NovelToon NovelToon
Bayangan Si Cupu Tampan

Bayangan Si Cupu Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Di balik kacamata tebal, kemeja kusut, dan sepatu bolongnya, Raka Arya Pratama terlihat seperti mahasiswa paling cupu di kampus. Ia dijauhi, dibully, bahkan jadi bahan lelucon setiap hari di Universitas Nasional Jakarta. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang peduli pada dirinya.

Tapi tak ada yang tahu, Raka bukanlah mahasiswa biasa.

Di balik penampilan lusuh itu tersembunyi wajah tampan, otak jenius, dan identitas rahasia: anggota Unit Operasi Khusus Cyber Nusantara,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan

Sekejap kemudian, puluhan polisi bersenjata lengkap menyerbu masuk ke dalam kafe.

“Turun! Angkat tangan kalian!”

Dengan cepat, para perampok yang tersisa diringkus dan dilumpuhkan. Senjata disita, para pengunjung diselamatkan satu per satu. Situasi berubah aman dalam waktu singkat.

Namun di tengah hiruk pikuk itu, tatapan mata Cheviolla hanya terfokus pada satu orang—

—pemuda berkacamata plester yang kini pura-pura duduk di bawah meja sambil memegangi lututnya dan mengerang pelan.

“...Aduh... aku gemetaran... Vio... tolongin aku...”

Dia masih berpura-pura.

Cheviolla menarik napas panjang, lalu berdiri tepat di depannya, dengan tangan bersedekap.

Matanya menatap tajam ke bawah.

“Ayolah. Berhenti berpura-pura. Aku melihat semuanya.”

Suaranya datar, nyaris tanpa ekspresi.

“Jangan anggap aku bodoh, Raka.”

Raka mendongak perlahan.

Tatapannya masih berpura-pura bingung, tapi—senyum kecil sudah kembali bermain di sudut bibirnya.

“Eh? Eh? Aku? Maksud kamu apa, Vio? Tadi itu—aku cuma refleks doang... mungkin karena adrenalin, atau... atau ketakutan, ya kan?”

Dia kembali berdiri sambil menyeka lututnya yang tidak luka sama sekali. Lalu mendekat dua langkah dan—

“Aaaa tapi aku takut... aku bisa pingsan... aku... aku butuh pelukan!”

Dengan raut polos dan nada manja, ia membuka tangan seolah meminta pelukan dari Cheviolla.

Seketika itu juga beberapa orang yang masih berada di kafe menoleh.

Beberapa mahasiswa yang juga jadi saksi di pojokan bahkan mematung.

Dan Cheviolla—wajahnya merah padam.

“...Kamu... gila ya?!”

Raka terkekeh.

Sifat riangnya yang lama terpendam kini muncul seperti matahari yang menembus awan kelabu. Tatapan matanya hidup. Senyumnya begitu bebas, tidak seperti si cupu yang tertunduk setiap hari di kampus.

“Gila sih enggak. Tapi aku bisa pingsan kalo ga di peluk, "dengan wajah memelas.

Dia tertawa lagi. Ringan, hangat, dan entah kenapa...

Membuat dada Cheviolla sedikit bergetar.

“Lu tuh... benar-benar... bikin bingung.”

Raka menautkan kedua tangannya di belakang kepala, menyender santai ke dinding dekat pintu kafe yang terbuka.

“Hidup cuma sekali, Vio... eh, atau dua kali ya? Hm, tergantung siapa yang nulis naskah sih...”

Salah satu polisi, seorang lelaki paruh baya berseragam lengkap, menghampiri Raka dengan wajah serius.

“Maaf, Nak. Bisa ikut sebentar? Kami perlu sedikit keterangan…”

Raka belum sempat menjawab, ketika seorang petugas lain—muda, berkacamata, dan berseragam sama—bergegas menghampiri dan membisikkan sesuatu ke telinga polisi yang pertama.

Wajah petugas itu langsung berubah.

“…Ah, baiklah. Terima kasih atas bantuannya. Silakan lanjutkan harimu.”

Raka hanya menunduk dan tersenyum tipis.

Cheviolla memperhatikan semua itu dengan alis yang berkerut.

“Tadi dia kayaknya mau nanya sesuatu deh. Tapi kenapa batal?”

Raka pura-pura bingung, mengangkat bahu.

“Mungkin… mereka sadar aku masih trauma?”

Cheviolla ingin membentaknya.

Tapi sebelum bisa melanjutkan protesnya, Raka malah mencengkeram lengannya pelan dengan wajah pucat dan berkata:

“A…aku takut vio… peluk aku biar tenang…”

“GOBLOK!!!”

Cheviolla langsung menarik tangannya kasar.

Saat mereka berjalan melangkah menuju parkiran

Ia menoleh. Raka masih mengenakan baju yang sama, tapi—

“Hah?” gumamnya pelan.

Postur tubuh Raka sekarang lebih tegak. Tak ada lagi bahu membungkuk, tak ada lagi langkah canggung khas kutu buku yang biasa ia lihat. Dan… kacamata bulat itu tak lagi menghiasi wajahnya.

Wajah Raka kini tampak lebih jelas, bersih… dan meskipun rambutnya masih disisir gaya culun, tanpa kacamata dan dengan cara berdiri seperti itu, ia terlihat—cukup tampan.

Bukan tipe pangeran kampus, tapi jauh dari kata jelek.

Justru… misterius.

Cheviolla menghentikan langkahnya, menatapnya dari ujung kaki sampai kepala.

“Lu…” ujarnya pelan. “Mana kacamata?”

Raka melirik ke arah kafe sambil menjawab santai,

“Kebanting tadi. Lensa pecah. Sudah nggak bisa dipakai.”

“Dan… sekarang kamu jalan tegak gitu?”

Raka mengangkat bahu.

“Habis kejadian tadi… kayaknya gak perlu nunduk nunduk amat” Ia lalu menambahkan, pura-pura canggung, “Kecuali kalau kamu lebih suka aku balik bungkuk?”

“Jangan ngelucu.”

Cheviolla menahan napas. Ia mulai menyadari sesuatu. Selama ini, si ‘cupu’ yang ia kenal selalu membungkuk, berkacamata, menunduk, berbicara pelan. Tapi barusan, saat melawan perampok, tubuh itu bergerak dengan cekatan, tenang… dan tidak gemetaran sedikit pun.

Raka membuka pintu mobilnya—BMW berwarna putih mutiara.

“Masuk.

“Sebentar…”

Ia menatap mobil BMW miliknya

Dan di belakang kemudi…

Raka Arya Pratama.

Si cupu yang setiap hari datang ke kampus dengan vespa tua yang mogok lebih sering daripada jalan. Yang kacamata plastiknya dipakai sampai patah, lalu diplester bening. Yang bajunya selalu polos, murah, dan kebesaran.

Sekarang? Duduk di kursi pengemudi BMW-nya. Dengan santainya.

“Eh…”

“Raka!!”

“Keluar.”

Suaranya dingin. Tegas.

Raka menoleh santai. “Kenapa? Mobilnya nggak dikunci, kan? Masuk!

“Dan lu pikir itu alasan cukup buat ambil alih kemudi?” Tatapannya tajam.

Raka terkekeh, sedikit mengangkat bahu. “Tenang, aku nyetirnya halus kok. Emosi kamu tadi juga belum stabil, Chev.”

Cheviolla tak menjawab. Ia membuka pintu, duduk dengan ekspresi dingin.

Tapi sebelum menutup pintu, ia melirik ke arah Raka dan berkata tanpa menatapnya:

1
Suyono Suratman
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!