Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Pura-pura kuat
Benar saja, Selena tidak memperdulikan David yang melarangnya untuk pergi. Wanita itu tetap pergi dan sekarang sudah ada di luar kota.
Selena duduk sambil wajahnya dirias oleh MUA. Sesekali ia diajak becanda, tapi tidak meresponnya dengan baik.
Selesai itu, Selena berpose di depan kamera sesuai yang diarahkan oleh fotografer. Puluhan jepretan pun didapatkan dengan hasil yang memuaskan. Selena bahkan mengabaikan ponselnya yang terus menyala. Ia sengaja mematikan nada dering ponselnya agar suasana hatinya tidak buruk. Karena jika suasana hatinya buruk, pasti pemotretannya pun hasilnya akan buruk.
Selena menatap ponselnya ketika selesai melakukan pemotretan. Adanya puluhan panggilan tak terjawab dari David. Juga beberapa pesan dari sang mama mertua.
"Ck, mengganggu saja."
Selena meletakkan kembali ponselnya. Lalu menikmati suasana disana yang lebih tenang daripada rumah.
*
*
"Argh! Selena! Kenapa kamu nekat sih? Padahal sudah aku katakan jangan. Aih! Lalu aku harus bilang apa ke mama? Sampai sekarang mama bahkan terus memberikan pesan padaku menanyakan dimana kamu. Huh!"
Harusnya David fokus pada pekerjaannya, tapi karena ulah Selena. Ia bahkan sudah tak bisa lagi fokus. Bahkan untuk membaca satu laporan saja, ia tak bisa.
Setelah mendapatkan banyak pesan dari sang mama. Mamanya akhirnya menelpon.
"Vid, Selena pergi kemana? Kenapa sejak sarapan tadi tidak ada di rumah?" tanya Tamara.
"Em, Selena pergi pemotretan ke luar kota ma," jawab David yang tak ingin bohong ada sang mama.
"Huh! Kamu ini gimana sih, Vid? Selena itu punya anak bayi, harusnya jangan dibiarkan ambil pekerjaan di luar kota. Alwin butuh kasih sayangnya, harusnya sebagai suami kamu bisa melarangnya. Jangan malah mengizinkannya. Memangnya kamu mau sampai Alwin sudah bisa bicara dan berjalan ditinggal terus sama mamanya. Kasian kan? Dia pasti akan menanyakan terus dimana mamanya."
"Iya Ma, maaf. Ini untuk terakhir kalinya kok. Setelah ini David akan benar-benar melarang Selena jika ada pekerjaan di luar kota."
"Huh! Ya sudah mama tutup teleponnya. Itu anakmu nangis."
Sambungan telepon pun berhenti. David marah dan kesal. Karena ulah Selena yang seenaknya, ia jadi sasaran omelan sang mama.
David masih berjuang menelpon Selena hingga panggilannya diangkat. Namun tak kunjung diangkat juga. David hanya bisa menghela napasnya saja.
*
*
Niatnya mau seminggu lagi menemani anak perempuannya, tapi ibu dan bapa Gea terpaksa harus pulang kampung karena ada masalah dengan kebun mereka.
"Maaf ya Ge, ibu jadi pulang lebih cepat."
"Tidak apa-apa Bu. Gea malah senang ibu dan bapa segera kembali ke kampung. Bukannya Gea tidak suka ibu dan bapa disini, tapi memang lebih baik ibu dan bapa pulang saja. Tidak usah khawatir ke Gea. Orang disini baik-baik kok sama Gea. Kalaupun ada yang tidak suka sama Gea. Gea tidak memperdulikannya. Toh, masih banyak yang baik. Gea janji tidak akan menyembunyikan apapun lagi dari ibu dan bapa."
"Benar ya? Kamu jangan menyembunyikan apapun lagi?"
Gea mengangguk.
Mereka saling berpelukan sebelum ibu dan bapa Gea masuk ke dalam mobil. Gea melambaikan tangannya ketika mobil itu melaju.
Kini bayangan mobil sudah tak terlihat lagi, Gea memasuki kontrakannya, dan melihat banyak sekali makanan yang dibuatkan ibunya sebelum pergi.
