Novel ini adalah Spin-Off dari Novel yang berjudul "Terpaksa Menikahi Putri Mafia."
Kekecewaan dari kedua orang tua dan seluruh keluarga membuat Aurora Belle Fazila Alberto Harus dipindahkan ke pesantren sebab hampir saja gadis itu diperkosa oleh preman saat ingin menemui dokter Davin.
Merasa ditipu oleh dokter Davin, Fazila memutuskan untuk tidak pernah mau bertemu dengan pria itu lagi padahal yang terjadi hanyalah rekayasa Tantri saja, suster yang bekerja pada dokter Davin.
Bagaimana Fazila menjalani hidupnya di pesantren dan bagaimana dua orang ini bisa bertemu kembali?
Yuk simak kisahnya dalam novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imamah Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
"Kalau tidak mau jangan dipaksa Pak," ucap Mentari pada Zidane.
"Baiklah untuk saat ini Nyai percaya sama kamu Chila, tapi lain kali belum tentu," ucap Nyai Fatimah memutuskan karena yakin Fazila dan Izzam memang tidak ada hubungan apa-apa. Kalau memang mereka berdua menjalin hubungan keduanya tidak akan menolak untuk dijodohkan.
"Terima kasih Nyai, saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan Nyai," ucap Fazila.
Nyai Fatimah mengangguk dan pamit pergi sambil mengajak Kyai Mftah. Mereka mempersilahkan Izzam dan juga Fazila berbicara dengan kedua orang tua mereka masing-masing tanpa harus canggung kepada dirinya.
"Bagaimana keadaanmu di sini, betah?" tanya Zidane mulai bicara hati ke hati dengan putrinya.
"Betah Pa, banyak teman-teman yang baik sama Chila, ya walaupun ada satu pengurus yang rese. Entah kenapa dia tidak suka pada Chila padahal Chila tidak berbuat jahat sama dia."
Zidane dan Isyana diam sebentar.
"Yakin kamu nggak buat masalah sama dia?" tanya Isyana memastikan.
"Nggak Ma, apa sih gunanya buat masalah? Nggak ada kerjaan apa? Kerjaan menghafal aja sudah sangat ruwet bagi Chila, masa ditambah masalah lain?"
"Kalau begitu kamu santai saja, kalau kamu nggak buat masalah tapi dianya kayak bermasalah gitu, ya, berarti dianya yang punya penyakit. Mungkin iri atau dengki sama kamu. Ya, walaupun papa nggak tahu apa yang bisa membuatnya iri darimu." Zidane terkekeh.
"Ah, papa gitu sama Chila, nanti Chila buktikan bahwa Chila lebih pandai dari Abang-abang Chila." Fazila tampak cemberut.
"Papa bercanda kali Chila," ucap Zidane sambil merangkul bahu putrinya.
"Papa nggak menuntut kamu pandai, yang penting belajar agama dengan baik, berakhlak baik pada semua orang, bagi papa sudah cukup."
"Terima kasih Pa," ucap Chila sambil memeluk Zidane kemudian bergantian memeluk Isyana.
"Abang nggak ikut?"
"Abang Tris sibuk, banyak job dan Bang Nath fokus dengan Kak Chexil yang kondisinya tidak menentu selama hamil."
"Oh gitu ya Ma, semoga Kak Chexil dan bayinya baik-baik saja ya Ma."
"Aamiin."
Di sudut lain Izzam juga sedang asyik mengobrol dengan orang tuanya.
Lama mengobrol akhirnya tidak terasa jam berkunjung mereka sudah habis. Kedua orang tua Fazila dan Izzam pun berpamitan pada Nyai Fatimah dan Kyai Miftah.
"Tenang, saya akan memberikan air yang dibacakan do'a khusus untuk Fazila agar membantu dia cepat dalam menghafal. Semoga saja menjadi perantara untuk membuka pikirannya dalam menyerap ilmu yang diberikan dan meningkatkan daya ingatnya," ucap Kyai Miftah saat Zidane benar-benar meminta maaf tentang kekacauan yang terjadi hari ini akibat ulah Fazila, dan mengharap Kyai Miftah maklum dengan kemampuan Fazila yang kurang dalam pelajaran agama.
"Terima kasih Pak Kyai, saya benar-benar berharap semua ustadz dan uztadzah di sini tidak henti-henti membimbing putri kami."
