NovelToon NovelToon
As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:51k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eva IM

Elia putri Duke Haliden menikah dengan putra selir kaisar yang berstatus Duke, Julius Harbert.
Pernikahan yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan selamanya, itulah yang Elia percaya. Julius selalu melihatnya sebagai gangguan di matanya.
Selama tiga tahun pernikahan Elia siang malam memikirkan bagaimana caranya lepas dari rumah Harbert yang tidak pernah menghargainya.
Kematian.
Hanya ada satu ide yang terlintas di benaknya.
"Seperti apa yang kamu inginkan, Duke! Kematianku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva IM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Gila

Julius tidak berkata apa-apa, dia hanya diam menunggu Ines menangis. Tubuhnya bergetar di dalam pelukannya. Tangannya mencoba menenangkan dengan membelai rambut dan punggung Ines.

Bukannya dia tenang, Julius sama saja dengan Ines. Terguncang. Hanya dia tidak memperlihatkannya. Kalau tidak karena Ines sedang menangis di dalam pelukannya, Julius pasti sudah mencari Yosef. Membuat perhitungan dengannya.

Tangisan Ines mereda. Julius yang menunggu masih mencoba menenangkannya. Menata perasaannya yang kacau. Setelah tubuhnya tidak gemetar lagi, Julius baru bisa tenang. Baru saja dia tenggelam ke dalam keadaan yang penuh teror. Membayangkannya saja membuat Julius kembali ngeri. Bagaimana kalau tadi dia terlambat satu langkah lagi. Bagaimana kalau tadi Ines tidak berhasil melarikan diri dan Julius menemukannya.

Apa yang akan terjadi.

"Owen?" Indra Julius yang tajam menangkap suara langkah kaki yang familiar.

"Yang Mulia, saya di luar." Benar itu adalah Owen. Dia mencari Julius saat keberdaannya tidak terlihat di pesta. Setiap pelayan, ajudan atau pendamping ditempatkan di ruang yang berbeda namun masih menjadi satu dengan tempat pesta. Tujuannya untuk memudahkan mereka membantu para majikannya jika dibutuhkan.

"Yosef Hayes." Julius berhenti sejenak. "Ikuti Yosef Hayes. Apapun jangan sampai dia lepas." Titahnya dengan suara yang dalam.

Ruang istirahat yang untungnya sepi menjadi tempat bersembunyi Julius dan Ines. Jadi Owen tidak perlu menjaga pandangan orang-orang tentang Julius. Saat mengikuti Julius, Owen sedikit memahami apa yang terjadi. Setelah diberi perintah dia secara mekanis mencari Yosef Hayes.

Suasana kembali sunyi di ruang istirahat.

"Lady Ines, anda baik-baik saja?" Tanya Julius pelan saat tangisan Ines mereda. Dia perlu memeriksa kondisinya. Apakah ada yang terluka dimana saja. Menjadi sulit karena Ines memeluk lehernya dengan erat.

"Ah!" Teriak Julius saat rasa sakit menusuk lehernya. Bukannya menjawab, Ines malah menggigit leher Julius.

Julius segera menjauhkan tubuh Ines untuk menjangkau pandangannya. Matanya masih berair dengan pandangan yang tidak fokus. Kondisinya sedikit. Rambutnya yang telah ditata rapi menjadi berantakan. Namun senyum terbit di bibir Julius. Dia seperti bisa melihat Ines yang seperti ini.

"Anda baik-baik saja?" Tanyanya dengan senyum paling cerahnya.

Ines mengangguk tanpa menjawab.

"Coba saya lihat, apakah ada yang terluka?" Julius mengamati Ines lebih dekat. Melihat wajahnya, lehernya, kedua tangannya hingga bagian lain yang bisa di jangkau. Selain tangannya yang sedikit tergores, tak ada luka lain.

"Anda terluka." Hanya sebuah goresan kecil yang tidak seharusnya disebut terluka. Julius mengarahkan bibirnya ke luka tersebut kemudian menciumnya, menjilat noda darah.

Ines masih tak memberi respon apapun. Dia linglung. Yang Ines rasakan adalah seluruh tubuhnya panas dan rasanya gatal. Dengan ciuman kecil itu, tubuhnya semakin berkobar. Ines ingin sadar tapi dia tidak bisa. Rasanya sangat panas sekali.

