Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27. Jawab Aku Veli!
**********
"Papa kenapa ma?" tanya Velia. Ia pun merasakan kesedihan dari suara tangisan Bianca.
"Papa masuk ICU karena serangan jantung, Veli." Ujar Bianca masih terisak. Ponsel yang Veli pegang jatuh begitu saja. Rian memeluk Veli dengan erat.
"Papa .." Desis Velia sambil terisak dipelukan Rian.
"Sstt .. tenanglah. Aku yakin papa adalah orang yang kuat." Ujar Rian menciumi puncak kepala Velia berulangkali.
"Aku ingin menemui papa." Kata Velia.
"Kita akan kesana. Sekarang bersihkan dirimu." Kata Rian. Dia mengangkat tubuh Velia masuk ke kamar mandi. Rian mendudukkan Velia di sudut ruangan. Rian mengatur suhu air di bathtub, setelah mengisinya dengan air dan sabun Rian kembali mengangkat tubuh Velia dan meletakkannya dengan hati-hati. Velia masih terisak. Rian ikut masuk kedalam bathtub dan membersihkan tubuh istrinya.
"Percayalah padaku, papa akan baik-baik saja." Ujar Rian. Meskipun dirinya juga sedang berharap hal yang sama. Namun Rian percaya jika setiap kata adalah doa. Dia berharap jika ia mengatakan hal demikian maka sang papa mertua akan baik-baik saja.
Setelah selesai mandi Rian berganti baju, begitupun Velia. Ia sudah bisa menguasai emosinya dan sedikit lebih tenang. Rian memesan kepada Joe untuk memesankan sarapan untuknya dan Veli.
"Kita langsung ke rumah sakit saja." Pinta Veli. Namun Rian menggeleng.
"Tidak. Kita tidak akan kemana-mana jika kau tidak makan. Aku tidak mau kamu jatuh sakit' lagi. Atau kau ingin papamu sedih melihat keadaanmu." Rian berbicara seraya membelai rambut Velia.
Lusi mengetuk pintu, dibelakangnya ada Grace sekertaris Rian yang lain. Mereka terkejut mendapati Velia sepagi itu ada diruangan Rian.
"*Apakah wanita itu menghabiskan malam dengan tuan Rian?" -- Lusi
"Siapa wanita ini, kenapa sejak kemarin terus menempel pada tuan Rian?" ---- Grace*
"Berhentilah menatapku. Atau ku congkel mata kalian." Bentak Velia. Dia benci tatapan sekertaris suaminya kepada dirinya.
Rian mendelik kesal kearah kedua sekertaris Rian yang sekarang menunduk takut mendengar suara Velia.
"Apa kau bisa memecat mereka untukku sayang?" Ujar Velia dengan wajah tak suka. Rian melirik kedua sekertarisnya yang memucat.
"Sesuai keinginanmu sayang." Jawab Rian seraya membelai rambut Velia.
Grace dan Luci berlutut di depan Rian dan Velia.
"Maafkan kami nona. Maafkan jika nona tidak berkenan dengan sikap kami." Ujar keduanya.
Veli melirik mereka, Rian pun merasa berdebar sebenarnya dia membutuhkan kedua sekertarisnya tapi jika istrinya menghendaki untuk memecat mereka, dia bisa apa? Cintanya benar-benar membutakan Rian.
"Apa kau menerima maaf mereka?" tanya Rian menatap teduh wajah Velia. Gadis itu mendes*h berat.
"Baiklah, tapi ini pertama dan terakhir kalinya mereka seperti ini. Jika sampai besok-besok lagi mereka membuatku kesal, aku ingin kau memecat mereka." Desis Velia, Rian mengangkat sebelah sudut bibirnya dan masih dalam posisi memandangi wajah Velia.
"Kalian dengar itu, tidak ada lain kali. Berterima kasihlah pada istriku." Ujar Rian datar tanpa menatap kedua sekertarisnya yang kini memasang wajah terkejutnya.
Istri --- batin keduanya.
Velia dan Rian sarapan tanpa bersuara. Velia masih dengan rasa cemasnya dan Rian dengan wajah tenangnya. Setelah menyelesaikan makan pagi mereka, Velia dan Rian pergi menuju rumah sakit dimana Daniel, papa Velia dirawat.
