Darren Alfred, seorang mafia kejam yang berkedok Ceo tidak pernah merasakan jatuh cinta dalam hidup nya. Bahkan terhadap ibu dan adik kandung nya sendiri ia bersikap dingin dan ketus.
Bukan tanpa alasan, penyakit aneh yang di deritanya membuat pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita.
Hingga akhirnya ia di pertemukan dengan Jean, wanita yang pertama kali menarik perhatiannya karena hanya wajah Jean lah yang bisa dilihat oleh Darren. Sampai pria itu terobsesi dan ingin menjadikan Jean miliknya.
Akankah Jean menerima cinta Darren ataukah sebaliknya?
#Cast pemeran bisa liat di Ig @meyda_30
Up 1-2 bab/hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Tembok pembatas
"Lepaskan dia sialan!" teriak Jean dengan nafas menggebu dan emosi yang meluap. Melihat Darren di sentuh oleh wanita lain membuatnya tidak terima.
"Siapa yang sudah mengijinkan mu menyentuh pria ku hum?!" Jean menjambak rambut kedua wanita tersebut dan menariknya hingga mereka terjengkang ke belakang.
Darren mengedip-kedip kan mata tak percaya, bagaimana Jean bisa tau kalau ia sedang berada dalam masalah? Apakah mungkin karena ia begitu mencintainya, jadi ikatan batin itu terjadi?
"Aw....lepaskan Nona saya mohon," ucap salah satu wanita yang berteriak kesakitan, rasanya rambut mereka seakan ingin lepas semua dari kepala.
Jangankan melepaskan, Jean malah menariknya semakin kuat. Melihat wanita itu menjerit menjadi kesenangan tersendiri untuknya.
Jika pada Edward dia tidak peduli, bahkan jelas-jelas pria itu sudah bercinta dan berselingkuh di depan matanya.
Kenapa dengan Darren berbeda? Padahal kedua wanita itu belum menyentuhnya sama sekali.
'Ayolah Jean. Kenapa kau jadi marah begini. Darren bisa besar kepala bodoh!' batinnya mencoba untuk menyangkal.
"Maafkan kami Nona, kami hanya menuruti perintah seseorang untuk melakukan ini. Bahkan kami belum menyentuh fisik Tuan Darren."
Jean menghela nafas, ia tidak peduli dengan alasan kedua wanita penghibur itu. Yang dia mau sekarang adalah menyingkirkan mereka dari hadapan Darren.
"Pergi sebelum aku membunuh kalian!" ancam Jean mengeluarkan sebuah pistol dan menodongkannya ke arah mereka.
"Lima detik dari sekarang."
Darren melotot tak percaya. Bukankah itu senjata miliknya? Darimana dia mendapatkannya?
"Lima..empat..tiga.." belum selesai menghitung kedua wanita itu berdiri dan lari keluar meski dalam keadaan polos tanpa memakai apapun. Karena sebelum melakukan aksinya, mereka melepas pakaian terlebih dulu.
"Jean....."
"Berhenti di sana dan jangan menyentuhku!" Jean menepis tangan Darren, membuat pria itu merasa bersalah. Padahal jelas sekali jika itu adalah perbuatan Steve.
"Maafkan aku, aku sama sekali tidak memanggil mereka dan...." Jean kembali memotong ucapan Darren dan menyeret tangannya agar ikut bersamanya.
Darren tersenyum, untuk kesekian kalinya Jean menjadi superhero saat dirinya sedang dalam masalah.
Jean melirik Darren sekilas dan menghela nafas. "Jangan besar kepala! Aku melakukan ini karena terpaksa."
Darren hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah Jean. Siapa sangka jika dia membawanya masuk ke kamarnya. "Kau senang kan karena mereka menyentuhmu?!"
What? Bagaimana bisa dia bilang senang, bukankah jelas tadi dia melihat Darren yang mencoba menolak bahkan berniat ingin menghabisinya.
Darren terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Karena sepatah kata yang keluar dari bibirnya tidak akan membuat Jean percaya padanya.
"Katakan Darren kenapa diam!"
"Jean aku..."
"Sudahlah, lupakan. Bersihkan dirimu yang penuh dengan virus itu. Membuatku ingin muntah!" celetuk Jean dengan wajah kesal. "Kau boleh tidur disini. Biar aku yang tidur di sofa,"
Jean mengacuhkan Darren yang masih berdiri dan menjatuhkan bokongnya ke sofa. Ia memijat pelipisnya yang terasa pusing.
Sebenarnya hatinya masih panas mengingat apa yamg ia lihat tadi. Apa benar jika dia cemburu? Oh god! Cemburu pada seorang Darren?
"Tidak! Buang jauh-jauh perasaan bodoh mu Jean. Kau tidak mungkin kan jatuh cinta pada pria yang memiliki penyakit aneh itu!" gumam Jean mencoba memastikan perasaannya.
Sedangkan Darren yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya menghampiri Jean dan tiba-tiba berdiri di hadapannya.
Jean mendongak lalu tanpa sadar meneguk saliva nya dalam.
Tubuh seksi, dengan balutan handuk yang melilit di pinggang. Membuat Jean tercekat. Jika selama ini ia masa bodoh melihat Darren, sekarang terasa berbeda. Ada getaran-getaran aneh di dalam hatinya.
Darren berlutut dan menggenggam tangan Jean. "Maafkan aku."
'Shiit!' hanya kata maaf, tapi kenapa terdengar begitu menggelitik di telinga Jean dan membuat nya meremang. Apalagi saat ini matanya tertuju pada bibir tebal milik Darren.
"Jean, kenapa diam? Apa kau marah karena aku menyentuhmu?" Darren melepaskan genggaman tangannya. "Aku akan memesan kamar lain."
Jean menarik tangan Darren hingga pria itu terjatuh dan hampir menindih tubuhnya. Saat ini posisi mereka begitu intim.
"Hentikan Jean, jangan memancingku atau aku akan...."
Cup!
Dengan berani Jean menarik tengkuk leher Darren dan menyatukan kedua benda kenyal yang sedikit basah itu. Ia sudah tidak bisa lagi menahan sesuatu yang bergejolak di dalam hatinya.
Tembok yang selama ini Jean bangun sebagai pembatas runtuh seketika. Ia juga tidak mau lagi membohongi perasaannya. Kalau dirinya mulai tertarik oleh pesona seorang Darren Alfred.
''Tuan aku ingin mengatakan kalau--'' mata Steve membola sempurna melihat adegan live di depan matanya.
''Silahkan kalian lanjutkan aku akan kembali nanti.'' ucapnya segera berlari keluar sebelum pria dingin itu murka.
