Masa lalu kelam Ariel Anastasia sebagai Sugar Baby sudah ia tinggalkan sejak lama. Ariel menikah dengan Wawan, lelaki yang dianggapnya baik namun berubah menjadi suami kasar yang gemar mabuk-mabukan.
Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin menghimpit, Wawan tak membantu malah makin gemar mabuk-mabukkan. Ariel yang membutuhkan uang untuk biaya hidup dan berobat anaknya memutuskan kembali ke dunia kelam masa lalunya.
Ariel bertemu Om Bobby, lelaki impoten yang hanya bisa terpuaskan jika dengan Ariel seorang. Bagaimana jika Ariel merasa nyaman bersama Om Bobby? Apakah Ariel akan berhasil menyembuhkan Om Bobby?
***
Bantu support Author dengan baca sejak awal sampai habis ya, jangan nunggu tamat ya 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menceritakan Kisah Masa Lalu
Bapak dan Ibu Ariel masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Saat Om Sam ingin ikut serta, Ariel malah menariknya keluar. "Kenapa Om bisa mengantar kedua orang tuaku?"
"Aku tak sengaja bertemu mereka. Kasihan mereka tak diijinkan security untuk masuk. Kalau bukan karena aku, mereka akan tetap berada di pos," jawab Om Sam dengan bangganya.
"Om sudah bicara apa saja dengan mereka?" tanya Ariel lagi.
"Tak ada. Hanya bilang kalau kamu bekerja di rumah adik iparku. Kenapa? Kamu takut ya?" Om Sam tersenyum senang melihat Ariel yang ketakutan.
"Biasa saja tuh, sudah, Om pulang saja. Terima kasih atas bantuannya!" Ariel mendorong Om Sam lalu mengunci pintu pagar.
"Loh, kok aku tidak kamu ajak masuk sih, Riel?" protes Om Sam.
"Riel, bukain dong pintunya! Riel!" Ariel mengacuhkan Om Sam dan masuk ke dalam rumah. Tak ia pedulikan Om Sam yang memanggil-manggil namanya.
"Bapak dan Ibu mau minum apa?" tanya Ariel sambil tersenyum. Bapak dan Ibu Ariel sudah duduk di ruang tamu.
"Mana mantan Om kamu? Kenapa kamu bisa tinggal di dekatnya? Kalian punya hubungan lagi?" tanya Bapak dengan wajah menahan emosi.
"Kami tak ada hubungan apa-apa. Aku sendiri tak tahu kalau Om Sam tinggal satu komplek dengan tempatku bekerja ini. Baru saja kemarin aku tahu." Ariel pergi ke dapur dan membawakan minuman dan cemilan. Ariel pergi lagi untuk menggendong Galang.
"Aku bekerja di rumah ini sejak beberapa bulan lalu." Ariel mendudukkan dirinya di sofa lalu menyuapi Galang cemilan.
"Sejak kamu bercerai dengan Nak Wawan?" tanya Ibu.
"Justru aku bekerja sebelum kami bercerai," jawab Ariel dengan tenang.
"Karena itu akhirnya kamu bercerai? Karena kamu selingkuh dan kembali lagi ke dunia kamu yang lama?" tanya Bapak dengan pedas.
Mata Ariel terasa memanas mendengar perkataan Bapaknya. Semua karena apa yang dikatakan Bapaknya tidak sepenuhnya salah. "Maaf, aku tak cerita sama Bapak dan Ibu tentang perceraianku dengan Mas Wawan. Aku bercerai bukan karena aku bekerja, Pak. Aku bercerai karena Mas Wawan sudah tak lagi menjadi imam yang baik."
"Tidak baik bagaimana? Nak Wawan datang dengan sopan loh ke rumah dan mau menjemput Galang juga dengan baik-baik. Itu hanya alasan kamu saja!" kata Bapak Ariel.
Air mata yang sejak tadi Ariel tahan kini ia biarkan mengalir. Sakit sekali rasanya saat mengatakan kebenaran namun orang tua sendiri tak mempercayainya.
"Mama nanis? Mama nanis? Om! Om! Mama nanis!" Galang mencari Om Bobby hendak melaporkan apa yang terjadi pada Mamanya.
"Lihat saja anak kamu, malah memanggil lelaki lain, bukan Papanya sendiri. Bagaimana kamu mendidiknya sih, Riel?" cibir Bapak Ariel membuat hati Ariel semakin teriris saja.
"Mama janan nanis," kata Galang sambil mengusap air mata Ariel yang jatuh.
Ibu Ariel tak tega melihat putrinya disudutkan tanpa diberi kesempatan untuk membela diri. "Pak, dengarkan cerita Ariel dulu."
Bapak Ariel menurut apa yang istrinya katakan. Meski masih ingin mengomeli Ariel, namun Bapak menahan diri dan memberi kesempatan Ariel untuk menjelaskan.
