Sepuluh bulan lalu, Anna dijebak suaminya sendiri demi ambisi untuk perempuan lain. Tanpa sadar, ia dilemparkan ke kamar seorang pria asing, Kapten Dirga Lakshmana, komandan muda yang terkenal dingin dan mematikan. Aroma memabukkan yang disebarkan Dimas menggiring takdir gelap, malam itu, Anna yang tak sadarkan diri digagahi oleh pria yang bahkan tak pernah mengetahui siapa dirinya.
Pagi harinya, Dirga pergi tanpa jejak.
Sepuluh bulan kemudian, Anna melahirkan dan kehilangan segalanya.
Dimas dan selingkuhannya membuang dua bayi kembar yang baru lahir itu ke sebuah panti, lalu membohongi Anna bahwa bayinya meninggal. Hancur dan sendirian, Anna berusaha bangkit tanpa tahu bahwa anak-anaknya masih hidup. Dimas menceraikan Anna, lalu menikahi selingkuhan. Anna yang merasa dikhianati pergi meninggalkan Dimas, namun takdir mempertemukannya dengan Kapten Dirga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Misi kapten Dirga
Plak!
Suara tamparan itu menggema keras, memantul di dinding kantor mayor Kevin yang luas namun kini terasa seperti ruang interogasi. Letnan Anjas memejamkan mata menahan perih di pipinya. Nafasnya tercekat, namun ia tetap berdiri tegak, menghormat, tatapannya lurus ke depan.
Wajah Mayor Kevin memerah, bukan hanya marah, tetapi terbakar oleh rasa bersalah dan kegagalan yang tak bisa ia maafkan.
"Kalian semua ceroboh!"
Suara mayor Kevin meledak, gedung seperti ikut bergetar. Letnan Anjas menelan ludah, sementara dua Serka yang ikut berjaga malam itu menunduk dalam-dalam, tak berani menatap mata sang mayor.
“Kalian tahu tanggung jawab apa yang ku titipkan pada kalian?!” Kevin mendesis, suaranya rendah namun penuh badai. Tangan kanannya mengepal begitu keras sampai uratnya menonjol.
Anjas mengangkat wajahnya sedikit.
“Saya … saya bertanggung jawab penuh, Mayor…”
“Tanggung jawab penuh?” Kevin mendekat cepat, mencengkeram kerah seragam Anjas hingga pria itu terpaksa mendongak.
"Bu Anna, dan kedua anak Kapten Dirga, adalah titipan hidup seorang Kapten yang sedang menyusup ke sarang musuh!"
Nafas Kevin berat, suaranya pecah menahan emosi.
“Dan kalian malah membiarkan Bu Anna diculik!”
Ruangan sunyi mencekam, Angin malam yang masuk dari ventilasi pun seakan membeku. Kevin melepaskan kerah Anjas dengan kasar, berjalan beberapa langkah sambil memukul meja kerjanya.
“Rencana kita jelas,” katanya sambil mengatur nafas.
“Setelah Kapten Dirga menyelesaikan penyusupannya … setelah semuanya aman … kalian seharusnya tetap menjaga Bu Anna. Diam-diam. Tanpa memberi celah sedikit pun.”
Ia menatap mereka, tajam seperti pisau.
“Tapi apa yang terjadi?”
Suasana mencekam. Tidak ada seorang pun berani menjawab.
"Bu Anna, hilang!" Kevin membentak. "Dibawa oleh siapa?! Di mana dalam keadaan apa, kalian pun tak tahu!"
Anjas akhirnya angkat bicara, suaranya parau.
“Kami … kami menemukan petunjuk mobil hitam yang keluar dari area rumah dinas … tapi kami terlambat, Mayor.”
Mayor Kevin memejamkan mata. Ia bahkan tidak sanggup duduk. Bahunya naik turun, napasnya berat.
“Kapten Dirga menitipkan mereka padaku…” bisiknya, hampir tidak terdengar.
“Itu … pesannya yang terakhir sebelum dia … sebelum dia menghilang dalam misi itu.”
Ia membuka mata, kini penuh amarah sekaligus tekad membara.
"Kurang apa cintanya Kapten Dirga pada Bu Anna dan anak anaknya?!"
Kevin memukul dadanya sendiri.
“Dia rela bertarung demi mereka! Dia rela mati demi mereka!”
Ia mendekat lagi ke para prajuritnya.
“Saya tidak peduli apa pun taruhannya.”
“Mulai malam ini … kita akan cari Bu Anna ... dengan cara apapun!"
Kevin menunjuk mereka satu per satu.
“Aku tidak akan mengecewakan Kapten Dirga. Tidak malam ini dan tidak besok. Tidak akan pernah.”
Ia meraih map merah di mejanya, melemparnya ke meja lain.
“Mulai sekarang, operasi penyelamatan Anna resmi dibuka.”
“Kita turunkan semua orang. Lacak mobil itu. Cari setiap jejak.”
Sorot mata Kevin berubah, dingin, buas, dan penuh dendam.
