Second Life Of Kayla

Aksa beserta Kayla dan juga Arvian sedang berada di perjalanan pulang. Arvian berada di pangkuan Aksa sementara Kayla berada di sebelahnya. Mereka pulang dengan di supiri oleh bodyguard yang Aksa bawa.

Selama perjalan pulang, Kayla hanya diam tak berani berbicara sebab dirinya merasa telah membuat Aksa malu.

Dia mengaku dirinya salah karena terpancing emosi saat wanita itu mencubit putranya.

"Mommy, Al mau mommy." Cicit anak itu sambil merentangkan tangannya pada Kayla.

Kayla menoleh, dia tersenyum tipis dan akan menyambut uluran tangan putranya itu. Namun, tiba-tiba saja tangannya di tepis oleh Aksa. Setelah itu Aksa menahan tangan Arvian yang di rentangkan.

"Mau cama mommy, mau cama mommy!" Rengek Arvian.

"Mas, biarkan Arvian sama aku. Kalau kamu mau marah, marah sama aku jangan sama Arvian," ujar KAyla dengan wajah memelas.

AKsa tak mengindahkannya, dia tetap menghadap ke depan dengan raut wajah datar.

"Max! arahkan mobilnya ke rumah sakit!" Titah Aksa pada sang bodyguard yang bernama Max.

Max mengangguk, dia pun mengarahkan mobilnya ke rumah sakit.

Sementara Kayla, dia mengerutkan keningnya.

"Mas, aku tidak papa. Hanya goresan cakaran saja, tak perlu ke rumah sakit." Tolak Kayla.

"Bukan buat kamu, tapi buat anak yang di dalam kandunganmu. Jangan kepedean!" ucap Aksa dengan pedas sambil melirik sebentar Kayla.

Kayla membulatkan matanya, ingin rasanya dia menghantam kepala Aksa dengan dompet yang ia bawa. Seenaknya pria iyu tak memperdulikannya, padahal sedari awal Kayla lah yang marah. Kenapa sekarang suaminya yang berani marah padanya?

"Tidak mau! aku mau pulang!" Sentak Kayla.

"Lupakan masalah kita untum saat ini, kau nge- reog saat sedang hamil. Pasti saat ini bayiku terguncang di dalam sana!" Desis Aksa sambil menatap tajam Kayla.

KAyla meneguk ludahnya kasar, Aksa saat ini terlihat sangat berbeda. Semenjak dirinya marah pada Aksa, suaminya itu tak pernah menatapnya tajam dan sedingin ini. Namun, saat ini suaminya dalam keadaan marah padanya.

Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah sakit. Aksa segera keluar sambil menggendong Arvian, begitu pula dengan Kayla.

"Kita langsung ke ruangan dokter kandungan," ujar Aksa.

KArena tak ingin Aksa bertambah marah, Kayla hanya bisa mengangguk. Dia mengikuti langkah Alsa dengan sedikit tergesa-gesa karena jalan pria itu terlihat cepat.

"Mas!" Teriak Kayla saat Aksa semakin tak terjangkau oleh langkah kecilnya.

Aksa menghentikan langkahnya dia berbalik dan menatap Kayla dengan alis yang terangkat.

"Jangan cepat cepat jalannya, perutku sakit," ucap Kayla dengan wajah memelas.

Aksa menghela nafasnya pelan, dia berjalan mendekati Kayla dan mengambil tangan istrinya itu untuk ia genggam.

Kedua pun kini berjalan memasuki ruang dokter kandungan. Aksa masuk duluan di ikuti oleh Kayla.

"Selamat pagi, tuan Aksa?" Sapa sang dokter.

Aksa yang memang sudah membuat jadwal dengan dokter itu mengangguk, dia menarik kursi dan memberi isyarat agar sang istri duduk.

Setelah Kayla duduk, Aksa pun duduk di sebelahnya. Sedangkan Arvian, dia masih di pangkuan sang daddy sambil melihat ke arah dokter dengan tatapan bingung.

"Daddy? mommy cakit?" Tanya Arvian.

"Tidak, kita akan periksa calon adikmu." Ujar Aksa sambil mencium kening putranya.

Dokter itu tersenyum melihat kedekatan Arvian dengan Aksa, lalu tatapannya beralih pada Kayla yang terlihat was-was.

"Kali ini pemeriksaan ke berapa nyonya?" Tanya dokter itu.

