Putri Ceria gadis cantik yang harus menyandang status janda di usia muda. Saat berumur 19 tahun Putri menikah dengan pemuda dikampung tempat tinggalnya. Namun pernikahan yang baru seminggu itu harus kandas.
Setahun menjanda tidak mudah baginya. akhirnya Putri merantau ke kota. Di kota pun hidupnya penuh lika-liku.
"Bagaimana kalau aku yang membayarmu 1M," ucap kakek yang baru saja menolongnya.
Bagaimana kisah si janda muda hidup di Kota? Siapa kakek yang akan membayarnya 1 M?
Penasaran bagaimana kisah si janda muda, yuk langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom yara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Kita jalani saja
"Dimana dia?" tanya Hardian to the point pada ayahnya. Ia sengaja menemui ayahnya di ruang kerja.
"Biarkan saja, mungkin dia masih ada urusan yang penting" jawab ayah Malik yang terkesan membela.
"Setelah membuat keributan? Pergi di hari pernikahan dan Ayah hanya diam saja." Hardian menghentikan ucapannya, "Apa itu masuk akal?" Hardian tersenyum smirk.
"Jangan sampai aku menemukan sesuatu yang akan membuat ayah menyesal," ancam Hardian. Lalu keluar dari ruang kerja ayahnya.
"Tidak akan ada penyesalan, jika kalian sudah saling mencintai," lirih kakek setelah Hardian pergi.
*
*
Hardian menghubungi asistennya.
"Periksa dengan detail, apa yang pernah Putri alami," titah Hardian. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Putri, karena laporan yang diterimanya hanya laporan biasa, dia yang berstatus janda di usia muda dan pekerjaan murahan yang ia jalani.
Mengingat kata murahan, membuatnya terbakar. Meskipun ia sudah tidak memiliki perasaan apapun pada mantan kekasihnya, tapi apa yang wanita itu lakukan membekas di ingatannya.
Hardian keluar dari ruang kerjanya. ia merasa bingung, akan masuk ke dalam kamar atau hanya berdiri di depan pintu. Ah kenapa dia jadi dilema?
Putri berjalan dari arah belakang. "Apa yang paman lakukan?" tanyanya dalam hati.
"Kenapa tidak masuk?" tanya Putri setelah sampai di samping Hardian.
Hardian terkejut, tapi ia berusaha untuk terlihat biasa saja. Hardian tak menjawab, dengan cepat ia membuka pintu dan masuk.
"Aneh," gumam Putri.
Ternyata dia di luar.
Hardian menggelengkan kepalanya sambil melangkah ke kamar mandi. Setelah selesai ia pun keluar, lalu naik ke atas ranjang. Hardian sempat melihat ke arah Putri, ternyata wanita itu memilih tidur di sofa. Hardian membiarkan wanita itu melakukan apa yang di inginkannya.
"Aku ingin bicara," ucap Putri setelah Hardian merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Putri.
Hardian membalik tubuhnya menatap wanita itu. Menunggu apa yang akan dibicarakan wanita itu. Putri jadi gelagapan ditatap seperti itu.
"Emm... Paman, aku ingin membahas pernikahan kita." Hardian masih diam.
"Paman sudah membantu agar pernikahanku tidak gagal, tapi aku juga bingung harus berterimakasih atau tidak. Gagal atau menikah itu sama saja untukku. Jadi maksudku..." Putri menghentikan ucapannya ketika melihat tatapan Hardian yang membuat hatinya berdenyut.
Sebenarnya aku lebih memilih tidak menikah dengan paman. itulah yang ingin Putri ucapkan, tapi lidahnya terasa kelu, melihat laki-laki itu ia jadi takut.
Hardian melangkah lalu duduk di samping Putri.
"Aku hanya ingin menikah sekali dan kita sudah terlanjur menikah, kita jalani saja."
"Maksud, Paman?"
Paman bicara panjang lagi.
"Kita lakukan apa yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri."
Apa aku tidak salah dengar, paman meminta haknya.
"A... Aku... Aw... " jerit Putri.
"Pasangan suami istri seharusnya tidur satu ranjang." Hardian membawa Putri dalam gendongannya lalu membaringkan tubuh wanita itu di tempat tidur. Setelah itu Hardian juga naik ke atas ranjang.
Mereka berdua tidur dengan posisi telentang menghadap ke langit-langit kamar. Keduanya merasa canggung.
"Apa paman baik-baik saja? Aku merasa aneh."
"Aku suamimu. Bolehkah?"
Putri terbatuk mendengar pertanyaan ambigu paman. Hardian mengambil gelas di atas nakas lalu memberikannya pada Putri.
"Kau ini kebiasaan."
