Pelabuhan Hati Sang Casanova

Setelah sampai di ruang makan,Igo langsung mendudukkan Tia di kursi.

"Kakak tuh kebiasaan yah ngangkat-ngangkat aku kayak gitu!!! Kakak pikir aku karung beras apa!!!"

"Masih beratan karung beras dari pada kamu Ti.!! Udah gak usah ribut,simpen aja suara kamu untuk kita nanti malam. Mending sekarang kamu isi tuh perut kamu,kasihan cacing-cacing di perut kamu udah kelaparan!!" Igo pun menyendokkan nasi ke piring Tia dan mengisi mangkuk kecil dengan sup ayam yang ia masak tadi kemudian menyodorkannya ke hadapan Tia. Setelah melayani sang istri,baru lah Igo menyendokkan nasi ke piringnya dan mengisi mangkuk dengan sup ayam untuk dirinya.

"Kenapa kok di liatin doang? Ayo di makan?" Kata Igo karena Tia tak kunjung menyentuh makanannya.

Igo menghela nafasnya. Karena Tia masih tak mau menyentuh makanannya.

"Kamu takut aku taro sesuatu ke makanan kamu?"

Tia tidak menjawab,ia malah memberi reaksi judesnya pada Igo.

"Ya udah sini kita tukeran,biar kamu percaya kalau aku gak masukin apa-apa ke makanan kamu.!" Igo pun menukar piring dan sup miliknya dengan milik Tia.

"Udah sekarang makan. Kalau kamu gak mau makan,aku habisin semuanya!! Biar aja kamu kelaparan sekalian." Ancam Igo. Igo pun mulai menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

Melihat Igo memasukkan nasi ke dalam mulutnya,baru lah Tia yakin kalau Igo tak memasukkan apa-apa ke dalam makanan. Tia pun ikut memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

"Em...enak. Ini siapa yang masak?" Tanya Tia.

"Ya aku lah. Emangnya ada orang lain disini selain kita berdua?!" Jawab Igo. Karena sekarang di villa itu hanya ada Tia dan Igo,sedangkan pak Min sudah Igo suruh pulang ke rumahnya,agar Igo bisa berduaan dengan Tia.

"Masa sih? Kok aku gak yakin yah kak Igo bisa masak?"

"Kamu gak percaya? Kamu minta aku masakin apa? Biar aku bikinin besok."

"Beneran?"

"Iya. Bilang aja mau makan apa,besok kita ke pasar beli bahannya dan aku akan masak live di depan kamu,biar kamu percaya."

"Em...apa yah..." Tia memikirkan makanan yang paling sangat ingin ia makan.

"Aku pengen makan udang saus tiram,ayam bakar bumbu bali sama tumis kangkung terasi. Gimana,bisa gak?" Tanya Tia.

"Gampang. Besok aku masakin. Tapi,besok kamu ikut ke pasar sama aku."

"Oke. Siapa takut."

"Terus apa imbalannya buat aku kalau aku bisa masakin semua makanan yang kamu mau?"

"Imbalannya nanti aku bayar seperti harga di restoran bintang lima."

"Gak lah,gak mau. Aku udah banyak uang."

"Terus mau imbalan apa?"

"Gimana kalau setiap pagi kamu kasih morning kiss buat aku."

"Enak aja!!! Gak mau."

"Ya udah kalau gak mau,aku juga gak mau bikin makanan yang kamu mau tadi. Aku juga bakalan bilang ke mami-papi kalau kamu gak mau masak buat aku." Ancam Igo.

Mata Tia membelalak mendengar ancaman Igo.

"Dasar tukang ngadu.!! Iya..iya,tapi cuma seminggu aja yah!!!"

Igo menggeleng.

"Tiga bulan."

"Seminggu."

"Pokoknya tiga bulan titik,gak ada tawar menawar. Kalau masih nawar,aku telpon papi-mami sekarang." Ancam Igo lagi.

Tia menghela nafasnya. Kemudian ia menganggukkan kepalanya,mau tak mau harus mau dengan tempo waktu yang Igo berikan.

🎀 🎀 🎀

Waktu sudah menujukkan pukul sembilan malam. Igo dan Tia juga sudah berada di dalam kamar,lebih tepatnya kamar yang sama. Sebenarnya Tia tidak ingin sekamar dengan Igo,tapi sayang di villa ini hanya memiliki tiga kamar,dua kamar di lantai bawah dan satu kamar di lantai atas dan dua kamar di lantai bawah semuanya terkunci. Sengaja memang Igo menyuruh pak Min mengunci dua kamar di lantai bawah,apa lagi tujuannya kalau bukan untuk membuat Tia sekamar dengannya.

"Kamu kenapa sih bolak-balik ngeliat cermin?" Tanya Igo yang risih melihat Tia yang sejak tadi bolak-balik bercermin.

"Skincare,muka ku belum di pakein skincare. Berasa kering banget." Jawab Tia sambil memperhatikan wajahnya di cermin.

"Kirain apaan!!! Satu malam gak pake skincare gak bakalan bikin muka kamu keriput Tia."

