Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Duka
Sesuai dengan yang diagendakan, hari ini Alexander akan melakukan operasi. Sebelum rumah sakit melakukan tindakan operasi, perawat rumah sakit akan melakukan pengecekan tanda tanda vital terlebih dahulu kepada pasien. Dua orang pertugas perawat yang berjaga, pagi-pagi buta sudah berkeliling melaksanakan tugas. Dia masuk ke kamar VIP tempat Alexander dirawat.
tok tok tok
"Permisi pak, saya akan melakukan pengecekan tubuh kepada anda."
Perawat berseragam putih masuk dengan membawa alat-alat medis guna menunjang pemeriksaan pasien.
"Coba lihat, kenapa pasien tidak bergerak. Ayo cepat segera panggil dokter." Teriak Perawat A memerintahkan teman sejawat untuk memanggil dokter.
Tak berselang lama, perawat B dan dokter yang berjaga datang ke kamar dan mengecek keadaan Alexander namun takdir berkata lain. Alexander dinyatakan meninggal sebelum sempat melakukan tindakan operasi.
"Tolong segera hubungi keluarga pasien dan catat jam kepergiannya."
"Baik dokter."
Dokter yang berjaga segera keluar kamar, sementara kedua perawat tadi sibuk melepaskan selang jarum dan selang oksigen yang menempel ditubuh Alexander. Menutupi jenazah dengan selimut dan mencatat jam kepulangannya ke sisi Tuhan.
tut tut tut
Aluna masih sibuk dengan mimpi, dia tidak menyadari telpon genggam miliknya berbunyi.
"Hum."
Dia terbangun dari mimpi dan mendapati tubuhnya sedang berada dikamar mewah kepunyaan Bryan.
"Ku pikir, aku sedang tidur dikamarku."
Aluna mengedarkan pandangan kesekeliling, mencari sosok Bryan, pria yang sudah sah menjadi suaminya namun dia tidak menemukan keberadaan Bryan.
"Apa mungkin dia tidur di ruang kerja semalam?"
Aluna bangkit dari sofa dan mengecek ponsel, ternyata ada dua panggilan tak terjawab dari rumah sakit.
"Nomor telpon rumah sakit, ada apa?"
Aluna tidak menaruh curiga apapun, dia melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Saat dia hampir sampai, tiba-tiba telpon berbunyi kembali. Dengan langkah tergesa-gesa dia mengambil ponsel dan mengusap layar kesamping kanan.
"Halo, apakah benar ini dengan keluarga pasien atas nama Alexander?" Tanya seorang perawat saat sambungan telpon tersambung.
"Benar, saya putri pasien. Ada apa?"
"Saya ingin mengabarkan berita duka bahwa pasien sudah meninggal dunia."
duar
Ibarat petir di siang bolong, kabar kepergian Alexander secara tiba-tiba membuat tubuh Aluna lunglai seketika. Kakinya seolah tak sanggup menopang berat tubuhnya. Dia hampir tersungkur kedepan tapi secara refleks tangannya meraih ujung meja, mencari keseimbangan.
"Untuk saat ini, kami menunggu ibu untuk mengurus proses kepulangan jenazah. Terima kasih. Selamat pagi."
Perawat diseberang sana mematikan sambungan telpon, sementara Aluna masih syok. Otaknya terlalu sulit mencerna informasi yang baru saja diterima. Indera pendengarannya seolah tidak berfungsi dengan baik. Dia hanya bisa mematung dan cairan bening jatuh tanpa meminta izin terlebih dahulu dari sang empunya.
"Papa." Ucap Aluna lirih setelah mendapati kesadaran kembali.
Aluna segera bergegas ke kamar mandi, mencuci wajah dan berganti pakaian dengan cepat. Dia mengeluarkan dompet kecil dari dalam lemari, memasukan ponsel dan segera berlari ke arah lift.
ting
Pintu lift terbuka dengan sempurna, dia langsung berlari tanpa menghiraukan pelayan yang sedang membersihkan rumah.
"Mau kemana nyonya muda pagi-pagi gini?" Bisik pelayan ke teman disamping.
"Entah, mungkin sesuatu terjadi."
"Sudah lah, jangan kita urusin urusan mereka. Tugas kita hanya bekerja nanti kena tegur kepala pelayan bisa berabe!"
