Pesona Kang Kurir

"Raina?" Irfin pun memandang dokter perempuan itu dengan wajah yang nampak sangat kaget. Seorang teman lama yang rupanya pernah punya kesan mendalam di hati pria itu.

"Kamu jadi dokter di sini?" tanyanya lagi seraya menyimpan handphonenya kemudian menyalami gadis berkostum dokter itu.

"Iya Fin. Eh, lama ya kita gak ketemu. Aku gak nyangka kamu sekarang sudah jadi pengusaha hebat," ujar Raina dengan perasaan yang semakin senang. Ia sangat gembira karena Irfin tidak melupakannya.

"Aku keluar ya, kalian lanjutkan saja reuniannya," celetuk Najla dengan wajah ditekuk tidak senang. Ia jadi merasa seperti sebuah tiang penyangga botol cairan infus yang tidak berguna di tempat itu.

"Astagfirullah. Maaf sayang." Irfin langsung melepaskan jabatan tangannya pada Raina yang sepertinya masih bertautan dan menimbulkan kesalahpahaman di mata Najla.

"Raina, kenalkan nih Najla Irham Ibrahim calon istriku, dan Na, ini Raina teman di Universitas dulu." Irfin menarik pinggang Najla agar merapat kepadanya. Dan memperkenalkan kedua gadis itu. Wajah Raina langsung berubah tak suka. Senyumnya yang tadi merekah kini berubah meredup dan akhirnya hanya membentuk senyum tipis dengan ujung bibir terangkat.

"Oh hai Najla. Baru calon istri kan ya? masih bisa ditikung dong?" sapa Raina dengan tatapan sinis. Ia memandang wajah Najla dengan tatapan tidak suka dan itu sangat bisa dirasakan oleh Najla maupun Irfin.

Kedua orang yang sedang merasakan indahnya cinta itu langsung merespon dengan sangat baik. Irfin meremas pinggang Najla sedangkan gadis itu langsung merapatkan dirinya pada kekasihnya. Mereka merasa ada sebuah ancaman yang sedang siap menyerang.

"Ah iya. Calon istri sejak bayi tepatnya. Dan kami akan menikah secepatnya dokter, agar tidak ada orang seperti anda yang berniat untuk merusak hubungan kami," jawab Najla tidak mau kalah. Hatinya merasa terancam dengan perkataan dokter perempuan itu. Ternyata rasa cemburu pada perempuan bisa membuatnya bisa lebih keras dan dan juga kejam.

Irfin Setyo Nugraha tersenyum dan semakin merapatkan rengkuhannya pada Najla. Ia sangat suka jika calon istrinya ini menunjukkan kepemilikannya padanya.

"Nah, dokter Raina. Calon istri Aku ini sepertinya sedang menjaga daerah kekuasaannya. Jadi Aku permisi sebelum ia menghancurkan tempat ini," ujar pria itu dengan tawa di dalam hatinya. Najla sendiri langsung menatapnya tajam.

Raina merasakan wajahnya memanas. Ia pun hanya bisa tersenyum terpaksa melihat dua orang dihadapannya ini yang begitu tampak sangat mesra.

"Dan ya akan Aku undang nanti pada acara pernikahan kami," ujar Irfin dengan senyum diwajahnya.

"Mari dokter," lanjut pria itu dan selanjutnya membawa Najla keluar dari sana dengan hati bersorak gembira. Sungguh ia sebenarnya agak risih bertemu dengan Raina lagi di tempat itu.

Raina menatap punggung dua orang yang sudah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat kesal. Ia tidak menyangka pertemuan yang sudah lama ia impikan dengan Irfin Setyo Nugraha akan berakhir seperti itu.

Dengan sangat kesal ia menghentakkan kakinya dan segera keluar dari tempat itu juga. Saat ini ia ingin menghirup udara segar untuk melapangkan sesak di hatinya. Mengunjungi pasien lain sepertinya bukan ide yang bagus jika hatinya sedang kacau saat ini.

Huffft

Tarikan nafasnya terasa sangat berat. Cinta yang sudah lama ia pendam sepertinya harus ia kubur dalam-dalam mulai saat ini. Irfin Setyo Nugraha sudah memilki jodoh sendiri dan itu harus ia tanamkan di dalam hatinya agar ia bisa membuka hati untuk yang lain.

Dokter perempuan itu terus melangkahkan kakinya untuk keluar dari gedung Rumah Sakit itu. Ia benar-benar butuh udara lain yang lebih segar dari tempat terbuka agar suasana hatinya kembali baik.

Bugh

"Ya ampun, dokter Raina. Lagi ngayal ya? kok bisa gak konsentrasi sih?" tegur seorang perempuan paruh baya yang hampir saja ia tabrak.

"Astagfirullah. Tante Tari? Maaf. Lagi ngapain disini Tante?" balas Raina seraya meraih tangan perempuan itu dan mencium punggung tangannya.

"Lagi cek kesehatan aja. Maklumlah ibu-ibu yang sudah berumur ini harus selalu menjaga kesehatan dan perawatan tubuh," jawab Lestari dengan senyum lebar diwajahnya.

"Udah ketemu dokternya Tante?"

"Udah sih. Rencana mau ke tempat prakteknya aja kalau sore, tapi ini kebetulan ada acara di sekitar Rumah Sakit ini jadi ya sekalian mampir deh."

"Kamu gimana kabarnya sayang? udah jadi dokter spesialis malah kita gak pernah lagi ketemu ya?" lanjut Lestari dengan aura gembiranya. Sedari dulu ia ingin sekali menjodohkan keponakannya ini dengan Amar Furqan, putranya.

"Maaf Tante, sibuk sih. Jadi kadang gak ada waktu kalau ada acara keluarga gitu," jawab Raina dengan wajah tak nyaman. Ia memang jarang bertemu dengan anggota keluarganya yang lain.

"Ya gak apa-apa. Tapi usahakan hadir ya pada acara arisan di Rumah Tante, kamu udah lama lho tidak berjumpa dengan Amar."

"Ah iya Tante, akan Aku usahakan. Semoga tidak ada acara lain yang bertepatan nantinya."

"Ah ya baguslah kalau begitu. Sekarang Tante sudah harus balik. Sampai bertemu nanti ya Raina," ujar Lestari kemudian berlalu dari hadapan dokter muda itu.

"Ah Iya Tante, sampai jumpa lagi," balasnya seraya melambaikan tangannya di udara. Ia pun melanjutkan langkahnya ke arah taman Rumah Sakit dengan kepala tiba-tiba memikirkan sosok Amar, putra dari Tante Lestari sepupu dari mamanya itu.

"Amar? gimana rupa anak itu sekarang?" gumamnya pelan. Ia pun tersenyum kemudian mengangkat bahunya santai.

"Semoga Aku juga mendapatkan jodoh yang baik sebagai pengganti Irfin Setyo Nugraha," harapnya seraya menghadapkan kepalanya ke atas langit yang sangat luas.

🌺🌺🌺

*Tobe Continued.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