.
“Bening masih punya waktu lebih. Mas Segara mau Bening buatkan bekal?” tanya Bening sambil terus menunjukkan senyumannya.
Segara menganggukkan kepalanya. Bening membalikkan tubuhnya membelakangi Segara. Tersenyum lebar menghadap dinding tembok.
“Yesss! Akan harus terus menaklukkan CEO bermata tajam ini,” gumam Bening.
“Buburnya enak, buatkan aku setiap hari,” kata Segara.
“Tentu, Bening akan memasak bubur tiap pagi untuk Mas Segara,” balas Bening.
‘Tapi bohong, enak saja, setelah artikel wawancara lo selesai, bahkan senyum pun gue nggak sudi!’ kata Bening membatin.
Tanpa menyentuh sarapannya terlebih dahulu, Bening melanjutkan memasak untuk bekalnya dan Segara. Dengan hati yang penuh harap, ia membuat masakan dengan niat sebagai penyogok CEO yang akan menentukan nasib karirnya kelak.
“Soal Grace, aku minta maaf, aku juga ….”
“Oh, namanya Grace, ya? Pacar Mas Segara itu, kan? Nggak apa - apa, kok. Santai aja,” kata Bening lekas memotong kalimat Segara.
Ia cepat menenangkan hatinya setelah mendengar nama perempuan itu. Bukan cemburu, tapi mengingat bentakannya lusa lalu membuat Bening murka. Bahkan kalau saja bukan karena wawancara itu lagi, ia akan melampiaskannya pada Segara.
Bening mengakui kecantikan Grace, bentuk tubuhnya yang terlihat sempurna. Lebih tinggi dari pada Bening. Tapi perangainya, membuat Bening tentu tidak suka.
Dan toh, sekali lagi karena kejadian malam di mana Segara menyentuh tubuhnya, kemudian di siang harinya dia tahu kalau suaminya punya pacar. Konyol! Kalau saja tahu sejak awal, mengajaknya bicara pun enggan, apalagi mengijinkan laki - laki itu satu kamarnya dengannya.
“Dan aku jujur dengan perkataanku waktu itu ….”
Bening menghentikan aktivitas tangannya yang tadi sedang mengaduk masakannya. Entah mengapa perkataan Segara yang terpotong itu terdengar penekanan yang harus ia dengarkan dengan seksama. Ia hanya merasa ini terlalu serius, padahal dia sendiri yang belum tahu apa yang akan dibahas oleh Segara.
“Perkataan yang mana ya?” tanya Bening pelan nyaris tidak terdengar.
“Soal aku hanya pernah melakukannya denganmu,” ucap Segara.
“Lupakan, Mas. Anggap saja nggak pernah terjadi apapun diantara kita berdua,” balas Bening tegang.
“Apa kamu selalu begitu dengan laki - laki lain?” tanya Segara spontan.
Nada pertanyaan yang terdengar santai namun menghujam. Bening terkesiap, ia terdiam sejenak. Mempertimbangkan makian ataukah berpura - pura bersikap normal dan menjadi orang terbodoh lagi. Reputasi harga diri atau kah karir yang harus ia pertahankan? Bening memutar tubuhnya, memandangi Segara yang juga menatap ke arahnya.
“Terserah mata Mas Segara saja menilai Bening. Toh, kita juga bukan siapa - siapa, hanya rekan dalam pernikahan paksa ini. Jadi apapun masa lalu atau kelakuan kita masing - masing, mari nggak usah kita bahas sampai kapanpun,” kata Bening sambil tersenyum.
Bening akhirnya memilih untuk bertahan demi nasib karirnya. Ia tidak mau pagi ini merusak segala cita - citanya. Walau harus mempertaruhkan gejolak kemarahan yang teramat membara.
Sementara Segara, ia menyuapi buburnya ke mulutnya sendiri setelah selesai mendengarkan kata terakhir dari Bening. Terdengar tidak ada yang aneh, namun berhasil membuat hatinya terasa tidak nyaman. Entah mengapa.
...🍰🍰🍰...