Memiliki kecantikan dan kepintaran saja tidak cukup untuk membuat ibu mertuanya senang padanya. Elleana Bella, seorang wanita karier dan juga ibu yang baik untuk putranya.
Namun ia selalu di cap sebagai menantu yang buruk oleh ibu mertuanya, bahkan suaminya pun selalu memojokan dan menyalahkan dirinya dalam segala hal dan selalu membenarkan kata-kata ibunya.
Bagaimana cara Bella menghadapi sikap toxic ibu mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Pagi ini Abimana sudah terlihat rapih dan wangi dengan jas yang ia kenakan menambah kadar ketampanan seorang Abimana Frasetya.
"Bella aku datang!" Abimana keluar dari kamarnya dengan wajah berseri.
Kini ia pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah sang ibu yang sedang yang duduk di atas kursi roda di temani perawatnya.
"Ibu, Abi pergi dulu. Abi akan berusaha membawa kembali cucu dan menantu ibu ke rumah ini." Ucap Abimana penuh semangat.
Ibu Maya hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban. Lalu Abimana pun pergi meninggalkan rumahnya setelah berpamitan pada sang ibu.
"Ini hari libur Zayn dan Bella pasti ada di rumah." Guman Abimana yang kini mulai mengemudikan mobilnya membelah jalanan menuju rumah Bella. Namun kini pandangan tertuju pada toko bunga yang berada di pinggir jalan.
Abimana menepikan mobilnya untuk membeli bunga kesukaan sang istri. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan kini Abimana pun kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Bella pasti akan senang dengan hal ini." Gumam Abimana yang tersenyum melihat buket bunga yang baru saja ia beli.
***
"Kenapa tidak di makan? apa masakan mama tidak enak atau mama buatkan yang lain?" Tanya Bella saat melihat putranya hanya mengaduk-aduk sarapannya.
"Tidak ma, ini enak kok." Jawab Zayn dengan nada lemahnya.
"Baiklah kalau begitu habiskan sarapannya lalu kamu boleh bermain bersama teman-teman mu di taman." Seru Bella untuk membuat putranya sedikit bersemangat.
Namun usaha Bella tetap gagal. Zayn masih terlihat bersedih dan memikirkan sesuatu tapi Zayn tidak bisa menceritakan segalanya pada sang mama.
"Tidak, Zayn akan di rumah saja ma."
"Kenapa? apa kalian bertengkar?"
"Tidak. Ini adalah akhir pekan ma, semua teman-temanku pergi menghabiskan waktunya bersama keluarga mereka masing-masing dan,'' Zayn tak meneruskan ucapanya lagi, ia takut jika sang mama akan merasa sangat sedih karena nya.
Namun Bella mengerti apa yang di rasakan putranya saat ini. Bella tahu bahwa Zayn sangat merindukan sosok ayah dalam hidupnya, walau pun Zayn merasa sangat marah dan kecewa pada sang papa namun Bella yakin jika kasih sayang yang Zayn miliki lebih besar dari rasa marahnya pada sang papa.
"Zayn, apa Zayn rindu papa? tolong jawab pertanyaan mama dengan jujur." Bella menatap wajah tampan putranya yang semakin mirip dengan Abimana.
Dan hal itulah yang membuat Bella tak bisa melupakan kenangan indah bersama mantan suaminya itu.
"Zayn?" Bella kembali bertanya pada sang putra yang kini hanya diam saja tak menyahuti pertanyaan Bella seperti biasa.
Bella menarik nafasnya secara perlahan, lali ia pun mulai membicarakan hal yang sangat serius pada putranya.
"Dengar Zayn, tidak baik marah terlalu lama. Apalagi pada orang tua kita. Sebesar apapun kesalahan orang tua pada anaknya, tapi kita sebagai anak harus tetap bisa memaafkan semua kesalahan mereka baik di sengaja atau pun tidak, kamu tahu kenapa?"
Zayn menatap sang mama lalu menggelengkan kepalanya tanda tak mengerti dengan apa yang sedang di katakan oleh sang mama padanya.
''Baiklah dengarkan! Semua umat manusia tak pernah jauh dari kesalahan dan dosa. Begitu juga dengan papa." Ucap Bella mulai menjelaskan pada putranya dan mendorong Zayn agar tidak marah dan membenci Abimana.