“Dan ketika kita menemukan siapa yang berani menyentuh titipan Kapten Dirga…”
Kevin merendahkan suaranya, namun nada itu menggetarkan setiap orang di ruangan.
“Mereka akan berdoa agar tidak pernah dilahirkan.”
Sementara itu, di tempat lain.
Mobil itu melaju cepat menembus gelap malam hingga akhirnya berhenti di depan sebuah mansion megah, dengan pilar tinggi dan lampu-lampu halaman yang terang seperti istana. Gerbang besi terbuka otomatis, seolah sudah menunggu kedatangan mereka.
Anna mulai sadar, kepalanya pusing, mulut masih tertutup kain, tangan terikat di belakang. Begitu mobil berhenti, ia langsung menggeliat, mencoba meronta. Nafasnya memburu, matanya liar mencari celah untuk kabur.
“Diam!” hardik salah satu pria bertopeng yang duduk di sampingnya.
Anna tidak peduli, dia berusaha menendang kursi depan, ingin sekali berteriak meski suaranya tertelan oleh kain tebal di mulutnya.
Tiba-tiba, sebuah SUV hitam masuk ke halaman mansion itu. Pintu mobil terbuka, dan seseorang turun. Anna membeku, langkah itu bahu itu dan tubuh tegap itu, Kapten Dirga.
'Kapten…' Jeritan itu menggema dalam hatinya, tapi tidak keluar dari mulut karena terhalang kain.
Mata Anna melebar, napasnya terhenti.
Semuanya seperti membeku di tempat. Dirga berdiri tegap, wajahnya dingin, ekspresinya tidak bisa dibaca. Sebelum Anna bisa memastikan apakah ia benar atau hanya halusinasi, pintu sisi lain mobil terbuka. Dan seorang wanita turun, Asmirandah.
Wanita itu berjalan mendekat dengan anggun namun sombong, gaun malam mahalnya berkilau di bawah cahaya lampu halaman. Begitu tiba di sisi Dirga, wanita itu langsung merangkul lengan sang Kapten, seolah sedang pamer kepemilikan.
“Sayang…” suara Asmirandah begitu manja.
Tangannya melingkar di lengan Dirga.
Kemudian ia menjinjit dan mencium pipi Kapten Dirga tepat di depan mobil tempat Anna disekap.
Dunia Anna runtuh, dadanya seperti diremas keras dari dalam. Matanya memanas dan pandangannya bergetar.
'Tidak … itu tidak mungkin, Kapten Dirga … tidak mungkin…'
Tawa dua pria yang menculiknya terdengar dari kursi depan.
“Nah, lihat? Itu tuan besar kalian.”
“Kapten kalian itu milik Nona Asmirandah.”
Asmirandah menoleh ke arah mobil Anna dengan senyum licik senyum penuh kemenangan. Ia menggerakkan bibirnya tanpa suara, namun Anna bisa membaca jelas,
'Dia milik aku.'
Tubuh Anna gemetar hebat, dia mencoba menjerit, mencoba memanggil. Mencoba meminta Kapten menoleh ke arahnya. Namun suara itu terperangkap di belakang kain.
Air mata jatuh deras, salah satu penculik membuka kaca jendela sedikit dan tertawa kecil.
“Perempuan kampung sepertimu cuma diperalat. Setelah Kapten Dirga dan Nona Asmirandah menikah, bayi-bayimu juga akan jadi milik mereka. Bukan kamu lagi.”
Anna terbelalak.
'Tidak … itu tidak benar … Kapten tidak begitu…'
Tapi suaranya tetap tidak terdengar. Ia meronta begitu keras sampai tubuhnya sakit.
Namun pegangan pria di sampingnya begitu kuat.
Di luar sana, Asmirandah merapatkan tubuh ke Kapten Dirga, memeluknya mesra seakan ingin memastikan Anna melihat semuanya.
Mobil penculik Anna mulai mundur. Anna terus memandang sosok Dirga ingin melihat sekecil apa pun tanda bahwa pria itu menyadarinya. Bahwa ia bukan menikah dengan wanita itu. Bahwa ia bukan mengkhianatinya. Namun Dirga tidak menoleh, tidak mencari dan bahkan tidak bergerak sedikit pun. Seolah Anna tidak pernah ada, mobil meluncur pergi, menjauhi mansion itu dan menjauhi Kapten Dirga.
Dan di kursi belakang, Anna menangis dalam keheningan yang paling menyakitkan dalam hidupnya.
Sisa asap mobil masih tertinggal di belakang ketika Dirga menoleh, pintu pagar tinggi itu perlahan masuk, kedua tangannya terkepal dengan mata yang menyala. Asmirandah tersenyum sembari merangkul membawa Dirga masuk.
ayo basmi habis semuanya , biar kapten dirga dan anna bahagia
aamirandah ksh balasan yg setimpal dan berat 🙏💪
kejahatan jangan dibiarkan terlalu lama thor , 🙏🙏🙏
tiap jam berapa ya kak??
cerita nya aku suka banget🥰🥰🙏
berharap update nya jangan lama2 🤭🙏💕