"Insyaallah Pak Zidane, kami akan memberikan pelayanan terbaik untuk semua santriwan santriwati yang berada di dalam lingkungan pesantren ini."
Zidane mengangguk lalu pamit pergi disusul kedua orang tua Izzam di belakang.
Fazila kembali ke kamar dengan muka ceria.
"Ckk, ckkk, cckk, ada apa nih senyum-senyum sendiri?" Ketiga sahabatnya berdiri di depan pintu kamar sambil bersedekap dada.
Fazila mengerutkan dahi. "Kenapa kalian seperti deb collector yang menagih hutang dan pelanggannya tidak mau bayar sih?" tanya Fazila membuat ketiganya menyingkir dari pintu.
"Kamar ini sita!" seru Chila lalu tertawa terbahak-bahak.
"Apaan sih Chila sampai tertawa terbahak-bahak gitu. Ada kabar baik ya? Kok sepertinya kamu senang banget?"
"Yup, benar sekali, hari ini aku senang sekali," ucap Fazila lalu duduk di samping ranjang membuat ketiga sahabatnya penasaran.
"Jangan bilang kau berhasil mengerjai Heni lagi," ujar Qiana.
"Wah kalau itu mah sudah jelas, Chila dilawan," ucap Fazila sambil menepuk dada sementara Andin langsung tertawa.
"Apa kita ketinggian berita?" Qiana dan Anggita saling pandang.
"Ya, kalian memang ketinggian banyak," ucap Andin sambil senyum-senyum sendiri.
"Ada apa sih Din? Bagi-bagi info dong!" pinta keduanya serempak.
Andin menatap Fazila dan Fazila terlihat mengangguk.
"Baiklah, karena Fazila mengizinkan, aku akan bercerita, tapi kalian harus berjanji jangan bilang sama siapapun, karena kalau sampai kabar ini terdengar di telinga Nyai, Fazila bisa dihukum."
"Hah! Kriminal apa lagi yang engkau perbuat Chila?" tanya Anggita terbelalak.
Pletok.
Fazila menyentil dahi Anggita.
"Kamu pikir aku penjahat apa!" protes Fazila.
"Iya terus apa dong?"
"Kalian tahu nggak, Fazila membuat Heni berjalan seperti pocong. Betis dan tangannya diikat padahal dia masih pakai mukena dan parahnya lagi saat Heni melompat-lompat ketahuan sama Gus Firdaus, malu nggak tuh?" Andin bercerita sambil menahan tawa.
"Beneran?" tanya kedua percaya tidak percaya.
"Beneran ih, masa aku bohong sih? Terus kabar kedua, dan mungkin ini yang membuat Chila senang karena–"
"Apa tuh, apa tuh?" Keduanya tidak sabaran sedangkan Fazila langsung mengernyit dan menatap Andin dengan bingung.
"Dia dijodohkan dengan Izzam."
"Aaaaa!" kedua teman-temannya berteriak senang. Pasalnya selain Gus Firdaus yang menarik perhatian para santri, Izzam pun tidak luput dari perhatian mereka. Selain tampan, tidak banyak cakap, pria itu sangat pintar dan terlihat begitu taqwa dibandingkan santriwan yang lain.
"Sok tahu loh Din," kesal Fazila.
"Loh emang salah ya?" tanya Andin. Aku tadi dikasih info seseorang."
"Benar sih para orang tua kami kayak gitu tapi aku menolak," jelas Fazila.
"Loh kok ditolak si Chila? Kamu tahu enggak, Izzam itu menjadi incaran para santri di sini," ucap Qiana nampak kecewa karena Fazila telah melewatkan kesempatan ini.
"Karena aku tidak cinta. Udah deh nggak usah ngomongin dia. Nih aku dibawakan makanan dan camilan oleh mama."
"Wah, otw langsung garap nih," ucap Anggita dan ketiganya langsung mendekat ke arah Fazila.
Bersambung.
tp itu salah davin yg gk nutup pintu nih pasti 🤣
tp klo beneran itu kenyaannya berarti aku yg bo doh 🤣🤣
harap maklum pemirsah krn mas davin lg panik jd gk kekontrol 🤭
jlnmu masih panjang masih byk perempuan yg jauh lebih cantik dn lebih naik dari si bovil chila 🤣