NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bucket Yang Malang

Rumah Bucket adalah peti kemas yang biasa kalian lihat di pelabuhan. Peti kemas nya sesuai dengan selera pemiliknya, tak ada karat yang menempel, cat nya berwarna merah terang tanpa goresan sedikitpun, bersih dan mengkilap, sempurna!

Noil dan Flint bertanya-tanya siapa yang membeli peti kemas baru di toko lalu dengan sengaja menaruhnya di atas bukit sampah, mengingat isi kepala Bucket yang aneh mungkin dia dibantu oleh Alien dari planet Mars.

Tv tabung menghalangi daun pintu peti kemas agar tidak tertutup, Noil harus susah payah mendorong tubuhnya agar dia bisa masuk tapi Flint yang malah mengeluh lebih dulu, suhu panas di dalam peti membuatnya kepanasan.

"Kita bisa memasak telur di dalam sini," tukas Flint.

Bucket yang sudah mandi keringat mengangguk setuju.

"Semakin panas semakin bagus," kata Bucket, "itu akan membunuh kuman-kuman."

"Itu akan membunuh kita semua," kata Flint.

Noil memelototi Flint, raut wajahnya memberi peringatan, jaga bicaramu atau dia tidak jadi memberi kita makan.

Bucket mengumpulkan kotak-kotak besi yang ditata rapi di sepanjang dinding, kotaknya disusun hingga tingginya melebihi kepala Noil. Noil menebak jika kunci semua kotak-kotak itu disatukan berat kuncinya bisa sampai sepuluh kilo, tapi Flint yang suka melebih-lebihkan mengatakan kalau berat kuncinya akan lebih dari 100 kilo. Di bagian dinding yang lain tertempel peta dunia yang besar ukurannya bisa dipakai untuk karpet.

Bucket membuka salah satu kotak dan mengeluarkan piring dari dalamnya. Di atas piring ada sesuatu yang lembek dan berwarna kuning dan berbau menyengat, baunya sampai mengeluarkan asap hijau. Bucket meletakkannya di bawah kepala Noil dan Flint yang langsung mengerang dan melangkah mundur.

Noil menutup hidungnya.

"Apa ini?" kata Noil.

"Keju!" kata Bucket, "apa kalian udik? kalian tidak pernah melihat keju?"

Flint yang pernah melihat keju sekali dalam hidupnya tidak terima dibilang kampungan.

Flint berkata, "Aku sudah makan keju sejak masih bayi, tapi ini tidak terlihat seperti keju."

"Itu keju fermentasi," kata Bucket.

Noil dan Flint saling melirik mereka tidak tahu apa itu fermentasi mereka menduga fermentasi itu semacam muntahan makanan bayi. Keju fermentasi tampak lebih buruk dari apel lembah hantu Noil dan Flint berkesimpulan kalau mereka tidak mungkin memasukkannya ke dalam mulut.

Bucket menatap Noil dan Flint dengan tatapan tidak suka, dia tersinggung karena makanannya tidak dimakan.

Noil tertawa palsu, dia lalu membuat alasan mengada-ada yang tidak masuk akal.

Noil berkata, "Aku punya asam lambung, aku tidak boleh makan terlalu siang."

Noil menggeser piring keju ke dekat kaki Flint, Bucket menatap Flint dengan tatapan tajam, Flint menggaruk kakinya yang kurus kering, lalu mengatakan alasan yang lebih tidak masuk akal.

Flint berkata, "Aku harus diet, aku kelebihan berat badan."

Bucket mendelik pada Noil dan Flint.

"Yakin tidak mau memakannya?"

Noil dan Flint mengangguk

"Ini keju fermentasi terakhir di Palltase 43," seru Bucket memberitahu.

"Sudah aku duga," kata Noil.

"Untunglah itu yang terakhir," sahut Flint.

"Apa kalian tidak lapar?" tanya Bucket.

"Tidak!"

Noil dan Flint sepakat berbohong, meskipun perut mereka mengeluarkan bunyi gemuruh.

"Bunyi gemuruh apa itu?" tanya Bucket.

"Sepertinya sebentar lagi mau hujan," kata Noil dan Flint bersamaan.

Setelah menggurutu dengan kata-kata yang sebagian besar tidak dimengerti oleh Noil dan Flint, Bucket akhirnya mengambil piring keju dan menyimpannya kembali ke dalam kotak besi. Noil dan Flint yang sedari tadi megap-megap karena bau busuk keju fermentasi kembali bernafas dengan benar.

"Jadi apa kau tahu ...?" tanya Noil tapi keburu dipotong.

"Aku tahu apa yang harus kita lakukan," kata Bucket menyela Noil dengan nada menyentak.