"Kita harus bicara," Ujar Putri lagi setelah meminum air yang diberikan Hardian. Ia perlu memastikan hubungan mereka, meskipun Hardian mengatakan untuk menjalaninya dulu, tapi ia tidak mau setelah menyerahkan segalanya dia harus menjanda untuk kedua kalinya.
Waspada itu penting.
Putri sangat tahu diri, sipa dirinya. Bersanding dengan Hardian tidaklah mudah untuk kedepannya. Laki-laki hebat seharusnya mendapat wanita hebat, sedangkan dirinya. Apa hebatnya dia?
"Apa?"
"Pernikahan kita, berapa lama kita akan mencobanya?" tanya Putri membuat Hardian mengerutkan keningnya.
"Sampai diantara kita tidak mampu lagi untuk bertahan," jawab Hardian kemudian. Dia hanya ingin menjalani pernikahan ini dan jika bisa untuk selamanya. Bukan di target untuk berapa tahun.
Sepertinya gadis ceroboh ini salah paham. Batin Hardian.
Jawaban apa itu? Tidak memuaskan. Putri.
"Baiklah, karena kita sudah terlanjur menikah. Mari kita jalani pernikahan kita layaknya pasangan suami istri. Pertama mari kita berkenalan dengan baik. Namaku Putri, usia 21 tahun." Putri mengulurkan tangannya.
"Hardian, 30 tahun." Hardian menyambut uluran tangan wanita itu. Putri tersenyum sementara Hardian setia dengan wajah dinginnya.
"Aku bekerja di.... Emm sementara masih menganggur."
"Aku CEO."
"Aku istri CEO," timpat Putri sambil terkekeh kecil. Hardian tersenyum tipis. Spontan Putri menarik kedua sudut bibir Hardian ke atas. "Lebih lebar, lebih bagus, paman sangat tampan."
"Kau suka?"
"Siapa yang tidak suka pria tampan? Semuanya suka. Paman tahu? Biasanya orang tampan susah untuk mendapatkan cinta yang tulus. Kenapa paman tidak punya kekasih?"
"Aku punya."
"Benarkah? Apa wanita yang waktu itu kekasih paman?"
"Ehmmm... "
"Berarti paman punya kekasih? lalu kenapa menikah?"
"Dulu, sekarang kami hanya mantan?"
"Dia sangat cantik. Kenapa berpisah?" Hardian tak menjawab.
Putri menutup mulutnya berpura-pura terkejut. "Jangan bilang kalau paman diselingkuhin?" Hardian hanya diam menatapnya.
"Oh, jadi benar, kekasih paman selingkuh?" Putri menatap laki-laki di depannya, menelisik perubahan wajah pria itu. Detik berikutnya Putri tertawa sambil menepuk kasur. "Aku masih belum percaya, paman." Putri belum berhenti tertawa.
"Belum puas tertawanya?" tanya Hardian dengan mimik yang terlihat aneh menurut Putri, membuatnya semakin tertawa.
Putri terus tertawa. Hardian yang merasa gemas, spontan mencium pipi wanita itu. Seketika Putri berhenti tertawa. Lalu menatap Hardian.
"Kenapa menciumku?" tanya Putri dengan suara lirih.
"Hanya ingin saja," jawab Hardian santai, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang sembari tersenyum tipis.
"Mana bisa begitu?" Putri tidak terima karena Hardian tidak memberikan alasan yang jelas.
Putri ikut berbaring di sampingnya setelah melihat laki-laki itu menutup kedua matanya.
30 menit kemudian. Putri masih belum bisa tidur. Ia bangun lalu mendekati Hardian.
"Lihatlah, ia bisa tidur nyenyak." Putri lebih mendekat lalu mencolek pipi Hardian. Putri tersenyum lalu mencolek pipi Hardian lagi, entah kenapa ia jadi katagihan mencolek pipi pria itu.
Hap
Hardian menangkap tangan Putri, wanita itu gelagapan karena ketahuan.
"Maaf... " cicitnya.
"Tidurlah, kecuali kau ingin mencoba sesuatu yang bisa membuat kita berkeringat." Hardian berucap tanpa membuka kedua matanya. Putri beringsut mundur lalu berbaring kembali.
Hampir saja. Putri menghela napas panjang.
Putri menutup matanya, tak lama ia pun terlelap. Sementara Hardian belum bisa tidur, meskipun ia menutup kedua matanya. Sebenarnya tadi dia belum tidur saat wanita itu menggodanya.
Hardian membalik tubuhnya menghadap ke arah wanita itu. Dia bisa mendengar napas teratur wanita itu. Dia membalik tubuh wanita itu agar menghadap padanya.
Cup.
👇👇👇
Terjebak Dalam Cinta Hitam