Tiba-tiba dia menarik tangannya dengan kasar. Berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman Julius. Jauh di dalam lubuk hatinya dia tahu orang yang sedang memeluknya. Tapi keinginan sadarnya ini sangat jauh dia pegang. Ines kehilangan pikiran sehatnya.

"Lepaskan aku!" Teriaknya dengan suara sangat lemah. Tubuhnya masih menggantung di tangan Julius. Ines ingin lari. Julius sama saja dengan Yosef. Dia tidak mau dikuasi oleh siapapun. Lubuk hatinya mengirim sinyal keras ke otaknya, tapi otaknya yang terbakar oleh panas tidak meresponnya dengan baik.

"Lady Ines tenanglah. Ini saya, Julius." Ucap Julius kembali menenangkan. Ines sudah tenang tadi. Kenapa tiba-tiba kembali histeris. Pikir Julius dia pasti salah mengira bahwa dirinya adalah Yosef.

"Aku tahu. Aku tahu!" Teriak Ines dengan sisa kekuatannya.

Genggaman Julius sayangnya tidak goyah. Dia dengan mudah menekan pemberontakannya. Ines yang tidak mau kalah mendorong dadanya Julius hingga mereka berdua ambruk ke sofa. Julius jatuh telentang dan Ines duduk di atasnya. Baru saat itulah genggaman Julius terlepas karena refleks memegang tubuh Ines agar tidak jatuh.

Ines yang terkejut menatap Julius dalam-dalam. Kini dia berada di atas tubuh orang yang paling dia benci. Dia ingin pergi dan melepaskan diri. Namun kewarasannya yang telah putus mendahulukan egonya yang mendasar. Berada di atasnya membuatnya superior.

"Aku membencimu." Ujar Ines kemudian mengarahkan tangannya ke leher Julius. Mencekiknya dengan kekuatannya yang lemah. "Pergi dariku! Pergi!"

Inilah keinginan Ines saat dia menjadi Elia. Melenyapkan orang-orang yang menyakitinya. Siang malam dia berdoa agar orang-orang itu menghilang atau bahkan mati. Kenyataan pahit yang menyadarkannya. Bukan mereka yang menghilang namun dia sendiri yang harus menghilang.

Julius tertohok oleh perbuatan Ines. Wanita anggun yang sangat memikirkan tindakannya kini mencoba mencekiknya. Anehnya Julius tidak takut sama sekali. Dia menatap kosong wajah putus asa Ines. Sangat menyedihkan. Hingga hatinya ikut terasa sakit. Apakah ini Ines yang sebenarnya, tidak, perasaan Elia yang sebenarnya. Dia memang pantas untuk dibenci. Dia memperlakukan sangat buruk wanita itu.

Namun Ines tidak dalam kondisi yang baik untuk membalaskan dendamnya padanya. Saat menyentuh tangannya tadi, Julius merasakan rasa panas dari tubuhnya. Julius khawatir akan kondisinya. Dia perlu mendapatkan perawatan dibanding menyalurkannya untuk berusaha mencekiknya dengan kekuatannya yang lemah ini. Maka Julius meraih tangan Ines kemudian menarik tubuh kecil itu.

Posisi mereka berbalik. Kali ini Ines ada di bawah tekanan Julius.

"Lepaskan aku!" Ines kembali histeris.

"Tenanglah. Kamu akan terluka jika terus seperti ini." Julius menjepit tangan Ines dengan kedua tangannya. Kakinya yang meronta telah di blokir oleh Julius.

Ines tertawa mendengarnya. "Apa pedulimu?" Semburnya.

Julius mengernyitkan dahinya sebagai respon. Wanita dibawahnya ini menjadi sangat berani setelah menangis. Sebenarnya dia memikirkan sesuatu yang lebih buruk namun menenangkan Ines adalah kepentingan utamanya.

"Lady Ines harus segera diperiksa, jangan memberontak lagi. Kondisi anda sedang tidak baik." Julius berusaha meraih kembali ketenangannya.

Ditengah perubahan emosi Ines yang tiba-tiba. Dia tidak ingin membuat kesalahan.

"Aku tidak mau! Lepaskan aku!" Ines kembali meronta. Meraung ta karuan. Apalah etiket kesopanan yang selalu dia pegang. Semuanya lepas kendali.

Julius menghela nafas dalam. Situasinya akan tetap seperti ini jika dia tidak mengalah.

