Zhi Tian hanyalah anak yatim-piatu buta yang sejak kecil hidup menyendiri di pesisir pantai.
Disuatu hari tanpa sengaja Zhi Tian menyelamatkan seorang pria yang terdampar didekat rumahnya. Pria itu bernama Shan Lao, yang ternyata merupakan kultivator paling hebat di benuanya.
Keberadaan Shan Lao mengubah hidup Zhi Tian, berkatnya ia bisa melihat kembali. Tidak hanya sampai di sana, Zhi Tian juga diajarkan banyak ilmu beladiri dari pria tersebut.
Zhi Tian yang sudah dibekali ilmu beladiri kemudian mulai mengejar cita-citanya yang ingin melihat seluruh dunia.
Ini adalah cerita Zhi Tian, seorang anak laki-laki dari pulau terpencil yang menjelajahi dunia yang dipenuhi dengan konflik dan peperangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 16 — Identitas Zhi Tian
Dari atas Zhi Tian bisa melihat ada banyak serigala yang masih berkeliaran di desa, ia langsung melemparkan sumpitnya untuk menghabisi mereka satu persatu.
Disisi yang sama, Yue Qiao berlari kedalam rumahnya sambil berteriak memanggil ayah dan ibunya.
"Qiao'er, kemana saja kamu? Ayah sudah mencarimu sejak tadi?!" Kepala Desa dan istrinya langsung berhambur memeluk Yue Qiao saat melihat gadis itu.
"Maafkan aku Ayah, tadi aku harus mencari bantuan terlebih dahulu."
"Bantuan apa?"
"Bantuan yang kupikir bisa mengatasi gerombolan serigala-serigala ini."
Saat kelompok serigala memasuki wilayah desa dan membuat kekacauan, para warga langsung bersembunyi dirumah mereka masing-masing namun Yue Qiao berbeda, ia langsung pergi dari rumah dan menuju kediaman Zhi Tian dan Shan Lao untuk meminta bantuan.
Shan Lao pernah beberapa kali bercerita tentang jumlah mahluk buas yang disebut siluman dihutan larangan yang semakin banyak seiring waktu sehingga Yue Qiao langsung menyadari bahwa serigala yang menyerang desa merupakan siluman yang dimaksud Shan Lao sebelumnya.
Siluman tidak bisa diatasi manusia biasa, bahkan kultivator sekalipun terkadang kesulitan untuk menghadapi mereka.
Kepala Desa terkejut ketika menemukan didepan rumahnya sudah banyak warga yang berkumpul, Yue Qiao buru-buru menjelaskan situasi yang sebenarnya.
"Kalau begitu sekalian saja para warga mengungsi diruang bawah tanah rumah kita, mereka akan lebih aman."
Yue Qiao mematung, ia baru teringat bahwa rumahnya memang mempunyai ruang bawah tanah. Ruangan itu biasanya digunakan untuk menyimpan koleksi pisau atau benda-benda yang sudah dibuat ayahnya sebagai seorang pandai besi.
Yue Qiao dan Kepala Desa kemudian memerintahkan semua warga memasuki ruang bawah tanahnya. Kebetulan ruangan itu cukup besar untuk menampung semua penduduk desa.
Diruangan bawah tanah para warga cenderung akan lebih aman, gerombolan serigala itu akan kesulitan menemukan mereka.
"Bibi, aku harus pergi... Sebaiknya Bibi dan yang lain tetap di lokasi yang aman." Zhi Tian mendarat disamping Yue Qiao setelah semua warga dievakuasi.
Zhi Tian menjelaskan ada beberapa serigala yang bersembunyi dibalik bangunan setelah melihat Zhi Tian membantai banyak kaum mereka.
Zhi Tian merasa tidak bisa membiarkan serigala-serigala itu berkeliaran seenaknya atau ada penduduk lain yang menjadi korban selanjutnya.
"Baik tetapi kau harus tetap hati-hati, yang terpenting jaga keselamatan hidupmu."
Zhi Tian tersenyum, "Baik Bibi..."
Zhi Tian langsung melangkah pergi, dengan mengalirkan qi pada kakinya ia melompat dari satu atap ke atap lainnya dengan cepat sambil memburu serigala yang ada.
***
"Jadi kau pemimpinnya..."
Shan Lao mengusap wajahnya yang dipenuhi darah kental, sudah tidak terhitung serigala mati di tangannya malam ini.
Ketika melangkah keluar desa, jumlah serigala jauh lebih banyak namun untungnya hal itu masih bisa diatasi oleh kekuatan Shan Lao.
Shan Lao kini sedang berhadapan dengan serigala yang memiliki ukuran paling besar dibandingkan serigala yang lain. Shan Lao menebak bahwa serigala itu adalah pemimpin gerombolan siluman ini mengingat serigala merupakan mahluk yang berkelompok.
Pemimpin serigala itu memiliki mata biru yang menyala dalam gelap, tubuhnya besar dan memiliki tinggi hampir tiga mater.