"Benar, ya sudah aku lanjut menyapu dibagian sana."
Bu Risa melihat Aluna berlari dan hampir saja menabrak nya segera menyapa.
"Selamat pagi nyonya, anda mau kemana pagi-pagi begini sudah rapi?" Tanya Risa ramah.
"Aku mau keluar, nanti kalau mommy dan daddy bangun tolong bilang aku pergi ke rumah sakit."
"Oh iya, kalau Mas Bryan sudah bangun tolong siapkan minuman atau makanan untuk nya. Aku harus segera pergi."
"Maaf nyonya, semalam tuan muda pergi setelah mengerjakan beberapa pekerjaan diruang kerja."
Aluna kecewa mendengar bahwa semalam Bryan pergi meninggalkannya sendirian dimalam pengantin mereka.
"Ya sudah tidak apa-apa. Aku pergi dulu."
Aluna berlari dengan sekuat tenaga. Meminta penjaga membukakan pintu gerbang dan dia segera menaiki ojek online yang sudah dipesan sebelumnya.
"Pak, ke Rumah Sakit Melati. Ngebut ya pak."
"Baik bu, pegangan yang kuat. Saya tancap gas sekarang."
Waktu yang seharusnya ditempuh selama kurang lebih empat puluh menit berhasil dipangkas menjadi dua puluh menit. Driver ojek online seperti seorang pembalap menyalip setiap kendaraan yang ada di depan, dia tidak menghiraukan suara klakson dari pengendara lain. Yang dia tahu saat ini penumpangnya sedang dalam keadaan genting. Dengan modal nekat dan keahlian yang dimiliki, kini mereka sampai tujuan dengan selamat.
Aluna segera berlari seperti dikejar orang g*la, menerobos masuk pintu rumah sakit dan segera menekan tombol lift.
3 2 1
ting
Pintu lift terbuka, Aluna segera meloncat masuk ke dalam kotak besi persegi panjang khusus menganggkut penumpang. Dia meneman tombol lantai 4 tempat Alexander dirawat.
Orang disekeliling memperhatikan penampilan Aluna yang sangat berantakan. Rambut tebal ikal miliknya acak-acakan seperti seekor singa. Memang sejak bangun tidur tadi dia tidak sempat menyisir. Jangankan untuk berdandan, untuk membuang hajat saja tidak sempat. Di pikirannya saat itu hanya Alexander. Untung saja tadi dia masih sempat mencuci muka, membersihkan kotoran yang menempel di wajah tirus miliknya.
ting
Pintu lift terbuka, Aluna yang menunggu dibagian paling belakang segera berjalan ke depan.
"Permisi."
Dari kejauhan Aluna sudah bisa melihat kamar rawat Alexander, perlahan-lahan dia membuka pintu dan mendapati tubuh Alexander sudah kaku ditutupi selimut.
Aluna berhambur mendekati jenazah Alexander. Membuka penutup dan menatap lekat-lekat wajah pria yang selalu menyayanginya dengan penuh kasih sayang.
"Pa, papa ayo bangun. Aluna datang. Bukan kah hari ini papa akan operasi. Lihat, Aluna sudah disini." Ucap Aluna sambil menggoyangkan tubuh Alexander.
"Kenapa papa diam saja? Ayo lekas bangun. Aluna bantu papa siap-siap ya!"
Tidak ada respon dari Alexander.
"Permisi bu, pasien akan kami mandikan terlebih dahulu sebelum dibawa ke rumah duka."
"Rumah duka apa? Papa ku masih hidup. Lihat, dia masih bernapas. Papa ku hanya sedang tidur. Apa kamu tidak melihat?" Bentak Aluna.
"Mohon maaf bu tapi pasien sudah meninggal dunia." Perawat itu mencoba memberikan pengertian kepada Aluna.
"Tidak, papa ku belum meninggal. Dia sedang tidur. Lihat, dia sedang tidur pulas." Ucap Aluna sambil berteriak. Aluna tidak bisa menerima kenyataan bahwa papa tercinta sudah meninggal.
Perawat tadi segera meminta bantuan perawat senior wanita untuk memberikan pengertian ke Aluna.
"Mohon maaf ibu, pasien memang sudah meninggal dunia. Ibu harus sabar dan mengikhlaskannya." Ucap perawat senior wanita dengan lembut.
to be continued
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan