Linka tidak menyangka jika pernikahannya dengan kekasihnya Dilan yang awalnya sudah direncanakan matang harus berakhir dengan kepedihan. Ia terima harus terima nasibnya untuk menikah dengan pria tua karena menggantikan sepupunya Tiara yang menolak perjodohan itu.
Yang lebih menyakitkan lagi yaitu sepupunya memaksa ibunya untuk menikahinya dengan mempelai pengantin pria yang merupakan calon suaminya Linka.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang ayah jodohkan padaku," tolak Tiara.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Bagaimana kelanjutan cerita ini. Apakah Linka harus menerima pengantin pria yang merupakan calon suami sepupunya ataukah ia harus kabur dari pernikahan itu?"
"Ikuti ceritanya sampai habis...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Good Bye Masa Lalu
Edgar menepikan mobilnya karena tidak sabar menunggu ucapan Linka yang belum juga terjawab. Linka mengerutkan keningnya karena tidak peka apa yang dilakukan oleh Edgar.
"Kenapa mobilnya berhenti di sini?" tanya Linka yang takut ditangkap oleh dishub karena Edgar berhenti sembarangan.
"Kalau tidak mau kita berhenti lama, bicaralah. Kamu mau apa, hmm?" desak Edgar berharap Linka memberikan jawaban yang diinginkannya.
Merasa terdesak dan tidak ingin menjadi pusat perhatian ditempat itu, akhirnya Linka mengungkapkan keinginannya.
"Aku ingin kamu segera melamarku pada pamanku," ucap Linka buru-buru.
"Itu sudah ku lakukan, sayang. Aku ingin kamu menentukan tanggal pernikahan kita secepatnya!" pinta Edgar yang tidak ingin menunggu lagi.
"Cih...! Kau ini selalu saja tidak sabaran..!" gerutu Linka.
"Siapa yang sabar lihat janda cantik nganggur. Entar keburu diambil orang. Apalagi janda masih barang ori," canda Edgar membuat pipi Linka merona merah.
Tidak lama terdengar suara panggilan dari petugas dishub yang sedang menghampiri mobil mereka. Melihat itu, Edgar malah menyeringai licik sambil melihat spion mobilnya sementara Linka sangat panik saat ini.
"Ayolah. Kita pergi dari sini Edgar..!" ajak Linka ketakutan.
"Tentukan tanggal pernikahan kita dulu..!" tegas Edgar membuat Linka ingin menggetok kepala
pria keras kepala ini. Linka menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar..
"Bulan depan. Diawal bulan tepat berakhirnya masa iddahku," ucap Linka.
"Alhamdulillah. Kalau begitu kenakan gaun pengantin yang kamu rancang untuk putri presiden itu sebagai gaun pengantinmu. Aku akan membayarnya.
Untuk apa membeli gaun pengantin di tempat lain. Bukankah calon istriku ini adalah desainer terkenal," ucap Edgar hendak meninggalkan tempat itu namun sudah keburu dicegah oleh mobil dishub. Terpaksalah Edgar harus bicara dengan pihak dishub yang memintanya turun.
"Selamat siang tuan...!"
"Selamat siang..!" balas Edgar.
"Kenapa berhenti di sini tuan?" tanya petugas dishub.
"Sepertinya istriku mengalami keguguran pak. Aku mencoba menenangkannya sebentar sebelum ke rumah sakit," jawab Edgar sendu dan terlihat panik.
"Oh, kalau begitu silahkan lanjutkan perjalanan kalian ke rumah sakit.......! Sabar ya tuan...! Ini bagian dari ujian. Pasti nanti di kasih lagi sama Allah," ucap petugas dishub itu ikut prihatin.
Dengan wajah konyolnya yang terlihat sedih mendalam di depan petugas dishub, Edgar masuk kembali ke mobilnya sambil menahan tawa.
Menghidupkan mesin mobil lalu meninggalkan petugas dishub itu sambil menganggukkan kepalanya sebagai bentuk hormat dan terimakasih.
Perbuatan Edgar ini tidak terlepas dari pantauan Linka yang cukup kagum dengan drama kekasihnya ini.
"Alhamdulillah. Selamat...!" gumam Edgar sambil melirik Linka yang menatapnya jengah.
"Selain menjadi seorang mafia, kamu berhasil menjadi aktor hebat. Selamat ya...!" sindir Linka namun Edgar tidak begitu peduli.
"Kadang drama itu penting, sayang. Terlalu jujur akan mendapatkan masalah dan ada dampaknya pada kita karena mobil ini akan di derek oleh mereka dan aku paling malas berurusan dengan peraturan itu," ucap Edgar menuju sebuah restoran yang sudah ia pesan.
Sesampainya di restoran ini itu, keduanya menuju tempat yang cukup romantis di mana Edgar ingin melamar Linka secara khusus menjadi istrinya.
Saat keduanya berjalan menuju restoran itu, keduanya tidak terlepas dari tatapan mata elang yang tidak lain adalah dokter Dilan yang diajak kliennya makan di restoran yang sama.
