NovelToon NovelToon
11:12 - Rooks Stand Sentinel

11:12 - Rooks Stand Sentinel

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Bullying di Tempat Kerja / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Suryavajra

Trust-issue bukanlah kelainan jiwa. Semua orang dapat mengalaminya.

Di saat ekspektasi kita terlalu tinggi dan ternyata tidak tercapai, maka kekecewaan bisa saja terjadi.

Cerita fiksi dengan latar belakang kota London, Inggris di tahun 2019. Semua karakter, nama, tempat, maupun organisasi adalah bagian dari cerita, bukan mewakili kondisi sebenarnya di dunia nyata.

Disarankan berusia di atas 18 tahun untuk membaca cerita fiksi ini karena mengandung adegan kekerasan, pembunuhan, perkataan kasar, penyalahgunaan obat, dan aktivitas merokok.

Cerita mengandung beberapa ungkapan yang ditulis dalam bahasa asing dan istilah keuangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suryavajra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27 - London, St. Pancras International Station - 11/12/2019 1125 HRS

A Murderer's Escape, A City That Binds.

“Police Sergeant Davis?” seorang wanita berlari menghampiri Harold yang sedang mengakhiri sambungan telepon dengan Duchess Harrington.

“Ya?” Harold Davis membalikkan badan.

Tampak seorang detektif memperlihatkan tanda pengenal dari CID.

“Detective Inspector Anjali Dankworth, CID.” 

“Apa yang bisa aku bantu, DI Dankworth?”

“Identifikasi pelaku, sersan.” jawab Anjali Dankworth, “Apakah anda bisa mengidentifikasinya?”

“Seorang wanita muda, tinggi 170cm, kulit putih, rambut pirang cenderung hampir putih, usia mungkin awal 20-an.”

“Ada petunjuk lain yang lebih spesifik?”

“Tattoo..” jawab Harold Davis sambil mengingat.

“Tattoo?”

“Ya, sekilas aku melihat tattoo di tangan kanannya, sebuah mahkota, roda dan huruf Q dan A.”

“Terima kasih sersan Davis,” kata DI Dankworth, “Sebenarnya aku hanya perwakilan saja untuk kasus ini, DCI Thornfields yang akan menanganinya.”

“DCI Thornfield? Isabella Thornfield?” tanya Harold, “Di mana dia sekarang?”

“Di Mayfair, sersan..” jawab DI Anjali Dankworth, “Ada upaya pembunuhan Lord McCloskey. Er.. anda mengenalnya, sersan?”

“Oh itu..” Harold terkejut, “Blimey, upaya pembunuhan sehari sebelum pemilu?”

“Mohon bantuannya untuk tetap di sini, di dalam perimeter sampai DCI Isabella Thornfield datang, sersan.” tambah Anjali, "Atau mungkin sampai selesai, aku tidak tahu mana yang lebih dulu datang situasinya, sarge,"

Harold Davis mengangguk.

Tampak police line sudah dipasang di sekitar tempat kejadian perkara, tim FSD (Forensic Services Department) dari Met Police juga sedang sibuk bekerja memotret, membuat sketsa, dan mengumpulkan bukti fisik.

DI Anjali Dankworth dari CID bertugas sebagai Crime Scene Manager untuk mewakili Isabela Thornfield yang sedang bertugas dengan peran yang sama di The Velvet Palate.

“Apakah korban sudah diidentifikasi?” tanya Harold Davis.

“Derian Longhart, 26 tahun, lajang, tidak ada catatan kriminal, pegawai bank, selalu bayar pajak.. Bahkan..” kata Anjali sambil mencari catatan berikutnya, “Bahkan ia tidak pernah melanggar lalu lintas.”

“Sepertinya ini bukan perampokan, memang pembunuhan..” Harold menyatakan kecurigaannya.

“Tentu saja!” kata Anjali, “Jika perampokan, tentunya dilakukan dalam jarak dekat, dan jika yang dirampok adalah itu, sepertinya berlebihan.”

Harold melihat ke arah yang ditunjuk DI Anjali Dankworth. Tampak locker nomor 13 terbuka, dan tampak di dalamnya seperti tumpukan kartu dan beberapa dus.

“Benda apa itu?” tanya Harold.

“Merchandise Blackpink X Adidas edisi 2019,” jawab Anjali, “Kemungkinan korban selain kerja di bank, ia juga melayani pre order pembelian merchandise K-Pop ini.

“Sangat tidak mungkin ia ditembak dengan Glock 19, hanya demi photocard Blackpink atau benda koleksi lainnya ini.” tambah Anjali.

“Selain itu ada tembakan dari atas, sepertinya mereka bertiga melakukan rencana pembunuhan ini.” kata Harold.