"Baiklah." Ucap lemah Julius seraya melepaskan Ines. Dia menggeser tubuhnya sedikit ke samping agar Ines bisa bangun.

Merasa bahwa dia telah bebas Ines menarik tubuhnya kemudian berlari ke sudut ruangan. Membungkuk dengan tubuh membulat seperti bola. Kedua tangannya memeluk tubuhnya yang meringkuk.

Julius tercengang. Bagaimana bisa wanita yang dikenal kaku itu bisa bertingkah diluar dugaannya. Julius melonggarkan ikatan dasinya yang terasa sesak. Dia segera mendekati Ines seraya menurunkan tubuhnya dengan ringan.

"Lady Ines?" Panggil Julius sekali lagi. Dia seperti sedang bermain-main dengan anak kecil. Suaranya lembut ingin membujuk. Julius hanya ingin memastikan sesuatu.

Ines tak bergeming.

"Jangan seperti ini, lihatlah saya." Bujuk Julius kembali.

Julius hampir gila. Jika bukan karena Ines dia pasti sudah menggunakan pemaksaan untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Saat ini dia sedang berusaha sabar padahal dia bukanlah penyabar.

"Lihat saya sebentar." Julius terus mendesak.

Terpaksa Julius menarik tangan Ines kemudian meraih tubuh ringan itu dengan mudah. Julius langsung memeluknya, mengurung tubuh kecil itu dalam kekuatannya kembali.

"Lepaskan! Pergi!" Oceh Ines tapi tidak ditanggapi Julius.

Karena tubuh kecil yang gigih memberontak itu, Julius menekan tubuh Ines ke dinding. Meraih dagunya dengan mudah kemudian mencium bibirnya. Sebuah aroma familiar tercium. Julius segera melepaskan ciumannya kemudian menatap mata Ines. Bola matanya yang berwarna coklat cerah Ines telah berubah menjadi warna ungu tua.

"Sial!" Julius mengumpat.

Violacea, sebuah racun yang terbuat dari jenis bunga bernama Viola berwarna ungu. Tanaman ini tumbuh subur di benua Uttara. Bunga musim dingin yang sangat langka. Racun ini umum digunakan untuk membius seseorang. Untuk dosis rendah pemakaiannya.

Namun jika digunakan dalam dosis yang tinggi, seseorang akan kehilangan kesadarannya dan menjadi gila. Orang tersebut seperti sedang mabuk saat minum anggur. Ciri umumnya adalah tercium bau wangi bunga Viola dan bola mata berubah menjadi keunguan.

Orang yang terkena Violacea akan mengalami demam tinggi, sesak nafas, dan hilang kesadaran. Keuntungan yang didapat dari orang yang memberikan racun ini adalah si target mudah untuk dikendalikan.

Bersambung...

1
Merry Maria
keren dooong..sangat menghibur😊
Esti Afitri88
Demi ines apapun ditempuh julius .
Merry Maria
wow..
Diah Al Khalifi
grazy up Thor🙏🙏
Sara Famay
lanjut ceritax bagus sekali /Smile//Smile/
Fikri Syahroni
up lg donk
Merry Maria
thank U karyax thor..keren dan menghibur. semoga nggak kelamaan yaa ngupdatex 🌹💐
Ddyat37 Del*
😘😘😘🥰🥰🥰🥰🥰
Sri Lia Mulyati
👍
vio~~~~
jangan lama2 ya thor kasian si ines jongkok ma nangisnya kelamaan..😅😅
vio~~~~
ditunggu lanjutannya ya..😊
Yulia Nengrum
lanjut ceritanya bagus ni torr
Esti Afitri88
siaap thor
Esti Afitri88
thanks.. thor
Diah Al Khalifi
dulu acuh ko sekarang jd peduli ,suami GK jelas😓
meee
semangat up thor... 💪💪💪
Frando Wijaya
gw semkin kesel bner....bknny jauhi semua bangsawan sialan tpi knp hrs dkti lg.....
Frando Wijaya
klo gw jd Ines gw langsung bicara inti....persetan dgn status uang mwpun kekuasaan....gk ada bedany bahwa mereka sendiri jg aib gk layak bicara dgn org yg sebut org lain aib
Frando Wijaya
lah? tua bangka busuk itu adalah paman Giselle ini?! jika bner....mka gk heran ines gk sudi dkt2 pda spapun
Anonymous
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!