"Yang bilang bikin muka keriput siapa? Aku kan tadi bilang berasa kering." Jawab Tia.

"Sama aja. Lihat nih muka aku udah matang tapi masih baby face. Gak kayak kamu,harus pake bantuan skincare dulu baru glowing." Ejek Igo. Sepertinya melihat Tia kesal memiliki kesenangan tersendiri untuk Igo.

Dan kata-kata Igo berhasil membuat Tia memutar tubuhnya untuk melihat Igo yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang.

"Kakak bilang apa barusan!!! Kakak ngejek aku cantik kebantu skincare gitu?" Tanya Tia dengan nada meninggi,matanya juga hampir keluar.

"Tuh..kan gimana gak cepet tua kalau marah-marah mulu. Aku penasaran gimana gaya kamu kalau ngadepin pasien?!"

"Selagi pasiennya masih waras,aku juga akan ngedepin dengan waras. Tapi kalau pasiennya eror kayak kakak,udah langsung aku suntik obat penenang,terus aku kirim ke rumah sakit jiwa!!!"

Igo tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Tia.

"Terus kenapa kamu gak lakuin itu sama aku? Kenapa malah ikut ke pelaminan sama aku? Berarti kamu udah terpesona kan sama ketampanan si pasien eror ini?" Goda Igo.

"Gak usah ke pedean!!! Aku ngelakuin ini juga terpaksa!!!" Jawab Tia ketus sambil memutar bola matanya malas.

"Yakin terpaksa? Bukan karena emang udah ada rasa?" Goda Igo lagi.

"Cih.." decih Tia.

"Kita lihat aja nanti,dalam waktu tiga bulan,aku yakin kamu akan jatuh cinta sama aku sampai menggelepar-gelepar seperti ikan lele." Kata Igo lagi dengan bangganya.

"Terserah!!!"

Tia pun berjalan menuju ranjang untuk mengambil bantal dan selimut,kemudian ia berjalan menuju sofa.

"Kamu mau tidur di sofa?" Tanya Igo.

"Iya."

"Ranjangnya gede gini,kenapa tidur di sofa?"

"Kalau aku tidur di ranjang,itu sama aja aku nyerahin diri aku untuk di makan buaya empang!!!"

"Udah di bilang jangan bilang buaya empang,yang keren dikit dong Ti. Buaya amazone!!!"

"Boda amat!!! Mau buaya empang kek,buaya amazone kek,buaya sungai nil kek,buaya segitiga bermuda kek,kalau buaya yah buaya aja!!"

"Kalau aku buaya,berarti kamu pawangnya dong."

"Au ah!!! Aku mau tidur.!!!" Tia pun menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Tak ingin sang istri merasakan pegal-pegal karena tidur di sofa,Igo pun turun dari ranjang dan berjalan mendekati istrinya dan langsung menggendong sang istri menuju ranjang.

"Aaakh...kak Igo turunin!!! Kebiasaan deh!!!" Teriak Tia sambil meronta-ronta.

Tapi Igo tak menghiraukan rontaan Tia dan tetap berjalan menuju ranjang dan membaringkan sang istri disana.

"Kak Igo apa-apaan sih!!!"

"Kamu yang apa-apaan!!! Masa iya malam pertama kita badan kamu pegel-pegel gara-gara tidur di sofa bukan gara-gara sepak terjang si Dragon!!"

"Dragon? Dragon siapa?" Tanya Tia yang belum mengenal sosok Dragon.

"Sahabat aku dari masih dalam kandungan!!! Nanti deh kalau kamu udah siap aku kenalin?"

Tia mengernyitkan keningnya memikirkan kata-kata Igo,namun susah payah ia berpikir tapi tak kunjung menemukan jawabannya.

"Udah gak usah di pikirin!!! Mending sekarang kita tidur,besok pagi kita kan mau kepasar."

"Aku tidur di sofa aja." Tia tetap menolak tidur seranjang dengan Igo.

"Gak usah keras kepala,besok pagi badan kamu bakalan encok!!! Udah disini aja. Aku juga gak bakalan ngapa-ngapain kamu kok." Kata Igo mencoba meyakinkan Tia.

"Yah...itu pun kalau tahan. Kalau gak tahan,yah...paling gesek-gesek doang." Kata Igo lagi tapi di dalam hati.

Tia memicingkan matanya seolah tidak mempercayai perkataan Igo.

"Ya udah kalau kamu gak percaya. Ini susun semua bantal,sebagai pembatas." Igo pun menyusun tiga bantal kesamping dan tiga bantal ke atas.

"Udah puas?" Tanya Igo setelah selesai menyusun bantal sehingga menyerupai tembok Cina.

Tia pun mengangguk.

Melihat Tia mengangguk,Igo pun membaringkan tubuhnya. Kini mereka tidur dalam ranjang yang sama walaupun ada susunan bantal yang memisahkan mereka.

Apakah susunan bantal itu akan tetap pada tempatnya? Atau malah akan terhempas kesana-kemari? Ah...entah lah,itu semua tergantung cara bagaimana mereka tidur.