"Kenapa kau selalu memotong omonganku?" tukas Noil.

"Aku tidak melakukannya," bela Bucket.

"Kau menyelaku barusan kau juga ...."

"Aku punya rencana bagus," sela Bucket lagi.

"Tuh kan! Ini sudah empat kali kau menyelaku."

"Apa kau ingin mendengarnya?" tanya Bucket.

"Ya, baiklah apa?" kata Noil.

"Tunggu sebentar," kata Bucket.

Lalu, Bucket membuka pintu kotak besi tapi sepertinya dia lupa menyimpannya di kotak yang mana, jadi Bucket mulai mencarinya satu-persatu. Karena kotaknya sangat banyak itu membuat Bucket frustasi. Kotak-kotak besi yang tersusun rapi jadi berantakan, di tengah kekacauan Flint mengobrol dengan Noil.

Flint memberitahu Noil. "Bilang padanya kalau dia ingin mengeluarkan makanan yang lain, tidak usah repot-repot."

"Kenapa kau tidak mengatakannya langsung," seru Noil.

"Hai Bucket," kata Flint.

"Apa? aku tidak sedang mencari makanan," kata Bucket.

"Oh bagus, tapi apa kau punya kipas angin portabel, aku seperti dipanggang, aku setengah matang sekarang," seru Flint.

Bucket akhirnya menemukan kotak yang dia cari, membukanya dan mengeluarkan gulungan kertas dari dalam kotak. Bucket melebarkan gulungannya di lantai di bawah kepala Noil dan Flint.

Noil melihat gambar di kertas berupa garis putus-putus yang berjejer dan berkelok-kelok, dia ingin mengatakan gambar apa itu tapi Bucket keburu menjawabnya.

"Peta arah angin," seru Bucket.

Bucket menunjuk dengan ujung sayapnya ke salah satu deretan garis putus-putus dan menjelaskan.

"Jika kita berlayar mengikuti arah angin bulan Oktober, dalam sebulan kita akan sampai ke kutub Utara."

"Sebulan!" kata Noil.

Noil hampir tidak percaya ada yang mau berlayar selama itu.

"Memangnya ada apa di Utara?" tanya Noil.

"Es batu!" kata Bucket.

Berada di dalam peti kemas yang panas mendidih, mendengar es batu menarik perhatian Flint.

"Apa lagi yang ada di sana?" tanya Flint.

Bucket menjawab santai.

"Tidak ada," seru Bucket, "hanya es batu sebesar gunung, es batu di mana-mana."

"Ok itu mulai terdengar menakutkan," kata Flint.

"Kau hanya sehari di tempat pembuangan sampah kalian tidak mengerti arti kata menakutkan," kata Bucket, "Kutub Utara adalah tempat ter-aman di dunia, tidak ada apa-apa di sana, tidak ada polusi, tidak ada kebisingan, tidak ada bakteri, tanpa sampah, tanpa virus, dan terutama tidak ada manusia. Jika cuacanya bersahabat kita bisa sampai sebelum November berakhir."

"Tunggu sebentar," kata Noil, "apa maksudmu dengan kita?"

Bucket menunjuk Noil.

"Kau dan aku," kata Bucket.

Flint memprotes karena tidak diajak.

"Apa maksudmu dengan kau dan aku," kata Flint.

"Yeah kalau kau ingin ikut, kita butuh seseorang untuk membantu," seru Bucket.

Flint tersinggung dengan kata membantu.

"Kenapa harus pakai kata yeah, dan apa maksudmu dengan menjadi pembantu."

"Tidak-tidak!" kata Noil, "kita tidak akan kemana-mana, kita disini untuk mencari Lopp si pemberontak."

Bucket berkata, "Kenapa kau sangat ingin sekali mencari tikus berandalan itu, dia dan teman-temannya hanya geng pembuat masalah!"

Flint segera menambahkan perkataan Bucket.

"Aku juga menanyakan itu padanya dari kemarin," seru Flint.

Bucket menuding Noil. "Kurasa kau salah makan."

Flint mendukung pendapat Bucket. "Aku juga setuju denganmu soal itu, dia terlalu banyak makan gula, itu membuat pikirannya tidak berguna," kata Flint.

Flint dan Bucket lalu mengobrol, terjadi diskusi yang tidak sehat kemudian berubah menjadi perdebatan yang sengit, saling tidak mau mengalah satu sama lain. Flint yang cerewet ditambah Bucket yang suka mengeluarkan istilah-istilah yang bahkan dirinya sendiri tidak mengerti apa artinya, keduanya dengan cepat menghasilkan keributan. Dalam waktu kurang dari lima menit Noil sudah sakit kepala, lebih dari lima menit Noil meledak, dia naik pitam, dia mengambil kotak besi dan memukulkannya ke lantai hingga kotaknya penyok.