“Benarkah?” tanya Anjali.

“Maaf, aku lupa menjelaskan bahwa pelakunya tiga orang. Tadi aku terlalu fokus dengan tersangka pembunuhan saja. Selain tersangka penembak, ada satu penembak MP7 dari upper level dan satu lagi yang menyelamatkan gadis itu menggunakan pistol 9mm dari lower level.”

“Right! Ini lebih serius lagi masalahnya!” DI Anjali Dankworth tampaknya agak kesal karena PS Harold Davis terlambat mengungkapkan jumlah pelaku.

Ia beranjak meninggalkan Harold dan menemui tim forensik yang sedang memeriksa jejak peluru lain sambil berbicara di radio. Tampak beberapa DC dari CID dan PC dari AFO berlarian ke upper level.

Sementara itu PS Davis memasukkan peluru yang sempat ia rebut dari chamber Catherine ke dalam saku jasnya. Petugas forensik mengamankan barang bukti dari suku cadang Glock 19 yang berserakan dan kacamata yang jatuh tadi.

“Semua unit, listen up! ini DI Dankworth, Crime Scene Manager. Situasi 187 di St. Pancras International. Korban Derian Longhart, ditembak 9mm. Kita harus menemukan 3 tersangka pembunuhan di antara kerumunan di stasiun. DS Barnes, you copy?”

“DI Dankworth, DS Barnes di sini. Copy situasi 187, St Pancras International ditutup, tidak ada yang bisa keluar dan masuk, AFO standby di semua pintu.”

“Copy that, DS Barnes. Primary goal adalah identifikasi dan mencari para penembak. Tango ada 3 orang. Koordinasi dengan AFO Team Leader Reynold.”

“Dimengerti. Ada ciri khusus dari penembak?” tanya DS Barnes di dekat pintu masuk. DI Anjali Dankworth menjelaskan ciri-ciri yang diceritakan PS Davis sebelumnya kepada DS Barnes.

Kondisi stasiun menjadi ramai dan panik karena tiba-tiba para petugas AFO dibantu BTP (British Transport Police) mencari para penembak di antara kerumunan yang terpaksa diam di tempat tidak dibolehkan keluar, maupun menuju stasiun King Cross St. Pancras melalui pintu akses di lower ground. Semua perjalanan kereta dihentikan sementara oleh BTP.

“Cari di kerumunan, siapa pun yang acting 10-15. Perhatikan tanda-tanda gelisah, gerakan tiba-tiba, dan siapa pun yang mencoba untuk 10-40. Tetap tutup semua stasiun, akan ada bantuan tambahan dari ARV untuk menjaga di luar stasiun, target dicurigai masih on scene.”

“Understood. Kami sudah bekerjasama dengan AFO dan BTP, mencari tersangka penembak. What's our ETA?”

“DS Barnes, kita berpacu dengan waktu. Tiap detik berarti. DS Barnes, minta beberapa orang untuk melihat CCTV feeds, bekerjasama dengan BTP untuk 10-22 potential suspects. Hindari mereka bertiga 10-99.”

“10-4. Aku akan ke ruang BTP, AFO Team Leader Reynold menggantikan posisiku di sini. Barnes out.”

Suasana di stasiun menjadi mencekam. Beberapa penumpang histeris karena terintimidasi todongan Sig MPX dan H&K MP7.

Sementara itu, di luar stasiun, sepasukan ARV (Armed Response Vehicle) berjaga dengan senapan Sig MCX dan media sudah ramai sekali berkumpul.

Suara ponsel Boris berbunyi, ia menjawabnya.

“Boris, aku tidak bisa ke depan stasiun lagi. Tadi semua kendaraan yang menunggu disuruh pergi oleh Met Police. Sekarang polantas memblokir jalan. Aku hanya bisa menunggu di Euston Square. Jalan macet semua!” kaya Yasser di telepon.

“Oke kau tunggu di situ!” kata Boris Aldriche, “Kami tertahan polisi karena ada penembakan di dalam stasiun. Aku akan mencari cara keluar!”

“Sudah sampai mana titiknya?” Scott mulai gelisah.

Boris memperlihatkan layar ponselnya, “Ebbsfleet!” 

“Bollocks!” umpat Scott dengan bahasa kasar.

Sementara itu penumpang lain juga gelisah dan mulai melayangkan protes kepada para petugas AFO dengan ada alasan pertemuan bisnis, jemput sekolah, sampai terlambat ke Heathrow. 

“Semua protes,” kata Jorg Gittelbaum, “Saat yang tepat kabur!”

