Bukan Salah Jodoh

Bukan Salah Jodoh

JEMPUT DINA

...Cerita ini Sekuel dari "Turun Ranjang"...

...Selamat membaca cerita ...

...Rendra dan Dina.....

...________#HAPPY READING#_______...

...°°°...

Muhammad Rendra Prasetya atau hangat di sapa Rendra adalah lelaki asal Bandung yang kini sudah hampir memasuki usia 30 tahun. Di usia kepala tiganya, Rendra justru terlihat lebih muda karena wajahnya yang bias dibilang babyface di tambah senyumnya yang manis dan juga kumis tipis yang ia biarkan tumbuh di wajahnya.

Rendra adalah lelaki cerdas yang memiliki segudang prestasi saat sekolah dulu, tak jarang dengan wajah manisnya ia selalu mendapat banyak pujian dan mampu memikat para kaun hawa.

Saat ini dirinya bekerja di salah satu perusahaan yang baru ia bangun beberapa tahun terakhir ini, ia juga membantu mengurus salah satu bisnis milik keluarga yang baru ia pegang 2 tahun belakangan ini. Selain itu, ia juga seorang Dosen di salah satu Universitas Negeri di Bandung.

Selama ini Rendra sangat dekat dengan dua sahabatnya yakni Dimas dan Gilang yang sudah bersamanya sejak sekolah menengah pertama. Namun meski begitu, taka da yang tahu apa yang sudah terjadi dan dialami Rendra selama ini termasuk dua sahabatnya itu.

"Halo Ren, bisa jemput Dina ke kampus?" tanya Dimas di balik telpon.

"Bisa-bisa, jam berapa?" ucap Rendra semangat.

"Lima belas menitan lagi kelasnya kelar."

"Oke gue otw sekarang!"

"Thanks Ren, Sorry ngerepotin."

"Buat Dina, apa sih yang enggak."

Dimas langsung mematikan sambungan telepon sebelum Rendra kembali meminta restu darinya.

"Si Dimas, kapan sih dia serius nanggapin perasaan gue ke adeknya!" ucap Rendra sambil membereskan berkas-berkas yang baru saja ia periksa.

...***...

Dengan jaket hoodie dan celana chino abu, Rendra membuka helmnya dan menunggu di parkiran kampus yang cukup terkenal itu. Sambil menunggu kelas Dina bubar, ia merapihkan rambutnya di spion motor sambil bersiul dengan santainya.

Sudah sepuluh menit belum ada tanda-tanda kelas Dina bubar, cacing di perut Rendra sudah berdemo untuk diberi makan. Rendra memilih menaruh helmnya dan berjalan ke arah gerobak baso tahu yang mangkal di dekat gerbang.

Dengan penuh perasaan Rendra menikmati pesanannya, hingga tersadar beberapa mahasiswa yang tampaknya satu jurusan dengan Dina berhamburan keluar kampus.

Rendra langsung berdiri dengan mulut yang masih penuh dan tangan yang memegang piring ia mengintip ke arah belakang tempat motornya parkir dan benar saja rupanya Dina sudah berdiri dengan tangan terlipat.

"Mang ini uangnya, kembaliannya ambil aja," ucap Rendra menyodorkan uang sepuluh ribu.

Rendra memilih berjalan menemui Dina yang tampak kesal menunggunya.

"Eh Mas tunggu!" teriak tukang baso tahu membuat Rendra berhenti dan menoleh.

"Udah Mang, kembaliannya ambil aja enggak apa-apa saya ikhlas," ucap Rendra.

"Bukan gitu, Ini uangnya kurang lima ribu Mas."

"Seporsi lima belas rebu Mang?"

"Satu porsi sepuluh ribu, tapi kan tadi Mas nambah lagi tahu sama siomay."

Rendra menyengir sambil merogoh sakunya dan memberikan uang lima ribu yang sudah terlipat-lipat di sakunya, sepertinya uangnya sudah terbawa di cuci beberapa hari lalu.

"Ini Mang, punteun nya nggak ada lebihnya uangnya pas," ucap Rendra menyengir kuda.

Mang tukang baso tahu hanya tersenyum menerima uang Rendra yang hampir lecek, beberapa mahasiswi yang tengah berjalan tertawa bersama teman-temannya melihat Rendra yang kini menahan malu sambil berjalan menemui Dina.

"A'Rendra ke mana aja sih?" omel Dina yang kesal.

"Maaf, tadi amunisi dulu," ucap Rendra memberikan helm untuk Dina.