Ariel menarik nafas dalam dan menceritakan apa yang sudah terjadi. "Mas Wawan berubah, Pak, Bu, semua karena Mas Wawan sudah gila judi dan sering mabuk alkohol. Mas Wawan sudah tak menafkahi aku dan Galang dengan baik, bahkan ... mahar pemberiannya saat kami menikah dulu diambil. Mas Wawan juga kerap menyiksaku dan bersikap kasar terhadap Galang. Aku merasa ... tak ada lagi gunanya mempertahankan rumah tangga kami."
"Apa? Nak Wawan seperti itu?" Ibu Ariel tak percaya kalau menantunya yang selama ini terlihat baik dan santun ternyata tak sebaik yang ia pikir.
Ariel mengeluarkan ponsel miliknya dan menunjukkan bukti yang ia ajukan di persidangan. Bapak Ariel yang menonton video terlihat kesal dan wajahnya memerah karena marah. "Kurang ajar anak itu! Berani sekali dia berlaku seperti itu sama kamu? Kenapa kamu tak cerita sama Bapak dan Ibu?"
Ariel menghapus air mata yang kembali menetes di wajahnya. Galang ikut sedih melihat Ariel menangis. "Aku tak mau membuat Bapak dan Ibu kepikiran tentangku. Aku malu, selama ini aku selalu menyusahkan Bapak dan Ibu. Aku sudah membuat kalian malu karena pernah melakukan aborsi, aku tak mau Bapak dan Ibu bertambah malu karena aku kembali salah memilih suami."
Ibu Ariel berdiri lalu duduk di samping Ariel. Ia memeluk putrinya yang menangis sedih dan ikut menangis merasakan penderitaan yang putrinya rasakan. "Maafkan Ibu ya, Nak. Ibu hanya bisa menyalahkan kamu saja, Ibu tak tahu kalau selama ini kamu menderita. Maaf, Nak."
Ariel menganggukkan kepalanya sambil terus menangis. Ia merindukan pelukan Ibunya yang nyaman dan bisa mencurahkan segala isi hatinya. Beberapa bulan ini sangat berat bagi Ariel. Punya suami ternyata tak bisa diharapkan. Belum lagi memikirkan biaya hidup. Tak ada tempat mengadu, beruntung Ariel bertemu Om Bobby, kalau tidak, entah bagaimana nasib Ariel kini.
"Maafkan Bapak juga ya, Nak. Bapak sudah menyakiti hati kamu. Percayalah, Bapak melakukan semua ini karena Bapak sangat menyayangi kamu. Bapak tak mau ada lelaki seperti Noah yang meninggalkan kamu sendirian menghadapi semua permasalahan. Bapak tak mau melihat kamu disakiti lagi." Bapak Ariel mengatakannya dengan suara bergetar. Air mata yang sejak tadi menggenang kini mulai menetes. Bapak menangis sambil menutup wajahnya.
Suasana haru tercipta di ruang tamu rumah Om Bobby. Ariel dan kedua orang tuanya menangis sedih memikirkan nasib Ariel yang malang serta Galang yang ikut menangis karena terbawa suasana. Mereka bahkan tak menyadari suara mobil yang datang.
Om Bobby sengaja pulang cepat. Ia ingin mengajak Galang jalan-jalan ke Mall sekaligus wisata kuliner. Om Bobby merasa bosan dengan pekerjaannya dan kangen dengan tingkah lucu Galang.
Hanya Galang yang menyadari kedatangan Om Bobby. Anak itu turun dari pangkuan Ariel dan berlari ke arah pintu. "Om! Om!" Sambil menangis, Galang memanggil Om kesayangannya.
"Om?" Ibu dan Bapak Ariel saling pandang.
Cepat-cepat Ariel mengejar Galang. Anak itu begitu peka dengan suara deru mobil milik Om Bobby. Ia akan menyambut kedatangan Om Bobby sambil berlari.
"Galang, sini Nak!" panggil Ariel.
Terlambat.
Galang sudah menemui Om Bobby dan berada di gendongannya kini. "Om! Om! Mama nanis!" adu Galang.
"Nangis? Kenapa?" tanya Om Bobby dengan lembut.
"Nanis ... nanis. Mama nanis."
Om Bobby berjalan menghampiri Ariel. Ia tak melihat isyarat yang Ariel berikan karena sibuk mendengar jawaban Galang.
"Kamu kenapa nangis, Riel? Sam ganggu kamu lagi?" tanya Om Bobby.
Suara Om Bobby terdengar sampai ke ruang tamu karena pintu rumah sengaja Ariel buka. Ariel kembali memberi kode pada Om Bobby untuk pergi saja.
"Kenapa? Ada apa? Sam maksa untuk masuk ke dalam rumah?" tanya Om Bobby dengan wajah bingung.
Om Bobby terkejut melihat siapa yang dilihatnya. Om Bobby melirik Ariel seraya bicara dengan bahasa isyarat bibir. "Kenapa tidak bilang dari tadi?"
****
terima kasih ya kak 🥰🥰🥰🥰