Boris, Scott, dan Jorg memanfaatkan kekacauan tersebut untuk coba melarikan diri. Mereka mengendap-endap di antara para penumpang yang protes, ke arah pintu keluar di upper level.

Mereka bertiga secara perlahan memperhatikan polisi yang menjaga. Ketika polisi lengah, mereka beranjak ke eskalator menuju upper level.

“All units, ini DI Dankworth. Kita menghadapi fluid situation di St. Pancras. Perhatikan dengan seksama untuk kerumunan yang mencurigakan 10-29. Kita tidak bisa menahan para pengunjung lebih lama, bisa berujung jadi tuntutan melalui IOPC! Temukan segera, ETA 60 detik dari sekarang!”

IOPC atau Independent Office for Police Conduct adalah badan independen yang dibentuk untuk menyelidiki keluhan tentang polisi di Inggris dan Wales. Jika DI Anjali Dankworth dirasa merugikan para penumpang sipil di stasiun tersebut, maka IOPC bisa bertindak tanpa menunggu keluhan dari publik.

Para penumpang di stasiun sudah makin gelisah dan mengajukan keluhan bahwa penahanan mereka sudah terlalu lama, sudah saatnya perimeter dibuka karena mereka ada pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan.

Di upper level, para penumpang yang tertahan mulai berteriak-teriak. Mendengar di atas ada protes, kerumunan di lower level pun ikut berteriak minta gerbang akses segera dibuka karena merugikan waktu mereka.

“Ayo lari ke atas!” bisik Scott, “Saat yang tepat di saat mereka ribut protes!”

Mereka bertiga segera memanfaatkan keributan untuk melarikan diri ke upper level melalui eskalator.

“POLISI BERSENJATA!” teriak seorang AFO, “Tetap di tempat! Jangan bergerak!”

Seluruh pengunjung yang sedang berteriak tiba-tiba diam dan langsung menunduk. Lima orang AFO meneriaki Jorg, Scott dan Boris yang tertangkap basah mencurigakan karena berusaha melarikan diri di eskalator.

“Tangan di atas!” teriak AFO dari lower level.

Mereka bertiga mengangkat tangannya perlahan, ketiganya naik terbawa ke atas perlahan karena sudah terlanjur berada di eskalator.

“Berbalik perlahan!” dua orang AFO dari upper level dan lower level berteriak bersamaan sambil menodongkan Sig Sauer MCX.

Jorg, Boris, dan Scott bingung, mau menuruti perintah yang mana. Jorg menuruti perintah AFO yang di atas ia berbalik ke atas. Boris mengikuti perintah AFO yang di bawah, ia berbalik ke arah lower level. Sedangkan Scott awalnya mengikuti perintah AFO yang di bawah, tapi lalu mengikuti perintah AFO di upper level. Lalu mereka bertiga saling bingung, dan berputar kembali ke arah sebaliknya.

Alhasil mereka seperti boneka pasar malam yang berputar-putar perlahan, siap ditembak anak-anak untuk mendapatkan hadiah permen yang tidak berguna.

“DI Dankworth, ini AFO Team Leader Reynold. 3 tersangka 10-29 di CCTV nomor 7 menuju upper ground! Diulang, 3 orang 10-29, status menunggu dan berkoordinasi dengan DS Barnes.”

“Copy, AFO Team Leader! Dankworth out.”

Anjali segera ke ruang CCTV menemui DS Barnes.

“DS Barnes, ini AFO Team Leader Reynold. Tiga orang ditahan karena 10-29. Mohon identifikasi dan verifikasi wajah. Over.”

“Understood. Tahan sebentar, Sersan Reynold.”

“PS Davis!” teriak Anjali, “Ke sini!”

Harold berlari ke ruang CCTV.

Jorg, Scott dan Boris akhirnya sampai di upper level. Jorg tiba-tiba berhenti, membuat Scott kaget lalu hampir menimpa Boris di belakangnya yang juga otomatis terbawa naik karena sudah terlanjur di eskalator.

Walau menyerupai lawak The Three Stooges, tingkah laku mereka berusaha melarikan diri memang mencurigakan petugas AFO, sehingga mereka harus dihentikan.

“Hm, bukan mereka,” kata PS Harold Davis melihat CCTV yang memperlihatkan Jorg, Scott dan Boris, “Sepertinya bukan mereka, pelakunya wanita. Dua lainnya belum diketahui. Coba cek rekaman lain yang ada wajah mereka. Apakah mereka punya alibi?”

DS Anjali Dankworth berupaya keras bersama British Transport Police (BTP) melihat rekaman-rekaman CCTV. 

“Ada alibi mereka, detektif!” Seorang PC dari BTP memperlihatkan rekaman CCTV di saat Jorg, Scott dan Boris kaget sampai tiarap ketika korban Derian Longhart ditembak di lower level.