Seketika Flint dan Bucket langsung terdiam.

Noil mendekatkan hidungnya pada paruh Bucket dan mengeram.

"Aku akan mengatakannya sekali dan tidak akan mengulanginya lagi, apa kalian berdua mengerti?"

Leher Bucket yang tiba-tiba mengeras berhasil bergerak ke bawah.

"Jadi apa kau mengenal Lopp si pemberontak atau tidak?"

"Iya," kata Bucket.

Bucket berbohong demi keselamatan hidupnya. Ada banyak ribuan tikus di tempat pembuangan sampah dan demi apapun Bucket tidak mau berhubungan dengan satupun tikus yang terkenal kotor dan selalu membawa penyakit.

"Apa kau tahu dimana dia sekarang?" tanya Noil.

"Aku tahu di mana kau bisa menemukannya," kata Bucket.

"Bagus sekarang tunjukkan aku di mana tempatnya."

Bucket keluar dari peti kemas dan menunjuk ke sebuah bukit.

"Apa kalian melihat tali di sana?" kata Bucket.

Noil mencarinya dan melihatnya.

"Ya, apa dia ada di sana?"

Bucket berkata, "Ambil talinya, ikat di lemari es itu lalu tarik lemari esnya untukku, setelah itu baru kuberitahu di mana Lopp biasanya berada."

Flint berkata, "Apa lemari esnya beracun? Bekas oli? Atau ada bom nya? Atau yang lainnya? Sesuatu yang bisa membuat masa depan kami berantakan!"

Bucket menggeleng.

Noil berkata, "Ayo kita tarik lemari esnya."

Noil menggigit ujung tali yang mengikat lemari dan menariknya, sedangkan Flint mendorongnya dari belakang. Bucket berada di depan Noil dan Flint untuk memberitahu kemana mereka harus membawa lemari es bekas itu, hanya perlu sebentar saja buat Flint untuk mulai menggerutu.

"Leherku hampir patah hanya untuk menemukan alamat seekor tikus, seekor tikus!" ketus Flint.

Noil berseru, "Flint, kau sebaiknya tidak melihat ke depan."

"Kenapa?" kata Flint.

Lalu, Flint mendongak dan bertanya pada Noil.

"Di mana si burung bangau itu?"

"Di atas sana!"

Bucket sedang berdiri dipuncak bukit yang terdiri dari tumpukan barang-barang eletronik bekas, bukit itu tinggi sekali, tingginya lebih dari 12 meter.

Flint segera muntab, dia berteriak ke Bucket.

"Sudah cukup!" seru Flint, "jangan bercanda! kau benar-benar ingin kami menarik rongsokan ini keatas sana, apa kau tahu berat lemari ini hampir 30 kilo!"

Bucket berkata, "Iya, dan berhati-hatilah waktu menariknya, jangan sampai ada dindingnya yang berlubang."

"Tercebur di oli, sudah membuat otak burung itu jadi rusak, apa kau mendengar apa yang baru saja dia katakan?" seru Flint.

"Ya, aku mendengarnya," jawab Noil, "kau ingin menarik lemari es ini atau kau ingin kita mencari Lopp dalam setiap tumpukan kaleng diantara jutaan tumpukan kaleng!"

Bukit yang terbuat dari tumpukan rongsokan barang elektronik tentu saja tidak sama dengan bukit yang biasa, bukan hanya masalah tingginya yang menyusahkan tapi selalu ada banyak barang bekas yang menonjol yang membuat lemari es itu menyangkut atau membuat talinya terputus hingga hampir menyeruduk kepala Flint yang mendorongnya dari belakang.

Ketika pada akhirnya dengan susah payah lemari es itu sampai di puncak bukit, terengah-engah Flint berkata dengan kesal.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan dengan lemari es ini, pintunya saja sudah tidak ada kau ingin membuatnya menjadi kapal?"

Bucket mengamati lemari es itu dengan seksama, ada banyak goresan di dinding-dindingnya tapi tak ada satupun terlihat lubang.

Ajaib!.

Bucket menempelkan pipinya ke dinding lemari mencoba memeluknya seolah-olah lemari es itu adalah anaknya yang sangat dia sayangi, dia lalu naik masuk kedalam lemari es.

" Aku memang ingin membuatnya menjadi kapal untukku," seru Bucket.

Flint tertawa. "Noil, apa kau mendengarnya, dia ingin bermain kapal-kapalan di atas bukit."

Noil berkata, "Flint, Lihatlah ke depanmu."

