Dia dipandang rendah oleh keluarga istrinya, bahkan dia selalu mendapatkan hinaan, hanya karena dia seorang pria miskin.
Hanya Bastian dan Raisa yang tahu bahwa pernikahan mereka hanya sementara, itu semua agar Raisa mendapatkan warisan dari keluarganya. Dan Bastian rela menjadi suami sementara Raisa, untuk menebus hutang pada Raisa.
Namun, bagaimana kalau ternyata takdir membuatnya berubah? Sebenarnya Bastian berasal dari keluarga kaya raya, dia adalah sang pewaris dari perusahaan nomor satu di Indonesia. Sudah tiga tahun dia diusir oleh kakeknya karena sering menghamburkan uang.
Bastian akhirnya tau bagaimana susahnya mencari uang, ketika dia mendapatkan warisan dari sang kakek, dia bisa menjadi pemimpin perusahaan yang begitu mengagumkan, walaupun dia harus menyembunyikan identitasnya dari keluarga istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Bastian telah sampai ke lahan yang akan dijadikan pembangunan hotel disana, dia melihat ada banyak orang yang berdiri menyambut kedatangan Bastian.
"Tolong jangan usir kami Tuan, kami tidak tahu harus pergi kemana lagi, kami tidak memiliki tempat tinggal, kadang buat makan saja kami sangat kesulitan." lirih seorang nenek tua, dia mengatakan hal itu sambil terisak. Kadang kalau tidak punya uang mereka tidak makan sama sekali.
"Setidaknya berikan kami waktu agar kami bisa mencari dulu tempat tinggal untuk kami berpindah, walau kami harus tinggal di hutan juga tidak apa-apa." kini giliran seorang kakek tua yang memohon pada Bastian.
Semua orang yang ada disana, hanya bisa menangis, mereka tidak mungkin berbuat anarkis ataupun menentang pembangunan disana, karena sadar diri mereka hanya numpang di lahan itu.
Kebanyakan penduduk disana berprofesi sebagai pemulung, mungkin karena faktor usia sehingga kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi latar belakang pendidikan mereka sangat rendah.
Karena itu mereka tidak sanggup untuk membayar biaya kontrakan di setiap bulannya, walaupun diantara mereka ada yang meminta waktu satu bulan sampai bisa mendapatkan uang untuk mengontrak rumah, meski harus bisa mengatur jatah perut mereka, yang penting bisa menemukan satu suap nasi saja agar bisa bertahan hidup dan mengumpulkan uang.
Bastian merasa tersentuh hatinya dengan melihat kondisi mereka yang berpakaian compang camping dan juga kondisi rumah mereka yang sangat tidak layak huni, mereka membangun sendiri gubuk itu sebisa mereka, walaupun hanya terbuat dari bahan triplek yang sudah rusak, beratap terpal, dan berlantaikan tanah.
Bastian pernah merasakan bagaimana rasanya hidup miskin dan kelaparan karena Tuan Athar mengusirnya tanpa memberikan uang satu persen pun padanya. Bahkan Tuan Athar tidak mengizinkan dia membawa ijazah hasil dia kuliah di luar negeri.
Sehingga dia pernah tinggal di kolong jembatan, lalu menjadi seorang pengamen. Setelah terkumpul uang, dia mencoba untuk berjualan di pasar sehingga dia bisa menjadi pedagang buah-buahan sampai sekarang.
Tapi Bastian tidak mungkin mengizinkan mereka tinggal disana, apalagi lahan itu akan dipakai sepenuhnya oleh hotel yang akan dibangun nanti. Kakeknya akan marah besar jika Bastian membatalkan proyek besar ini demi sifat keperimanusiaanya.
Karena itu Bastian memutuskan untuk tetap melanjutkan proyek kerjasama dengan Tuan Abraham dalam pembangunan hotel, tapi dia juga tidak akan tega membiarkan hidup orang-orang disana terlantar, walaupun sebenarnya hidup mereka tidak ada urusannya dengan Bastian, tapi sebagai sesama manusia, tidak ada salahnya jika dia memberikan uluran tangan pada mereka yang sangat membutuhkan.
Karena hidup miskin itu bukanlah sebuah keinginan, tetapi hanya saja nasib mereka memang kurang beruntung, mungkin saja mereka sudah berusaha keras untuk mengubah takdir, akan tetapi mereka kesulitan untuk mengubah keadaan karena faktor pendidikan dan juga tidak memiliki uang yang memadai, hanya untuk biaya makanpun mereka sangat kesulitan.
"Saya mohon maaf, lahan ini harus segera dikosongkan, karena minggu depan akan dimulai pembangunan hotel. Tapi saya sudah memiliki lahan untuk kalian semua tempati, dan mulai besok akan mulai membangun rumah sederhana untuk kalian, kalian boleh menempatinya. Bukan hanya itu, kalian juga akan saya berikan modal untuk berjualan di Pasar William Modern, kebetulan disana masih ada kios-kios yang kosong."
Bastian menolong mereka dengan menggunakan uang pribadinya sendiri, karena dia sadar betul, ini bukanlah bisnis, jadi tidak boleh menggunakan uang perusahaan. Tapi murni dari hati nurani untuk menolong mereka.
Semua orang yang ada disana nampak terisak, menangis penuh haru, akhirnya ada dewa penolong yang datang menolong mereka dari kemiskinan ini.
"Terimakasih Tuan Edgar, hati anda sungguh sangat mulia, semoga William Group semakin bertambah sukses dan juga Tuhan membalas kebaikan anda dengan berlipat ganda." salah satu perwakilan dari warga sana mengucapkan rasa terimakasih pada Bastian dengan sepenuh hati.
kamu terlalu naif mengharap banjingan sekelas Tristan, saat kalian menikah kelak kamu akan tau belangnya dan rasa sakit hatimu akan berlipat ganda
gk di novel ini atau di novel yg lainnya sakitnya flu sama batuk... wkwkwkwkwk
Juga tidak banyak ulangan yang sekadar hanya untuk memperpanjangkan novel. Syabbash!!!