Gea menangis. Ia hanya pura-pura kuat di hadapan kedua orang tuanya. Ia tidak ingin kedua orang tuanya ikut bersedih memikirkan dirinya. Bohong kalau Gea tidak senang kedua orang tuanya datang. Tapi, kalau kelamaan juga, Gea tidak siap. Karena terkadang Gea selalu menangis di dalam tidurnya ketika merindukan anaknya dan juga mengingat penderitaannya.
Gea memakan masakan ibunya sambil menangis. Ia bahkan membiarkan air matanya tercampur dengan makanan yang ia lahap ke dalam mulutnya. Gea memang berjanji tidak akan menyembunyikan masalah apapun dari kedua orang tuanya. Tapi, untuk bagaimana suasana hatinya, Ges tak bisa jujur tentang itu.
"Semoga kalian selamat sampai tujuan. Doakan Gea semoga Gea bisa Mengahadapi ini semua."
Malam menjelang, suara jangkrik di sekitaran rumah pun sudah terdengar. Bahkan udara malam yang dingin pun begitu terasa menusuk hingga ke kulit-kulitnya. Gea duduk di depan kontrakannya sambil meminum secangkir kopi hangat. Ia melihat lalu lalang motor yang lewat juga beberapa orang yang sedang ronda malam.
Dalam kesendirian itu, Gea bersikap seolah tak ada beban di kepalanya. Padahal, kalau isi kepalanya dibedah, isinya banyak sekali bebannya.
Ketika malam semakin larut, Gea masuk ke d alam rumah dan mengunci pintunya. Ia menaruh cangkir di wastafel kemudian duduk di pojokan ranjangnya.
Gea melihat-lihat media sosialnya, tanpa sengaja ada rekomendasi tambahkan teman yang dimana ternyata orang itu adalah Selena. Gea membuka isi profilnya. Karena mereka yang belum berteman, jadi hanya beberapa foto saja yang bisa dilihat oleh Gea.
Gea pikir akan ada foto dimana Selena akan memposting foto dengan David juga anaknya. Tapi rupanya, tidak ada. Alhasil, Gea merubah posisinya jadi rebahan sambil menonton video-video lucu sebagai hiburan dari rasa sakitnya. Sampai akhirnya, ponsel itu terjatuh sendiri karena tangan Gea yang sudah tak bertenaga.
*
*
Beberapa hari setelahnya, Selena pulang ke rumah. Belum juga sampai kamar, Selena sudah dimarahi oleh mama mertuanya.
"Selena! Harusnya kamu itu lebih mementingkan anak daripada pekerjaanmu!"
Untuk apa? Lagian dia bukan anakku?
Pertanyaan itu hanya mampu Selena ucapkan di dalam hatinya.
"Maaf ma, tapi pekerjaan ini juga penting. Lagipula aku hanya meninggalkan Alwin beberapa hari saja kok. Kalau mama tidak mau bantu mengasuhnya tidak apa-apa. Masih ada baby sitter nya Alwin. Jadi bisakah mama tidak usah berlebihan seperti itu?"
Mendengar jawaban dari menantunya, Tamara jadi bertambah kesal dan marah. Apa katanya? Cuma beberapa hari saja? Padahal dulu ia ketika jauh dari David ketika bayi walau hanya beberapa menit saja selalu khawatir dan kepikiran.
"Selena, Alwin membutuhkan kasih sayangmu. Jangan apa-apa kamu berikan tugasmu ke baby sitter. Mama bukannya tidak mau bantu mengurus Alwin. Tapi, mama kan omanya, harusnya kamu yang lebih sering menjaganya."
"Iya, Ma Iya, aku mengerti. Aku ke kamar dulu Ma. Badanku rasanya pegal dan cape."
Selena pergi ke dalam kamarnya, di saat itu juga, Tamara hanya bisa menghela napasnya saja. Inilah yang ia tidak suka kalau David mempunyai istri yang mementingkan karirnya.
Tamara pun pergi ke ruang keluarga dimana Alwin berada. Bayi itu sudah banyak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tamara ingat betul, ketika cucunya baru dibawa ke rumah belum bisa melakukan apa-apa. Kini bayi itu sudah bisa duduk sendiri.
*
*
TBC