NovelToon NovelToon
Wanita Idaman Ketua Mafia

Wanita Idaman Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: MJ.Rrn

Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vanya....

Raysa dengan perasaan sedikit bersalah masuk kedalam rumahnya, tadi dia sengaja meminta Elang untuk tidak mengantarkan sampai depan pintu gerbang demi menjaga perasaan Angga.

“Akhirnya kamu pulang juga.” Ucap Angga yang duduk sendirian di ruang tamu dalam keadaan gelap karena semua lampu sudah dimatikan.

Raysa terkejut dan langsung menoleh ke arah kekasihnya itu.

“Kamu ngapain? Kenapa tidak menyalakan lampu.” Tanya Raysa gugup.

“Ray, apa kamu berbohong?” Tanya Angga segera berdiri dan mendekatinya, Raysa langsung gelagapan dan bingung.

“Tidak.” Jawab Raysa berbohong berusaha untuk tetap tenang.

Angga menghela nafasnya, dia tersenyum kecut menganggukkan kepala.

“Baiklah, aku percaya. Walau aku kecewa dengan apa yang kamu lakukan hari ini, aku akan berusaha mengerti. Istirahatlah.” Ucap Angga, Raysa menghela nafas lega menganggukkan kepala.

“Kamu juga.” Balas Raysa, Angga berusaha tersenyum dan mencium kenin Raysa sebelum masuk kedalam kamar. Terasa jelas jarak kecanggungan di antara mereka berdua.

Elang tidak langsung pulang begitu Raysa turun dari mobil, pria itu masih tetap di tempat yang sama dan menatap ke arah jendela kamar Raysa. Elang tersenyum begitu lampu kamar itu menyala, dia tidak melepaskan pandangannya.

Raysa kembali menghela nafas lega mendudukan tubuhnya di ranjang, jantungnya berdetak dengan kencang karena takut ketahuan oleh Angga. Raysa sadar kalau telah melakukan kesalahan, tapi dia juga bingung karena selalu memikirkan Elang.

Ting..sebuah notifikasi pesan mengejutkan Raysa, Raysa segera mengambil ponsel dari dalam tasnya.

“Ray, aku masih di bawah. Apa semua baik-baik saja? Pria Itu tidak berbuat yang aneh-aneh.” 

Raysa tersenyum membaca pesan Elang, dia segera ke jendela dan melihat kearah mobil Elang.

Raysa membuka jendela dan melambaikan tangannya, Elang segera menghubunginya.

“Pulanglah, aku baik-baik saja.” Ucap Raysa.

“Baiklah, sampai bertemu besok.” Balas Elang, Raysa menggelengkan kepala.

“Kakak mau apa lagi?” 

“Kita pasti bertemu tiap hari, kamu tidak akan bisa mengelak.” Jawab Elang tersenyum melambaikan tangan dan melajukan mobilnya pergi setelah memastikan kondisi Raysa.

“Hati-hati.” Ucap Raysa segera mengakhiri pembicaraan mereka dan kembali menutup jendela.

…..

Malam berganti pagi, Raysa perlahan membuka mata setelah alarm membangunkannya. Langit belum terlalu terang, tapi Raysa mau tidak mau harus segera bangun biar tidak terlambat pergi bekerja.

“Pagi ma.” Sapa Raysa mendekati sang mama yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

“Pagi juga sayang, sebaiknya kamu duduk dulu. Sebentar lagi Angga dan kedua orang tuanya keluar. Mereka akan pulang pagi ini.” Balas Mama Raysa, Raysa menganggukkan kepala dan tidak lama kemudian Angga keluar kamar beriringan dengan kedua orang tuanya dan papa Raysa juga keluar dari kamar.

“Semalam pulang jam berapa sayang?” Tanya papa Raysa.

“Jam 10 om.” Angga yang menjawab, Raysa langsung menoleh kepadanya.

“Sepertinya sangat darurat ya, sampai kamu harus meninggalkan Angga.” Sahut mama Angga, Raysa tersenyum kikuk menganggukkan kepala.

“Ray, semalam papa dan mama sudah bicara banyak dengan papa dan mama Angga. Kami sepakat kalau kalian akan menikah secepatnya, kalian sudah dibilang cukup lama saling mengenal. Jadi apa salahnya sekarang ke tahap lebih serius.” Ucap papa Raysa, Raysa terkejut mendengarnya, sedangkan Angga tersenyum tipis.

“Tapi pa, Raysa baru dua tahun kerja di rumah sakit dan status Raysa masih dokter muda.” Bantah Raysa, Angga yang mendengar perkataan Raysa menatap tidak suka kepadanya.

“Lalu masalahnya dimana nak, nanti ketika kalian sudah menikah kamu juga akan meninggalkan rumah sakit dan ikut dengan Angga.” Balas sang papa, Raysa menggelengkan kepala menolak.

