(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Alah, masak cuma penulis novel bisa membeli mobil mewah. Ngaku aja kalau loe itu memang simpanan Om-Om, semua orang juga tau kalau loe itu hanya numpang hidup dengan Tante loe" desak Selina yang terus mengejek Nara
Nara menatap tajam ke arah Selina dan dua temannya yang terus menertawakannya, Nara mengepalkan tangannya lalu dengan cepat meraih kerah seragam Selina, Nara menarik nya sampai wajah mereka berdekatan.
"Kesabaran aku ada batas, Kak Selin" kata Nara dengan penuh penekanan hendak melayangkan tinju ke wajah mulus Selina namun di tahan oleh Erika
"Jangan, Nara. Kalau kamu melakukan itu, kamu tidak ada bedanya dengan mereka" kata Erika memegang lengan Nara
"Dia sudah keterlaluan, Er. Aku gak terima dia bilang simpanan Om-Om, tadi beneran Abi aku" pekik Nara penuh dengan amarah
Tanpa mereka sadari Rendi dan Dokter Perdi berada di dekat kelas Nara, keduanya mendengar semua hinaan dan ejekan yang di lontarkan Selina, Dokter Perdi mengepalkan tangan menahan amarahnya.
Rasanya Dokter Perdi ingin merobek mulut murid yang telah menghina dan mengejek cucu kesayangannya, dengan langkah perlahan Rendi dan Dokter Perdi melangkah masuk ke dalam kelas Nara.
"Bukannya itu Pak Perdi pemilik sekolah ini, kenapa bisa bersama Om-Om yang tadi dengan Nara. Tapi baguslah beliau menyaksikan pertengkaran kami, biar Nara tau rasa di depak dari sekolah ini" gumam Selina yang kebetulan mengenal pemilik sekolah ini karena sering berkunjung setiap akan mendekati ujian semester
"Kenapa nona manis mengganggu murid tercerdas di SMA ini?" tanya Dokter Perdi berbasa-basi
"Kakek" pekik Nara reflek melepaskan kerah seragam Selina ketika melihat sang kakek di depan mata
"Kakek?" beo Selina
"Iya nona manis, murid yang anda ganggu ini cucu kesayangan saya. Sepertinya ini bukan kali pertamanya kamu ganggu cucu kesayangan saya, apa anda tau saya siapa?"
Selina mati kutu, karena jika berurusan dengan cucu pemilik sekolah akan susah masuk sekolah lain jika dirinya di depak, di pikirnya tadi pemilik sekolah ini akan membelanya dan mendepak Nara.
Semua murid juga terkejut bukan main ketika tau Nara adalah cucu pemilik sekolah ini, padahal semua murid beranggapan seperti perkataan Selina bahwa Nara selama ini hidup numpang dengan Tantenya.
Itu artinya selama ini Nara menyembunyikan identitasnya sebagai cucu pemilik sekolah ini, alasan Nara menyembunyikan identitasnya karena ingin mencari teman yang tulus menerimanya jika anak orang biasa.
Bukan berteman karena Nara cucu pemilik sekolah ini, sehingga Nara juga di perlakukan istimewa hal yang tak pernah di inginkannya, Nara numpang hidup dengan Tantenya hanyalah rekayasa.
Semua murid tau kalau pemilik sekolah ini hanya memiliki satu anak tunggal, itu artinya uminya Nara. Melihat wajah syok Selina, Nara tersenyum puas tanpa harus mengaduh, sang kakek telah melihat secara langsung.
"Maafkan saya, Pak Perdi. Saya akui, saya salah" kata Selina lirih sembari menundukkan kepala
Namun Nara belum memaafkan Selina begitu saja, setelah semua apa yang di lakukan oleh Selina dan dua temannya terhadapnya, Dokter Perdi menatap cucu kesayangannya seperti tengah meminta pendapat.