Dina menerima helm dari Rendra dan memasangkan sambil menatap ke arah gerbang matanya tertuju pada lelaki berjas Almamater berkaca mata bulat yang sedang bebincang dengan temannya.

"Woy, mau balik kagak? Malah melamun!" ucap Rendra.

Dina yang tersadar dengan teguran Rendra langsung menengok dan membalikan badannya kemudian menaiki motor N-Max milik Rendra.

Baru saja Dina menaiki motor, suara sendawa dari Rendra terdengar keras di telinga Dina dan membuat gadis itu menepuk punggung Rendra karena kelakuan sahabat kakaknya yang tidak pernah berubah.

"Ih A'Rendra mah jorok!" tegur Dina.

"Namanya juga kekenyangan pasti sendawa," ucapnya cuek dan melajukan motornya.

...***...

Dimas dan Gilang tengah duduk di teras rumah sambil menikmati kopi yang baru saja di buat Anin istri Dimas. Dua sahabatnya itu kini sudah menikah, hanya tinggal Rendra sendiri yang masih membujang sampai saat ini.

Ketiganya memang masih sering berkumpul, entah untuk urusan pribadi atau mengisi waktu kosong, bahkan tak jarang Gilang dan Dimas membawa anak mereka pula.

Motor Rendra sudah masuk gerbang dan di parkir di garasi. Dina turun dari motor memberikan helmnya pada Rendra, tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih karena sudah di jemput.

"Assalammualaikum," ucap Dina menyalami Gilang dan Dimas di teras.

"Waalaikumsalam," jawab Dimas dan Gilang bersamaan.

"Eh si Gilang sama Dimas di salamin kenapa Aa Rendra enggak tadi?" tanya Rendra yang menghampiri mereka.

"A'Rendra mah bosen tiap hari ketemu!" ucap Dina yang lalu masuk ke dalam.

"Eh itu cewek udah di antar pulang malah bilang bosen, untung gue sayang," ucapnya duduk di kursi.

"Apa tadi lo bilang?" ucap Dimas tengah memegang pisau.

"Maksudnya untung gue baek," jawab Rendra takut melihat pisau di tangan Dimas.

Dimas mengangguk dan mengambil buah mangga yang akan di kupas, sedangkan Gilang hanya tertawa melihat ketakutan Rendra pada Dimas setiap kali bersangkutan dengan Dina.

"Mangga dari mana?" tanya Rendra.

"Dari pohon."

"Ya gue tahu buah mangga dari pohon masa turun dari langit," ucap Rendra kesal.

"Ya itu lo tahu, ngapain nanya?" ucap Gilang.

"Ini lho berdua ada masalah apa sih sama gue? kayaknya tuh punya dendam sama gue, heran gue teh," ucap Rendra meneguk kopi Gilang.

"Nah ini nih yang bikin kita dendam, itu kopi punya gue main sosor aja!" kesal Gilang.

"Nyobain doang kali, lagian kalian tahu gue datang bukan di buatin kopi juga,"

"Minta gih sama Dina, ke dalam," ujar Dimas.

"Ya udah gue ke dalam dulu," ucapnya berdiri.

"Eh tunggu, sekalian bawain ulekan gue lupa bawa," ucap Dimas.

"Oke."

"Eh tunggu!" ucap Dimas kembali.

"Ape lagi Dim?"

"Sekalian bawa talenan sama piring," ucap Dimas.

"Itu aja? Ada lagi?"

"Nggak ada."

Rendra mengangguk dan berjalan ke dalam. Namun baru dua langkah masuk ke dalam rumah, Dimas kembali memanggilnya dan dengan kesal ia membalikan badannya mengintip di balik pintu.

"Apalagi sih?" ucapnya kesal.

"Ehh jangan marah-marah dong!" ucap Gilang.

Rendra menarik nafasnya kemudian tersenyum manis pada Dimas yang masih mengupas mangga.

"Ada apalagi abang ganteng? Adek Rendra siap membantu," ucap Rendra sambil tersenyum manis.

Tiba-tiba saja kulit mangga mendarat di mukanya, siapa lagi kalau bukan ulah Dimas yang kesal dengan tingkah Rendra.

"Ada apalagi sih Dim?" tanya Rendra kesal.

"Jangan genit-genit sama Dina dan ingat jarak!" ucap Dimas.

