Keputusasaan yang membuat Audrey Cantika harus menandatangani perjanjian pernikahan yang dibuat secara sepihak oleh laki-laki berkuasa bernama Byakta Arsena.
"Lahirkan seorang anak untukku, sebagai tebusannya aku akan membayarmu lima miliar," ucap laki-laki itu dengan sangat arogan.
"Baik! Tapi ku mohon berikan aku uang terlebih dahulu, setelah itu aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, termasuk melahirkan seorang anak," jawab Audrey putus asa.
Laki-laki itu mendengus saat Andrey meminta uang, ia berpikir semua wanita sama saja, yang mereka pikirkan hanya uang dan uang tanpa mementingkan harga dirinya.
Yuk ikuti terus!! ☺️☺️
Mohon bijak dalam memilih bacaan dan jika suka ceritanya silahkan tinggalkan like komen dan klik ♥️
Jika tidak suka bisa langsung tinggalkan, tanpa memberi komentar yang membuat penulisnya down 🙏☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifah_Musfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RLM bab 27
Tidak tahu mengapa hatinya begitu sakit saat melihat wanita lain mengatakan bahwa ia mengandung anak dari suaminya juga.
Meski ia tahu wanita itu adalah mantan istri suaminya, tetap hatinya tak terima, entah itu bawaan bayi di dalam perutnya, atau memang perasaannya sudah berubah terhadap Byakta.
Entahlah, tapi yang jelas saat ini ia hanya ingin menangis untung menetralisir sesak di dadanya.
Audrey tersentak saat pintu kamar terbuka dengan kencang, saat ia menoleh, ada Byakta disana, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sangat dalam pada istrinya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Byakta hati-hati.
Yang ia pelajari dari bibi Lauren dan dari pencariannya di aplikasi yang berbentuk angka " G " adalah moodnya ibu hamil itu naik turun, bisa tiba-tiba senang dan sedetik kemudian sedih.
Audrey yang duduk membelakangi Byakta, hanya menganggukkan kepalanya, sambil sesekali mengusap matanya.
"Kau menangis?" tanya Byakta hati-hati.
Hatinya terasa tercubit melihat wanita yang sedang mengandung darah dagingnya menangis dan itu hanya ia rasakan saat melihat Audrey saja.
Sedangkan melihat Melisa menangis tadi, ia malah muak dan tak ingin melihat wanita itu lama-lama.
"Selesaikan dulu urusan Tuan dengan wanita itu, saya tidak apa-apa, saya hanya merindukan adik saya saja," tutur Audrey dengan masih membelakangi Byakta.
Ia tidak menyadari keberadaan laki-laki itu tidak membuat perutnya mual lagi, padahal sebelumnya, jangankan melihat, mengingatnya saja sudah membuat Audrey lemas kehabisan tenaga karena terus menerus muntah.
"T-tapi, bolehkah aku memegang perutmu sebentar saja, aku ingin menyapa anakku," pinta Byakta hati-hati.
Audrey terdiam sebentar, lalu ia berbalik menghadap Byakta dengan senyuman, "silahkan, Tuan. Ini adalah anak anda, saya tidak berhak melarang anda untuk menyapanya," ujar Audrey sambil mengelus perutnya yang rata.
Sungguh hatinya menghangat, saat mendengar Byakta meminta izin kepadanya, seandainya mereka menikah karena cinta dan keinginan mereka sendiri tanpa adanya perjanjian itu, mungkin mereka adalah sepasang pasutri yang sedang dilanda kebahagiaan.
Namun, kenyataan menghantam Audrey untuk mundur dan berkhayal, karena pada kenyataannya ini hanyalah pernikahan saling menguntungkan, Audrey yang mendapat uang dengan mudah untuk biaya adiknya dan Byakta yang mendapatkan keturunan tanpa harus memiliki istri selamanya.
Apalagi Audrey juga mengingat di bawah sana ada wanita lain yang sedang menunggu pengakuan suaminya atas anak yang ada di dalam kandungannya.
"Tuan, maaf jika saya lancang. Tapi, bolehkah saya meminta sesuatu pada anda?"
Byakta menghentikan sentuhan tangannya pada perut Audrey, laki-laki itu menatap wajah Audrey yang sendu.
Di matanya banyak sekali harapan yang tak sampai, di matanya banyak sekali luka dan kesedihan yang tak mampu ia ungkapkan, malangnya gadis ini, begitu batin Byakta berkecamuk.
"Katakan, selagi tidak membuatku repot, mintalah apa yang ingin kau minta," ucap Byakta datar.
Padahal didalam hatinya membuncah bahagia, Audrey yang tak lagi menolak kehadirannya dan kini gadis itu sudah berani meminta sesuatu padanya.
"Jika saya sudah pergi dan meninggalkan dia bersama anda nanti, bisakah anda berjanji tidak akan membedakan dia dengan anak anda yang lain? Bisakah anda selalu berbuat adil padanya, apa pun kekurangannya? Saya takut, di saat anda membanggakan yang lain, dia akan merasa sendiri, karena nanti yang dia punya hanyalah anda," tutur Audrey panjang lebar.
Membayangkan anak lain yang akan memenangkan hati Byakta nanti, membuat Audrey begitu mencemaskan nasib anaknya, padahal sebelum hari ini, ia tidak peduli dengannya, bagaimana nasibnya nanti, karena Audrey sudah tenang karena anaknya akan bahagia bersama ayahnya yang kaya raya.
Byakta tertegun mendengar ucapan Audrey, hatinya ikut tersayat mendengar setiap kata yang keluar dari bibir mungil itu, ingin sekali ia memeluk tubuh rapuh itu dan mengatakan semua akan baik-baik.
Tapi, tangannya terhenti saat trauma itu sekelebat melintas di pikirannya. Tidak, dia tidak akan tertipu dengan sosok lemah di hadapannya ini, semua wanita sama saja, jahat dan kejam.
Byakta menarik tangannya dari perut Audrey, ia berdiri dengan arogannya "tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Bibi Lauren bisa menjaga dan mendidik anak-anakku kelak. Sekarang cukup kau pastikan saja dia sehat di dalam sana,"
Ya, seharusnya Audrey sudah tahu ini, ia tidak perlu sekhawatir ini, karena ia tidak ada hak untuk itu semua.
Byakta pergi meninggalkan Audrey yang tertunduk lemah, ia tak sanggup jika melihat Audrey yang sedih seperti itu, sebelum pertahanannya runtuh, lebih baik dia pergi dan menyelesaikan urusannya dengan Melisa.
Namun Audrey kembali menghentikan langkahnya, "Tapi Tuan, bagaimana dengan adik saya, apakah dia baik-baik saja?"
"Bastian sudah mengurusnya, fokuslah pada kehamilan mu, yang lain biar aku yang mengurusnya," jawab Byakta, tanpa menoleh pada Audrey.
Pintu kamar tertutup, meninggalkan Audrey yang kembali menangisi nasibnya, ia menyalahkan dirinya yang tiba-tiba memikirkan nasib anaknya nanti. Seharusnya ia tidak usah memikirkan itu, bagaimana ia nanti bisa pergi dengan tenang, gadis itu terus sesenggukan di dalam kamar.