“Tapi Pa, Ray…” 

“Raysa, jangan membuat aku terlalu lama menunggu. Aku sudah mapan Ray, aku mampu menghidupi kamu dan kalau kamu masih ingin bekerja, aku bisa memasukkan kamu di rumah sakit yang terkenal disana.” Ucap Angga menyela perkataan Raysa, Raysa kembali menggelengkan kepala tidak setuju. 

“Ray, kamu ikut saja dengan rencana kami. Ingat, kami tidak mungkin merencanakan yang buruk untuk kamu. Menikah adalah jalan terbaik untuk hubungan kalian.” Sambung papa Raysa, Raysa menghela nafas kasar dan memilih untuk tidak bicara lagi.

….

Selama bekerja Raysa terlihat tidak fokus, pembicaraan tadi pagi mengusik dirinya. Padahal sebelum bertemu dengan Elang, Raysa sudah yakin akan menikah dengan Angga. Tapi entah kenapa sekarang dia menjadi ragu.

“Raysa.” Teriak Vanya marah, Raysa terkejut dan menatap ke arahnya.

“Kamu pikir kamu digaji untuk bermenung.” Ucap Vanya, semua orang di dalam ruangan melihat ke arah Raysa.

“Ikut sama saya.” Sambung Vanya, Raysa menghela nafas dan segera berdiri.

“Baik dok.” Balas nya.

“Semangat ya Ray, sabar.” Ucap Wila pelan, Raysa menganggukkan kepala dan segera menyusul Vanya keluar.

“Kerja, jangan memikirkan hal yang tidak akan pernah terjadi.” Ucap Vanya ketika mereka berdua berjalan melewati lorong rumah sakit, Raysa terpana dan tidak paham dengan maksud perkataan Vanya.

“Elang.” Ucap Vanya menghentikan langkahnya dan melihat ke arah kursi di taman, Raysa juga menghentikan langkah dan menoleh ke arah yang sama.

Elang juga menatap kedua wanita itu, Elang seakan mendengar perkataan Vanya, padahal Vanya berbicara dengan nada suara sangat pelan.

“Kamu segera periksa semua pasien, saya tunggu laporannya di meja saya.” Ucap Vanya memerintah, Raysa terkejut dan heran.

“Tapi dok.” 

“Jangan membantah, jangan membuat saya marah.” Balas Vanya, wanita itu berbelok ke arah Elang dan Raysa mau tidak mau melanjutkan langkahnya keruangan pasien.

“Kenapa kamu disini?” Tanya Vanya duduk disamping Elang.

“Kamu menyalahgunakan posisi dan wewenang kamu.” Ucap Elang mengabaikan pertanyaan Vanya, Elang segera berdiri dan akan melangkah pergi.

“Elang, kamu kenapa selalu membela dia?” Tanya Vanya menarik tangan Elang, manahan pria itu pergi.

“Kenapa? Apa ada larangannya?” Balas Elang menatap tajam kearah Vanya, dia mengambil tangan Vanya dan melepaskan dari tangannya.

“Tapi dia bukan siapa-siapa Elang.” 

“Kamu juga bukan siapa-siapa.” Balas Elang segera pergi meninggalkan Vanya, Vanya mendengus kesal mendengarnya.

…..

“Huff..” Raysa menghela nafas kasar meregangkan ototnya, hari ini pekerjaannya sangat banyak dan sangat melelahkan. Padahal semua pekerjaan itu tugas Vanya, tapi karena tidak bisa menolak, Raysa menggantikannya.

“Ayo pulang.” Ajak Wila, Raysa menganggukkan kepala setuju tapi baru saja dia akan mengganti baju, Vanya kembali masuk menemuinya.

“Saya ada urusan penting malam ini, jadi kamu pulangnya nanti setelah memeriksa pasien terakhir saya.” Ucap Vanya, bukan hanya Raysa yang terpana mendengarnya tapi juga Wila dan semua orang disana. Di mata mereka Vanya sudah bersikap berlebihan kepada Raysa.

“Tapi dok, seharian ini Raysa sudah menggantikan anda.” Ucap Wila membantah perkataan Vanya.

“Lalu kenapa? Kalian tidak suka?” Balas Vanya menatap tajam keduanya saling bergantian, Raysa yang malas berurusan dengan Vanya menggelengkan kepala kepada Wila.

“Baik dok.” Ucap Raysa mengalah.

“Tapi Ray..” 

“Kamu pulang duluan ya.” Sambung Raysa tersenyum menepuk bahu Wila, Wila mendengus kesal menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan ruangan itu.

“Makanya jangan membuat saya kesal.” Ucap Vanya tertawa kecil juga ikut keluar.

“Sabar ya Ray, dokter Vanya memang seperti itu orangnya.” Ucap salah satu perawat senior menghibur Raysa, wanita itu menepuk bahu Raysa sebelum melangkahkan kakinya keluar.

“Kalau dokter Bastian yang minta, aku tidak keberatan. Tapi kalau dokter Vanya, terlihat jelas kalau dia sengaja ingin mengerjai ku.” Omel Raysa kembali duduk dan memeriksa data pasien yang akan diperiksa nanti malam.

Bersambung...

1
Reni Anjarwani
doubel up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!