Pandangan pemimpin serigala tersebut dipenuhi kebencian saat menatap Shan Lao karena pemuda itu telah membunuh banyak dari kaumnya.
Tanpa basa-basi serigala itu melompat ke arah Shan Lao, berniat menerkamnya namun Shan Lao dengan mudah menghindarinya.
Serigala itu tidak menyerah, dia melompat kembali kali ini dengan mulut yang terbuka lebar, seolah ingin memakan Shan Lao hidup-hidup.
"Kau masih muda, butuh seratus tahun agar kau bisa melampaui kekuatanku." Shan Lao mendengus kesal.
Shan Lao tidak menghindari terkaman tersebut kali ini, ia menangkap rahang sang serigala dengan kedua tangannya. Satu tangan kanan menahan rahang atas serigala itu sementara satu tangan lainnya menahan rahang dibawahnya.
Shan Lao menggunakan kekuatan fisiknya, ia membuka mulut serigala lebar-lebar secara paksa sampai akhirnya terdengar suara tulang patah sebagai tanda rahang serigala itu sudah terlepas dari tempatnya.
Serigala tersebut hanya meringkik kesakitan namun Shan Lao nyatanya tidak berhenti sampai di sana, ia membanting tubuh serigala tersebut ke tanah sebelum memelintir lehernya yang membuat serigala itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Shan Lao mengatur nafasnya yang sedikit memburu, ini pertama kali ia menggunakan kekuatannya lagi semenjak dirinya terdampar di pulau ini.
Pandangan Shan Lao kemudian terarah pada serigala yang tersisa, Shan Lao melepaskan aura kekuatannya yang membuat serigala-serigala itu ketakutan.
Setelah pemimpin mereka terbunuh, para serigala itu memilih lari dan kembali ke hutan larangan.
"Ini belum berakhir, ada banyak siluman dihutan larangan itu dan jika tidak diatasi sekarang maka serangan gerombolan serigala ini hanya baru permulaan saja." Shan Lao sadar bukan waktunya dirinya istirahat sekarang.
Shan Lao memandang ke arah desa sejenak sebelum pergi ke hutan larangan, ia berniat memburu lebih banyak siluman dihutan tersebut sebelum mereka menyerang desa dilain waktu.
***
"Hm, kurasa ini yang terakhir, mungkin..." Zhi Tian menggaruk kepalanya.
Matahari pagi sudah mulai terlihat diujung timur, Zhi Tian sudah mencari serigala-serigala itu ke segala penjuru desa.
Demi memastikan tidak ada yang terlewat, Zhi Tian mengelilingi desa selama dua kali hingga akhirnya pagi hari pun tiba. Barulah setelah memastikan desa sudah aman, Zhi Tian kembali ke rumah Yue Qiao dan melaporkan situasinya.
"Terimakasih Tiantian, jika bukan karenamu kami akan dalam bahaya." Yue Qiao langaung memeluk Zhi Tian dengan erat.
"Bibi tidak perlu berterimakasih, aku yang justru merasa senang karena bisa membantu Bibi."
Para warga menyaksikan pemandangan haru itu tetapi disisi lain mereka kebingungan karena tidak mengenal siapa Zhi Tian ini.
Biarpun para warga mengetahui Zhi Tian namun tidak ada dari mereka yang pernah melihat bocah itu secara langsung. Apalagi Zhi Tian meninggalkan desa sekitar lima tahun yang lalu.
Para warga kemudian bertanya pada Kepala Desa namun Kepala Desa sekalipun tidak mengenalinya. Kepala Desa lalu bertanya siapa bocah yang menyelamatkan mereka itu pada Yue Qiao.
"Ayah, Paman, Bibi, sebenarnya ini adalah Tiantian, Zhi Tian yang kalian kenal..." Yue Qiao tersenyum canggung.
"Zhi Tian? Hm, kenapa rasanya aku pernah mendengar nama itu."
"Benar, aku juga merasa demikian."
"Zhi Tian! Tunggu dulu, bukankah nama itu anak dari Saudara Bing!?" Kepala Desa teringat sesuatu.
Yue Qiao tertawa kecil sebelum mengangguk, "Benar ayah, dia memang putra dari Paman Bing, anak yang sering aku kunjungi setiap hari di pantai."
Kepala Desa terkejut. "Tapi bukankah Tian'er anak yang buta."
"Dengan bantuan Lao Gege, akhirnya Tian'er bisa melihat seperti kita. Aku tidak menceritakan ini pada ayah karena belum ada waktu untuk menyampaikannya..." Yue Qiao tersenyum sambil mengelus kepala Zhi Tian dengan lembut.
Zhi Tian sendiri tampak meringkuk dibalik kaki Yue Qiao, ia merasa tidak nyaman ditatap oleh banyak orang sekaligus. Disisi lain ini pertama kalinya Zhi Tian bertemu dengan manusia selain Shan Lao dan Yue Qiao.