“Coba ulang lagi rekamannya!” pinta DS Anjali Dankworth.

Setelah playback beberapa kali dari sudut berbeda, Anjali yakin bahwa ketiga orang itu bukan tersangka. Ia memutuskan untuk melepaskan ketiga orang itu.

“Lepaskan mereka DS Barnes,”

“AFO Team Leader, ini DS Barnes. Negatif, November Tango. Lepaskan mereka. Salah satu pelakunya wanita. Bukan mereka.”

Kelima petugas AFO yang mengepung kemudian menurunkan senjatanya dan  melepaskan Scott, Boris dan Jorg. Scott langsung mengumpat dalam bahasa Yiddish.

AFO Team Leader Reynold meminta maaf kepada Scott namun tidak digubris.

Tiba-tiba ada komunikasi radio masuk dari ARV yang berjaga di luar. 

“DS Dankworth, ini ARV Team Leader Stones. IOPC en route. Izin untuk masuk ke dalam.”

Anjali Dankworth menghela nafas kesal, “Blimey! Batalkan perimeter, buka semua pintu, lepaskan kerumunan. Tango 10-99, diulang, Tango 10-99. Terima kasih all units!”

Para petugas AFO membuka semua pintu dan akses bawah tanah. ARV dan pemadam kebakaran belum membubarkan diri. Begitu pula ambulan dari NHS juga masih bersiaga di depan. 

Kerumunan penumpang berhamburan ke luar stasiun dengan arahan dari AFO supaya tidak bertabrakan dengan awak media yang berebut masuk juga ke dalam stasiun.

Boris, Scott dan adiknya, Jorg - juga berupaya menembus rusuhnya kerumunan untuk segera keluar dari situ dan menuju lokasi Yasser di Euston Square.

Sementara itu tampak tiga orang berseragam AFO dengan muka tertutup balaclava melenggang ke luar stasiun. Mereka bertiga menuju sedan Mercedes-Benz hitam yang diparkir, lalu segera meninggalkan stasiun London St. Pancras International.

1
Suryavajra
ini kelewatan ga riset dulu kak.. semoga ada.. pas ngetik episode ini, pas baru pulang dari Alfamart. Dekat kasir ada Chupa Chups hahahaha 🤣🤣🤣🤣
Suryavajra
wahahahahahahaha.. itu yang di profile picture namanya Bumbung kak.. tadinya mau dibikin cerita fabel tapi takutnya boring, karena kerjaan kucing cuma tidur, makan, kejar cicak, tangkap lalat, mengamati laba-laba.. ga ada plot twist 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rona Risa
ibaratnya angan film romantis kenyataan kocak kayak film domba... yah pertanda bertepuk sebelah tangan kalau begini 😂
Suryavajra: wkwkwkwkwkwkwkwk 🤣🤣🤣🤣🤣
Rona Risa: lah emang tanda-tandanya sejelas mendung mau hujan 😂😂😂
total 3 replies
Rona Risa
kayak fifty shades of grey gitu? 😂
Suryavajra: wkwowkwowkwowkwowkwowk
total 1 replies
Rona Risa
ditangkap lalu disiksa sampai amnesia?
Suryavajra: nyaris kirim 3 batang coklat almond hahahahahaha 🤣🤣🤣🤣
Rona Risa: haha bagus saya masih manusia, bisa keliru 😆
total 3 replies
Rona Risa
bau ya? 🤣🤣🤣
Suryavajra: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Rona Risa
hai pus 🐱 apa itu kamu yang di profil picture author? 😂
Rona Risa
oh di london juga ada chupa chups ya? 😂
Rona Risa
sugar rush. awas lompat-lompat dalam mobil nanti 🤣
Rona Risa
jangan kebanyakan melamun ann 😂
Rona Risa
hmmm menarik
Rona Risa
true 😅😁
Rona Risa
interesting... kakek buyutku juga panjang umur walau perokok berat. tapi dulu dia merokok dengan rokok organik--tembakau yang dilinting pakai klobot (daun jagung kering kalau gak salah). sementara rokok buatan pabrik sekarang kan ada zat kimianya. bukankah benar jadi ada resiko membunuh? 🙃
Rona Risa
ini sudah setara mafia sih
Rona Risa
sekolahin dulu makanya biar pintar 🤣
Rona Risa
junior kalah sama senior 😂
Rona Risa
wah dapat istilah baru... 😯
Rona Risa
mix feelings ya ann 😅🥲
Rona Risa
😂😂😂😂😂😂😂
Rona Risa
olok-olok khas untuk polisi 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!