"Gimana, sayang?" tanya Dokter Perdi pada cucu kesayangannya
"Mudah banget ya, Kek. Kalau dia di keluarkan dari sekolah ini, pasti dia kesusahan buat mencari sekolah lain karena tak ada sekolah yang mau menerima anak bermasalah seperti dia"
"Nara, tolong jangan lakukan itu. Gue mohon, gue akan menuruti semua kemauan loe asal gue tetap masih bisa sekolah disini. Gue gak mau kedua orang tua gue marah, kalau gue di keluarin dari sekolah" mohon Selina sembari memegang lengan Nara
Semua murid menatap ke arah Nara dan Selina secara bergantian, mereka juga menerka-nerka apa Nara beneran akan meminta pada kakeknya untuk mengeluarkan Selina dan dua temannya dari sekolah ini.
"Kakek dan Abi, pulang saja. Urusan dia, serahkan pada Nara saja" kata Nara pada akhirnya
"Jangan main kasar, Nara" peringat Rendi yang dari tadi diam memperhatikan ayah mertuanya dan sang anak
"Abi tenang saja, kalau Nara main kasar. Artinya Nara sama donk seperti mereka yang tak punya hati, Nara punya cara lain untuk membuat mereka tak semena-mena lagi dengan semua murid disini"
Dokter Perdi dan Rendi mengangguk paham, keduanya pun pamit pada Nara hendak pulang karena sudah cukup lama berada di sekolah, setelah kepergian keduanya Nara meminta Selina dan dua temannya keluar.
Namun sebelum Selina dan dua temannya benar-benar meninggalkan kelas Nara, Nara meminta pada ketiganya untuk menemuinya di belakang sekolah saat waktu istirahat nanti karena ada yang perlu Nara katakan.
Di ruang guru Pak Andre terus memohon dengan Pak Rio sang kepala sekolah untuk membantunya, setelah Pak Andre di pecat secara tidak hormat oleh pemilik sekolah ini karena telah memperlakukan Nara tidak adil.
Namun Pak Rio tak bisa membantu karena semua sudah murni perintah pemilik sekolah ini, Pak Rio yang juga baru mengetahui perlakuan Pak Andre pada Nara tentu kecewa bukan soal Nara cucu pemilik sekolah.
Pak Andre juga sering kali menerima sogokan dari wali murid jika anaknya bermasalah di sekolah ini, Pak Rio benar-benar menyayangkan sifat Pak Andre, setidaknya harus tetap berlaku adil dengan semua murid.
Apalagi jelas-jelas Selina dan dua temannya telah membully Nara, Pak Rio diam-diam tanpa sepengetahuan guru lain mengirim surat panggilan untuk orang tua Selina dan dua temannya melalui em4il.
Bel istirahat berbunyi, kini Nara sudah berdiri di hadapan Selina dan dua temannya di belakang sekolah, Nara menatap tajam ke arah Selina dan dua temannya sembari tersenyum miring.
"Kalian masih ingat kan, disini tempat kalian sering membully aku" kata Nara
"Tentu gue ingat, terus mau loe apa dari gue?" tanya Selina dengan tatapan sinis
"Gue mau kalian jadi babu aku mulai detik ini"
"Apa jadi babu loe? Gue?" tanya Selina sembari menunjuk diri sendiri
"Iya, kenapa? Kak Selin keberatan, aku bisa langsung hubungi kakek agar kakek bicara dengan kepala sekolah buat mengeluarkan Kak Selin dari sekolah ini" ancam Nara sembari melipat kedua tangannya dada
Kini Nara tak perlu lagi berpura-pura baik atau polos, inilah sifat aslinya yang selama ini di tutupinya dari semua orang, Nara bersikap baik jika orang lain memperlakukannya baik juga seperti Erika dan Beni.
Yang di anggap Nara sahabat karena selalu membelanya dan tulus berteman dengannya bukan karena Nara cucu pemilik sekolah ini, Selina dan dua temannya pun akhirnya mengangguk setuju dengan permintaan Nara.