Setelah beberapa saat mereka tiba di pelataran rumah sakit. Velia langsung melepas seatbelt nya dan berlari masuk ke dalam rumah sakit. Rian hanya mendes*h berat. Ia segera memarkirkan mobilnya dan bergegas menyusul istrinya.
.
.
.
Di ruangan David.
Setelah sadar David mengedarkan pandangannya. Ternyata ia berada di rumah sakit. Kenapa dia tidak mati saja. Kenapa Daniel justru menolongnya, Stevi mengatakan semuanya, bahkan Stevi juga menceritakan jika Daniel terkena serangan jantung karena pengakuan kehamilan Stevi.
"Gugurkan saja .. aku tidak ingin direpotkan dengan tangisan bayimu." Ujar David lirih. Stevi membulatkan matanya.
"Apa maksudmu? Apa kau ingin lepas dari tanggungjawab begitu saja" Pekik Stevi.
"Tanggungjawab? Kau yang terus mengikutiku. Kau juga yang menyodorkan dirimu sendiri padaku. Lalu tanggungjawab seperti apa yang kau inginkan dariku? Kau tau jelas hatiku untuk siapa." Kata David tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Pantas saja adikmu memilih pria itu. Karena kau seorang pecu*dang David. Kau bahkan tak mengakui anakmu sendiri, darah dagingmu." Stevi tertegun dengan sikap David yang acuh kepadanya.
"Tutup mulutmu, dasar wanita murahan." Ujar David marah, Stevi menyebut adik angkatnya.
"Jika aku mur*han lalu kau apa? selama ini kau meniduri wanita mur*han ini jika kau lupa." Jerit Stevi, ia bergegas keluar dari ruangan David. Namun matanya membulat saat ia melihat Velia berdiri disana dan dalam pelukan Rian. David yang ada di dalam ruangan itu tak kalah terkejutnya melihat kemunculan Veli.
"Dear .."
"Aku tak menyangka selama ini memiliki kakak seorang pecun*ang. Mulai saat ini kita hanys orang asing. Dan aku membencimu." Ujar Veli berlalu bersama Rian. Air mata Velia menetes disepanjang lorong. Rian mencengkeram erat pundak Velia. Ia menarik gadis itu untuk duduk di sebuah bangku. Rian menatap tajam kearah Velia.
"Apa yang kau tangisi? Apa kau menangisi kakak angkatmu itu?" tanya Rian datar. Air mata Velia terus menetes tanpa diminta. Ia pun tak tau kenapa hatinya terasa begitu sakit. Apakah benar karena David. Atau ada hal yang lain yang membuatnya terluka.
"Jawab aku Veli? apakah masih ada nama laki-laki itu di hatimu?" Rian menatap tajam kearah Velia. Velia menggeleng dan mencengkeram pergelangan tangan Rian saat pria itu hendak pergi meninggalkan Velia.
Velia mengusap air matanya dengan sebelah tangannya. Rian menatap Velia sesaat, ada rasa tak tega melihat istrinya itu menangis. Namun hatinya serasa terbakar melihat Velia menitikkan air matanya untuk David.
"Maaf, aku tak bermaksud menangisinya." Ucap Velia dengan suara parau.
"Lalu kenapa kau menangis?" Desis Rian masih dengan nada datar.
"Aku juga tidak tau kenapa. Mengertilah sejak dulu dia yang selalu ada disaat papa dan mama sibuk dengan urusannya. Jadi katakan padaku bagaimana agar aku dengan mudah melupakan kebaikannya? apa aku harus membenturkan kepalaku?" tanya Velia mulai tersulut emosi. Dia melepaskan cengkeramannya dan berjalan lunglai meninggalkan Rian yang masih tertegun. Velia masuk ke ruang ICU ia disambut dengan tangisan Bianca, dan Velia kembali ikut menangis. Velia sudah memakai pakaian steril dan mendekati ranjang sang papa.
"Papa .. " Velia merebahkan kepalanya di samping kepala Daniel.
"Papa janji bakalan kasih Velia tiket liburan ke Korea, tapi mana? Kenapa papa tidur disini? Veli janji ga akan nyusahin papa lagi, ga akan bikin malu papa lagi. Veli bakalan nyusahin suami Veli, jadi kapan papa mau bangun?" Tutur Veli, air matanya kembali mengalir.
Rian hanya menyaksikan semuanya dari balik pintu. Hatinya ikut terenyuh melihat istrinya yang lagi-lagi menangis.
🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉
Jangan lupa like, komen dan hadiah kalian Guys.