"Linka sama siapa? Sejak kapan dia berjalan berduaan dengan pria lain selain aku?" Dilan tidak tahan menahan cemburunya.
Masalahnya dia ingin melakukan pendekatan lagi dengan Linka setelah urusan perceraiannya dengan Tiara selesai. Hanya saja Tiara tiba-tiba mengaku hamil dengannya membuat perceraian itu tertunda.
"Sialan...! Kenapa Linka cepat sekali menemukan pria lain padahal dia baru saja bercerai. Apakah pria itu...? Ah...! ini tidak mungkin. Linka pasti masih mau menerimaku. Aku harus lebih dulu merebut hatinya lagi," batin dokter Dilan penuh rencana licik.
Bukan cinta yang ia punya untuk Linka. Tetapi harta Linka yang menjadi incarannya saat ini.
"Linka. Ada sesuatu yang ingin aku berikan kepadamu," ucap Edgar seraya mengeluarkan kotak hitam mungil dan diberikan pada Linka.
"Apa ini, Edgar?" binar Linka seraya membuka kotak itu di mana sebentuk berlian bermata putih untuknya.
"Apakah kamu bersedia menjadi ibu dari anak-anak kita kelak?" tanya Edgar sebelum mereka memulai makan siang.
"Apakah ini lamaran formal, Edgar?" tanya Linka penuh rasa haru.
"Tentu saja, sayang."
"Insya Allah, aku bersedia menikah denganmu Edgar. Jadilah cinta terakhir untukku dan jangan pernah meninggalkan aku walaupun suatu hari nanti kamu mengalami cacat fisik hingga takut tidak bisa membahagiakan ku," ucap Linka membuat Edgar tercenung.
"Mengapa kamu bicara seperti itu sayang? Apakah kak Aslan menceraikanmu karena dia...-"?
"Tidak ada kaitan dengannya, Edgar. Aku bicara ini karena aku tidak mau pernikahan kita nanti hanya sebuah permainan. Jika kamu suka dijalani dan jika kamu ragu kamu mengembalikan aku lagi ke keluargaku dan aku sangat malu akan hal itu," tutur Linka sedih.
"Tidak sayang. Itu tidak berlaku bagiku. Apapun yang terjadi diantara kita berdua nantinya, kita akan lalui bersama. Jangan lagi memikirkan masa yang sudah berlalu. Apalagi itu hal buruk yang tidak patut kamu kenang. Katakan pada masa lalu, goodbye..!" balas Edgar menatap dalam mata indah Linka.
"Aku sangat takut Edgar untuk kembali melangkah. Aku tidak mau mengalami mimpi buruk lagi," ucap Linka.
"Aku akan bermimpi indah selamanya. Menemukanmu kembali adalah sebuah keajaiban untukku. Walaupun awalnya aku tidak rela kamu milik kakakku. Aku menahan rasa sakitku itu. Tapi, waktu berkata lain. Allah tidak mau melihat ku frustasi karena setia mencintaimu dan menantikan mu selama ini.
Kakakku menyerahkanmu padaku secara cuma-cuma. Mana mungkin aku akan menyia-nyiakanmu, Linka," ucap Edgar meyakinkan Linka.
"Terimakasih Edgar. Aku percaya padamu, setelah paman, tidak ada lagi yang bisa ku berbagi kecuali kedua staf ku yaitu Fatin dan Vie."
"Dan sekarang aku selalu ada untukmu. Jangan ragukan cintaku, Linka. Apa yang kamu alami sebelumnya hanya sebagai ujian untuk mengantarkan kamu padaku. Begitulah cara Allah mempertemukan kita," ujar Edgar.
"Baiklah. Kita makan siang dulu. Aku sudah lapar setelah melepaskan ketegangan tadi pagi. Tapi, aku sangat heran akan sidang tadi pagi.
Bagaimana bisa Wulan berbalik memberikan kesaksian untuk menjatuhkan Nina. Mengapa dia malah memenangkan kasus ku?" tanya Linka dan Edgar pura-pura fokus menikmati makanannya.
"Semua itu tidak kebetulan sayang. Lagi-lagi Allah telah menolong kamu karena kamu adalah wanita baik dan hebat.
Mempertahankan prinsip demi sebuah kebenaran dan lawanmu itu tidak tanggung-tanggung karena dua adalah putri presiden," ucap Edgar agar Linka tidak mencurigai dirinya yang telah bermain apik dibelakang layar.
"Begitukah...? Apakah aku harus memberinya hadiah sebagai bentuk terima kasihku padanya?" tanya Linka.
"Tidak usah sayang. Itu tidak penting karena tidak semua ketulusan harus dibalas dengan hadiah. Terimakasih sudah cukup untuknya," ucap Edgar.
Padahal Linka tidak tahu kalau Edgar sudah memberikan uang yang banyak pada Wulan untuk sebuah nilai kebenaran.
"Kalau begitu aku akan menemuinya nanti untuk berterimakasih. Apakah kamu mau menemaniku menemui Wulan?" tanya Linka membuat Edgar tersedak.
Uhuk...uhuk....
Linka memberikan air untuk Edgar seraya mengusap punggung pria tampan itu.