Namun Zayn menggelengkan kepalanya tanda tak setuju dengan pemikiran sang mama. "Tapi ma,"
"Zayn percayalah papa sangat sayang padamu nak, jika Zayn rindu papa katakan saja. Mama tidak akan pernah marah padamu, karena mama tahu kami juga berhak bahagia." Bella mulai mengusap tambah putranya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
Di saat ibu dan anak itu sedang asyik berdiskusi kini pintu rumah mereka di ketuk oleh seseorang dengan sedikit bersemangat. membuat Bella mulai mengerutkan keningnya penuh dengan pertanyaan.
"Biar Zayn yang buka, mama tunggu disini saja." Ucap Zayn yang kini melangkahkan kakinya untuk melihat siapa yang datang.
Ceklek...
"Selamat akhir pekan!" seru Abimana dengan wajah cerianya.
"Apa kamu tidak mau memeluk papa?" Abimana merentangkan tangannya berharap sang putra mau menyambutnya dengan baik.
Sedangkan Bella hanya duduk diam melihat interaksi antara ayah dan anak itu, Bella hanya berharap hubungan di antara mereka berdua baik-baik saja. Walaupun saat ini ia dan Abimana tidak mungkin bersama kembali seperti dulu.
Zayn masih berdiri mematung di tempatnya, ia hanya melihat sang papa tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kini Zayn melirik ke arah Bella untuk meminta izinnya.
Seperti biasa Bella hanya menganggukan kepalanya dengan wajah tersenyum menatap ke arah putranya.
Setelah mendapat persetujuan Bella kini Zayn pun langsung berlari menghampiri sang papa dan memeluknya dengan sangat erat.
"Papa rindu padamu nak, maafkan papa sayang." Abimana menangis memeluk tubuh putranya dengan erat.
Begitu pun dengan Bella yang merasa sangat sedih dan terharu melihat pemandangan di depan matanya. Kini ia pun memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu membiarkan Zayn dan Abimana melepas rindu mereka.
Namun kini langkah Bella berhenti saat Abimana memanggilnya. "Bella?" Panggil Abimana kembali.
"Kalian lanjutkan saja dulu, aku masih ada urusan lain." Setelah itu Bella pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Bella, kenapa kau selalu menghindar dariku?" Gumam Abimana lirih.
"Karena hatinya lelah selalu di kecewakan oleh orang yang sangat di sayanginya." Jawab Zayn yang langsung menusuk relung hati Abimana
"Kamu benar nak, lalu apa yang harus papa lakukan sekarang?"Abimana mulai meminta pendapat sang putra. Namun Zayn mengangkat bahunya tak mengerti.
"Itu tugas papa untuk meyakinkan mama." Ucap Zayn yang kini meninggalkan Abimana yang masih berjongkok di ambang pintu. Zayn duduk di sofa lalu menyalakan televisi menonton serial kartun favorit nya.
"Apa papa akan terus berada di sana sepanjang waktu?" Zayn mulai terlihat geram saat papanya tak melakukan hal apapun untuk membujuk mamanya.
"Lalu apa yang harus papa lakukan sekarang?" Abimana merasa sangat bingung dan dilema saat ini.
"Ada dua pilihan, membujuk atau pergi tanpa membawa apapun." Sahut Zayn yang langsung membuat Abimana tercengang saat mendengarnya.
"Zayn benar, tapi kenapa dia bisa lebih pintar dariku." Kini Abimana pun bangkit dan berjalan menghampiri kamar istrinya.
Zayn menatap punggung papanya yang semakin kini mulai menghilang di balik pintu. "Aku ingin keluarga yang utuh seperti teman-teman ku, tapi aku tidak mau ada nenek di dalamnya. Dia sangat jahat pada mama Zayn tidak suka nenek." Zayn bersedekap dada memikirkan sesuatu yang harus ia lakukan untuk kedua orang tuanya.
Sedangkan Abimana masih berusaha membujuk istrinya untuk ikut pulang kembali bersamanya.
"Hubungan kita sudah berakhir mas! aku mohon jangan ganggu aku lagi. Kamu boleh bertemu dengan Zayn kapanpun kamu mau, karena kamu papanya."
"Dan aku pun bisa bertemu denganmu, karena kamu masih istriku sampai saat ini." Jawab Abimana yang membuat Bella melirik ke arahnya.
Mendengar hal itu Bella menatap pria yang ada di tangannya dengan senyuman yang tak dapat di artikan.
Bersambung