"pemeriksaan ke dua, terakhir saat dua minggu yang lalu." Bukan Kayla yang menjawab, melainkan Aksa.

"Oo begitu, apa selama ini ada keluhan? muntah berlebih, atau mabuk yang cukup melelahkan? atau ada hal lain yang di keluhkan?" Tanya dokter itu kembali sembari mencatat point penting.

"Aku ...,"

"Dia terbangun setiap dua jam sekali untuk buang air, lebih sering mengantuk dan emosi tak terkontrol. Pinggang sering pegal, dan tidak ada mual seperti kehamilan pertamanya." Terang Aksa dengan komplit.

Dokter itu tersenyum, dia kagum dengan sosok Aksa sebagai suami siaga untuk istrinya.

"Aduhh ... sisain satu untukku yang kayak gini dong." Batin dokter itu.

Sedangkan Kayla, dia melongo mendengarnya. MAna mungkin Aksa mengetahui semuanya, padahal dirinya sendiri yang tahu akan hal itu.

"Satu lagi, dia habis nge-reog. Lihat, banyak cakaran di tangannya. Dia banyak sekali bergerak hari ini, dia juga berkata perutnya sakit. Periksa bayiku jangan-jangan di dalam sana bayiku sedang terguncang." Papar Aksa.

Dokter itu meneliti Kayla setelah mendengar ucapan Aksa, benar sekali Kayla terlihat seperti habis berperang.

"Baik, ikuti saya nyonya. Kita akan melakukan USG," ujar dokter itu dan beranjak dari duduknya.

Kayla menurut, dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah brankar. KAyla merebahkan dirinya dengan pelan. Dokter itu pun menyelimuti Kayla hingga sebatas pinggang.

"Saya singkap bajunya ya nyonya." Ujar DOkter itu sambil memegang ujung baju Kayla.

"Jangan panggil nyonya, risih aku dengannya." Jujur Kayla sedari tadi kerasa risih dengan panggilan itu.

Dokter yang sedang mengolesi gel pada perut Kayla pun tersenyum.

"Rasanya sangat tidak sopan memanggil istri dati pemilik rumah sakit tanpa embel nyonya," ujar dokter itu.

"Ha? suami saya gak punya rumah sakit dok!" Protes Kayla.

"Punya nyonya, baru semingguan ini dia mengalihkan kepemilikan rumah sakit. Dia membelinya untuk istrinya, saya mendengar sesuai dengan berita yang beredar." Terang sang dokter sambil melirik ke arah Aksa yang menatap perut Kayla.

Dokter itu mulai menggerakkan sebuah benda di atas perut Kayla, netranya fokus menatap monitor.

"Waahh, ini ada dua titik nih tuan. Calon kembar yah," ujar Dokter itu antusias.

Kayla dan Aksa melihatnya, mereka sangat kaget melihat sebuah gumpalan yang terlihat di monitor itu.

"Kembar dok?" Tanya Kayla dengan suara bergetar.

"Iya kembar, selamat ya tuan. Anda akan memiliki dia penerus lagi," ujar dokter.

Aksa tak menjawab, dia masih mengamati dengan intens calon bayi-bayinya itu.

"Bisa di pindahin satu gak?" Tanya Aksa dengan netra yang belum teralihkan.

"Eh, maksudnya gimana?" Bingung dokter itu.

"Pindahin satu, memangnya muat satu perut dua bayi?" Tanya Kembali Aksa.

Dokter itu menahan tawa, sedangkan Kayla menepuk keningnya. Polosnya sang suami mendekati kata bodoh menurutnya.

"Mas!" Protes Kayla.

"Kasihan mereka, pasti sempit," ujar Aksa.

"Hahaha, anda lucu tuan. Begini, mengandung bayi kembar itu normal. Apalagi saat ini.bayi itu memiliki kantong masing-masing. Bahkan, ada seorang ibu yang mengandung kembar lima." Kekeh sang dokter.

Aksa terdiam, dia khawatir jika istrinya akan keberatan membawa kedua calon bayi mereka. Namun, Aksa baru teringat jika ibunya juga pernah melahirkan dia dan saudara kembarnya.

Sedangkan Arvian, berkali-kali dia menatap ke arah monitor dan beralih menatap perut sang mommy. Secara silih berganti tatapannya cepat beralih dengan bingung.

"Adekna kok milip kacang polong daddy?"