NovelToon NovelToon
Derit Ranjang Adikku

Derit Ranjang Adikku

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:17.2M
Nilai: 4.6
Nama Author: Aysha Siti Akmal Ali

Siapa sangka, kedatangan Mona di kediaman Risa adalah awal kehancuran rumah tangga yang baru beberapa tahun dibangun oleh Risa dan Arga.

Hampir setiap malam Risa mendengar suara derit ranjang dari dalam kamar yang ditempati oleh Mona.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Mona di dalam kamarnya?

Penasaran? Yukkk, ikuti kisah mereka 😘😘😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mona Risau

Mona kembali terisak di dalam kamarnya. Ia menatap vitamin yang diberikan oleh dokter dengan air mata bercucuran.

"Bagaimana ini? Bagaimana jika Mbak Risa tahu? Bagaimana jika kedua orang tuaku tahu?" Mona tampak ketakutan. Tangannya bergetar dan meletakkan kembali vitamin-vitamin itu ke atas nakas.

Ceklek! Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

Tampak Risa tengah berjalan ke arahnya sambil memegang nampan berisi sup hangat dan segelas teh untuk Mona. Melihat kedatangan Risa, Mona bergegas mengambil vitamin yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas, kemudian menyimpannya ke bawah bantal. Ia takut Risa tahu bahwa obat yang diberikan oleh Dokter kemarin hanyalah vitamin untuk kehamilannya.

"Bagaimana kondisimu, Mona? Sudah agak mendingan?" tanya Risa.

"Ehm, ya, Mbak. Barusan aku minum obatnya," jawab Mona sembari menyeka air matanya.

"Baguslah."

Risa duduk di samping Mona dan menatap mata sembab adiknya itu. "Loh, Mon. Kamu menangis lagi?"

Mona tersenyum getir. "Tiba-tiba aku teringat lagi soal sakitku, Mbak. Mbak tau sendiri 'kan bagaimana aku. Sakit perut dikit aja, aku lebay-nya setengah mati. Sampai-sampai satu rumah heboh gara-gara aku," tutur Mona.

Risa terkekeh pelan. Ya, dia ingat ketika Mona masih kecil. Hanya gara-gara sakit perut, seluruh keluarga besarnya menjadi heboh.

"Kamu 'kan putri kesayangan ayah dan ibu, jadi wajar saja jika mereka berlaku seperti itu. Seandainya mereka di sini dan melihat kondisimu seperti ini, mereka pasti khawatir."

Risa menyerahkan semangkok sup hangat yang ia bawa kepada Mona. "Makanlah sup ini. Kata Bi Surti sejak tadi siang kamu belum makan. Sup ini khusus untuk kamu, cobalah!"

Mona menatap semangkuk sup yang tengah ia pegang dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba ia teringat akan kesalahan besar yang sudah ia lakukan kepada Risa.

"Sudah, jangan menangis lagi." Risa membelai lembut wajah Mona.

"Terima kasih, Mbak. Aku yakin supnya pasti enak."

Risa tersenyum. "Tentu saja. Sup itu 'kan buatan Mbak. Ya sudah, Mbak balik dulu. Takut Lily nangis kalau kelamaan ditinggal sendiri."

Mona mengangguk.

Risa bangkit dari posisi duduknya kemudian berjalan keluar dari kamar itu.

Sepeninggal Risa, Mona bergegas meraih ponsel yang ia letakkan di samping bantal. Ia menekan-nekan layar ponsel tersebut dan mencoba menghubungi nomor Arga. Tidak butuh waktu lama, panggilan Mona pun langsung tersambung ke nomor kakak iparnya tersebut.

"Ya, Sayang. Ada apa? Kamu kangen aku, ya? Atau kangen sama dede aku," goda Arga dari seberang telepon.

Mona mengusap wajahnya dengan kasar. "Ehm, Mas Arga. Aku ingin kita bicara nanti malam. Ini sangat penting," jawab Mona dengan nada serius.

"Bicara soal apa, Sayang? Oh ya, ini Mas baru saja beli pengaman baru dengan bentuk berduri-duri. Sama seperti yang kamu minta kemarin malam," ucap Arga dengan wajah semringah.

Mona terdiam sejenak. Saat ini ia benar-benar sangat ketakutan. Jangankan berpikir soal percintaan panasnya bersama Arga, bahkan we bernapas pun rasanya sangat sulit.

"Aku tunggu Mas malam ini." Tanpa basa-basi, Mona langsung memutuskan panggilannya bersama Arga.

Sementara Arga terdiam dengan wajah heran menatap layar ponselnya. "Mona kenapa? Tumben dia gak mau berbasa-basi dulu sama aku. Apa jangan-jangan ada Risa? Ah, mungkin saja," gumam Arga sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku kemeja.

***

Menjelang malam.