Rendra melongo sambil mengedipkan matanya berulang-ulang, yang benar saja Dimas padahal tadi dia menyuruh dirinya menjemput Dina ke kampus dan sekarang disuruh untuk menjaga jarak dengan gadis itu. Dasar calon kakak ipar yang aneh!

"Baik kakak, saya laksanakan," ucap Rendra sambil menahan kesalnya masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah terlihat sepi, Rendra berteriak memanggil Dina namun tampaknya gadis cantik itu tidak mendengarnya. Wajar saja kamarnya berada di atas sedangkan dapurnya berada di bawah.

Rendra memilih langsung ke dapur dan membuat kopi untuknya.

"Ngapain di sini A?" tanya Dina.

"Mau bikin kopi, kamu di panggil nggak nyaut-nyaut," ucap Rendra mengaduk kopinya.

"Ya udah sini sama Dina," ucapnya.

"Nggak usah, kamu bawain ulekan aja tadi Dimas suruh."

"Ulekan kan berat A, Dina nggak kuat bawanya apalagi bawa keluar." keluh Dina.

"Eh iya, yaudah biar sama Aa aja kamu nggak akan kuat, ulekan terlalu berat nanti tangan mulus kamu terluka," ucap Rendra mengambil ulekan.

Dina hanya tertawa mendengar ucapan Rendra, entah mengapa lelaki dihadapannya ini selalu bisa membuatnya tertawa, hidupnya sepertinya ringan-ringan saja.

"Kamu bawain kopi Aa ya ke depan." Kata Rendra yang diangguki Dina.

"Nih ulekannya mas Dimas," ledek Rendra.

"Thanks."

"Mas Dimas mau bikin apa?" tanya Dina.

"Mau ngerujak, tadi istri Gilang beli mangga muda kebanyakan jadi di bawa ke sini aja," jawab Gilang.

"Oh gitu, eh A'Gilang gimana motor Dina? udah beres di service?" tanya Dina.

"Masih ada barang yang harus di pesan dulu, tadi karyawan Aa udah disuruh buat beli, paling tiga harian lagi baru selesai, soalnya banyak yang service juga," jawab Gilang.

"Yah nggak bisa cepat ya A? Soalnya susah kalau ke kampus nggak naik motor."

"Ya habis gimana, motornya banyak yang harus diganti, lagian kan kamu di antar Dimas dan di jemput Rendra."

"Iya tapi nggak bisa mampir ke mana-mana."

"Kalau mau mampir kemana-mana gapapa, A'Rendra antar," ucapnya sambil memakan potongan buah mangga.

"Nggak mau ah, nanti banyak gosip beredar, dikira Dina pacaran sama om-om," ucap Dina berlalu pergi ke dalam.

Gilang dan Dimas hanya tertawa dengan ucapan Dina pada Rendra.

Entah mengapa Dina selalu terlihat sensi pada Rendra seorang, sedangkan pada Dimas dan Gilang ia lebih sopan. Mungkin karena sifat Rendra yang selalu menggodanya membuat Dina menjadi sedikit kesal.

"Udah gue bilang, lo itu nggak pantes sama Dina, itu lo denger sendiri kan jawabannya?" ucap Dimas masih tertawa.

"Si Dina mah dia gengsi padahal hatinya udah ke pincut juga," ucap Rendra dengan percaya diri.

"Idih coba buktikan ilmu klepek-klepek lo itu mempan kagak?" tantang Gilang.

"Oke, gue bakal buktikan kalau si Dina jatuh cinta sama gue nanti, Dimas jangan halangin hubungan kita!"

"Ngarep aja terus, udah ditolak sama yang bersangkutan juga," ucap Dimas sambil menggelengkan kepalanya.

Sedangkan Rendra mengesap kopinya sambil mulai berpikir bagaimana membuat Dina jatuh hati padanya meskipun kemungkinannya memang tak mungkin terlebih jarak umur diantara mereka dan juga karena hubungan persahabatan antara dirinya dan Dimas.

...°°°...

Catatan : "Cerita ini adalah sequel dari "Turun Ranjang" novel pertama Author. Novel "Bukan Salah Jodoh" pertama kali di upload 10 Juni 2020 lalu di Wat**pd*. Di tahun* 2021 sudah pernah terbit di novelkan dan April 2024* karena kontrak sudah berakhir, jadi Author upload seluruh cerita di Noveltoon agar bisa di baca ulang dan gratis**."

...Terimakasih yang sudah membaca karya saya. ...

...Jangan lupa vote dan komentarnya yaa...

...^_^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!