"Apa?" kata Flint.

"Laut," kata Noil.

Flint melihat dengan takjub. Laut biru yang membentang! Tempat pembuangan sampah Palltasi 43 langsung menghadap ke laut, sebuah pagar kawat tinggi membatasi sepanjang garis utara antara tumpukan sampah dengan air laut.

"Itu kenapa setiap kali hujan, tempat ini akan banjir," kata Bucket, "sebelum mereka menumpahkan jutaan sampah setiap harinya, tempat ini adalah bibir pantai, dulu sekali. Apa kalian bisa melihat dinding di sebelah sana?"

"Di mana?" kata Noil.

"Di ujung kanan tempat ini," seru Bucket, "kalian akan menemukan pintu lubang saluran air yang besar, tungguilah sampai malam, akan ada banyak tikus yang muncul, kalian mungkin akan menemukan Lopp, apa kalian bisa mendorongku?"

"Benarkah?" tanya Noil.

Bucket mengangguk.

Noil berkata, "Jadi, apa yang ingin kau lakukan sekarang?"

"Aku ingin meluncur ke bawah, apa kau melihat bagian yang menonjol di bawah sana?" seru Bucket.

"Iya."

Bucket menjelaskan. "Saat lemari es mengenainya, lemarinya akan terbang ke atas, lalu dia akan terbang melewati pagar pembatas, dan jika hitunganku tepat lemari ini akan mendarat di bagian laut yang cukup dalam, cukup dalam untuk membuatnya mengambang, dan selamat tinggal tempat pembuangan sampah. Jika sayap tak bergunaku ini sudah tidak bisa membantuku untuk terbang melintasi laut, maka aku akan mengarunginya dengan kapal lemari es ini, bagaimana menurut kalian?"

"Aku sedang memilih kata yang tepat antara 'gila' atau 'tidak waras' untuk menggambarkan idemu," kata Flint, "tapi kalau kau ingin berbuat nekat, itu hidupmu sendiri, ayo Noil kita dorong."

Noil menatap Bucket. "Apa kau yakin, ada kemungkinan lemarinya akan tenggelam?"

Bucket berkata, "Aku lahir di sini, tapi aku tidak mau mati di tempat pembuangan sampah ini, lemari ini pasti mengambang sudah kuhitung berkali-kali pasti mengambang, jadi ayo bantu aku mendorongnya ke bawah."

Noil dan Flint menggunakan bahu, leher dan kepala mereka untuk mendorong lemari es hingga melewati puncak bukit, kemudian lemari es yang membawa Bucket itu meluncur turun ke bawah, terpentar-pental karena bagian turunan bukit yang tentu saja tidak rata.

Bucket berteriak sekencang-kencangnya.

"Selamat tinggal kawan! sampaikan salamku pada semua binatang bernasib sial yang masih ada di tempat pembuangan sampah!"

Lemari es bergerak semakin lama semakin cepat, saat dia mengenai bagian menonjol dari bukit, lemari es itu tersentak kaget dan terbang keatas.

Bucket menjerit. "Selamat tinggal tempat pembuangan sampah, Palltasi 43!"

Lalu, terjadilah apa yang disebut orang-orang dengan 'Semua hal bisa direncanakan, bisa saja dihitung, tapi tuhanlah yang menentukan!'

Mungkin lemari es itu meluncur tidak terlalu cepat, atau mungkin beratnya di luar perhitungan Bucket, yang jelas ketika lemari mengenai bagian bukit yang menonjol, lemari es hanya bisa terbang sebentar, tak terlalu tinggi, tak terlalu jauh, bahkan tak sampai ke pagar pembatas, lalu dia terpelanting ke bawah. Lemari es itu jatuh dalam posisi terbalik, dengan bunyi gedebuk yang menyedihkan.

Noil dan Flint bisa mendengar Bucket menjerit menyedihkan dari dalam kulkas.

"Tidak mungkin!!"

Noil dan Flint berlari menuruni bukit, Noil membalik kulkas dan menemukan Bucket sedang terlungkup dengan setengah wajah menempel di kubangan air, tubuhnya gemetaran, tampak kacau sekali.

"Apa kau baik-baik saja?" kata Noil.

"Kenapa kau menanyakannya, tentu saja dia tidak baik-baik saja, ayo kita angkat!" kata Flint.

Dengan suara gemetaran dan tampak seperti akan menangis. Bucket berkata, "Pergilah! Pergilah dari sini, kumohon pergilah dariku, aku akan mati di tempat pembuangan sampah ini."

"Apa kau yakin?" tanya Noil.

Dengan wajah yang masih menempel di tanah Bucket memekik.

"Pergi !!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!