Arga berdiri di depan cermin sambil merapikan rambutnya. Wajahnya tampak semringah. Beberapa kali Arga menyunggingkan senyuman manisnya sambil menatap bayangannya di dalam cermin.

Risa yang baru saja selesai mengganti pakaiannya, segera menghampiri Arga kemudian memeluknya dari belakang. Ia mengintip dari balik punggung kekar Arga dan menatap bayangan mereka.

"Hmmm, Mas wangi sekali. Aku suka wanginya Mas," goda Risa sambil mengelus-elus dada bidang Arga.

Arga tersenyum. Bukan karena ia merasa senang sebab Risa memeluknya. Namun, karena ia ingat bahwa Mona pun menyukai aroma maskulin dari parfum yang ia gunakan tersebut.

Arga melerai pelukan Risa kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. "Tentu saja, Risa. Penampilan itu harus tetap menjadi nomor satu."

"Lalu bagaimana denganku? Apakah aku terlihat cantik?"

Risa memperlihatkan penampilannya malam itu kepada Arga. Yang biasanya hanya mengenakan daster lusuh, kini Risa terlihat cantik dengan balutan lingerie seksi miliknya yang sudah lama tersimpan di dalam lemari.

Rambut hitam lebatnya yang biasa diikat dengan sembarang, kini ia biarkan tergerai. Wajahnya yang selalu tampil polos pun, kini ia poles dengan sedikit bedak serta make up.

Arga melirik Risa dan sempat terdiam sejenak. Terlihat cantik, tetapi karena mata hatinya sudah tertutup oleh napsu, hingga ia tidak bisa melihat kecantikan alami seorang Risa.

"Kamu mau ke mana dengan penampilan seperti itu?" tanya Arga sambil tersenyum miring kepada Risa.

"Loh, memangnya ada yang salah sama penampilanku, Mas?"

"Hanya heran saja. Soalnya aku sudah terbiasa melihatmu dengan penampilan acak-acakan," jawab Arga seraya memalingkan wajahnya ke arah cermin. Lelaki itu juga tertawa sinis, seolah penampilan Risa pada malam itu sama sekali tidak ada arti baginya.

"Aku terlihat jelek ya, Mas?" Risa menghembuskan napas berat. "Padahal aku sudah berusaha keras agar terlihat menarik di matamu karena aku pikir kita akan melakukannya malam ini."

Arga kembali menoleh dan mengacak puncak kepala Risa dengan lembut. "Aku ingin ke tempat teman dulu sebentar. Sebentar saja, paling lama sampai jam 11 malam."

"Apa? Tapi, Mas. Kenapa harus malam ini? Apa tidak bisa ditunda dulu? Lagi pula Mas ada keperluan apa hingga pulang selarut itu?" protesnya dengan wajah kesal.

"Ada masalah pekerjaan yang harus aku bicarakan sama dia dan ini tidak bisa ditunda lagi. Sebaiknya kamu tidur saja duluan. Tidak usah menungguku sebab aku bawa kunci sendiri."

Setelah mengucapkan hal itu, Arga pun segera keluar dari kamar tersebut meninggalkan Risa dengan rasa kesal yang amat sangat. Ia merasa usahanya malam ini sia-sia saja. Sudah mencoba bersolek secantik mungkin, tetapi Arga tidak juga ingin meliriknya.

"Mas Arga keterlaluan!"

...***...

1
Surati
bagus
Zia Zee
pelakor yang sok suci, wkwkwkwk lucuk
Zia Zee
uda penyakitan, cacat pulaak
Zia Zee
mampus!
Nur Halima
Luar biasa
Yuni Ngsih
Thor baru nongol pelakor muncul ,itu pakta ada klwrga bawa adik perempuannya yg blm kerja eh dimakan sm suami kakaknya sampai ,jadi veriyramu sm dengan kehidupan nyata,mknya klw sudah berumah tangga jangan bw adik perempuan satu rumah maaf ko curhat ....lanjut ceritramu yg bgs ini Author ....semangat....ok
Sri Wahyuni
jng berharap risa akan kembali kepadamu Arga
Ifah Ifah
Luar biasa
Ifah Ifah
bagus risa lwn aj si arga
guntur 1609
siapa yg mau ngurus sampah biadab sprtimu
guntur 1609
rasain loe
guntur 1609
brti rena bukan anak kandung mereka. pas lah brti jodohnya aden anaknya guntur
guntur 1609
mampus kau Abdi. gak tahu ja kau klu mona di siksa sm si biadab arga
guntur 1609
mampus kau Arga.. hahahaha
guntur 1609
kena aids
guntur 1609
mantap ay... dampingi dan lindungi terus risa. agar dia merasa aman sm kamu
guntur 1609
mamous kau kan. makan tuh laki2 binatang yg kau banggakan
guntur 1609
mampus kau mona
guntur 1609
sdh jatuh talak 3 kau bodoh
guntur 1609
polisikan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!