NovelToon NovelToon
Cinta Sang CEO Dingin

Cinta Sang CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / CEO / Bullying di Tempat Kerja / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di kota megah Aurelia City, cinta dan kebencian berjalan beriringan di balik kaca gedung tinggi dan cahaya malam yang tak pernah padam.

Lina Anastasya, gadis sederhana yang keras kepala dan penuh tekad, hanya ingin bertahan hidup di dunia kerja yang kejam. Namun, takdir mempertemukannya dengan pria paling ditakuti di dunia bisnis Ethan Arsenio, CEO muda yang dingin, perfeksionis, dan berhati beku.

Pertemuan mereka dimulai dengan kesalahpahaman konyol, berlanjut dengan kontrak kerja yang nyaris seperti hukuman. Tapi di balik tatapan tajam Ethan, tersembunyi luka masa lalu yang dalam… luka yang secara tak terduga berhubungan dengan masa lalu keluarga Lina sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26

Perjalanan kembali ke Menara Arsenio terasa sunyi, namun keheningan itu berdenyut dengan energi yang baru. Lina duduk diam di kursi penumpang, buku catatan di pangkuannya terasa seperti batu bata. Dia baru saja menyaksikan seekor singa memamerkan cara berburunya. Dia bukan hanya memberi umpan dia membantu menarik pelatuk.

Ethan, di sebelahnya, tidak diam.

Begitu pintu Maybach tertutup, dia sudah menelepon. Topeng santai yang dia tunjukkan di restoran lenyap, digantikan oleh Jenderal yang sedang berperang.

"Beni, aku mau kau siapkan draf gugatan ringan terhadap Peraturan 11-B atas nama 'Koalisi Udara Bersih Aurelia'. Cari LSM mana pun yang kita danai, aku tidak peduli," perintahnya, suaranya tajam.

"Elena? Panggil seluruh tim Proyek Pantai Emas. Ruang rapat utama. Satu jam lagi. Aku mau proposal kita direvisi dengan klausul 'ramah lingkungan' yang dipertebal. Kita akan menyerang mereka di saat mereka bertahan."

Lina mendengarkan dalam diam. Pria ini tidak menunggu peluru Aurelia Times mendarat. Dia sudah meluncurkan artileri pendukungnya. Dia tidak memberi musuh ruang untuk bernapas.

Itu... brilian. Dan menakutkan.

Sisa sore itu adalah badai.

Lantai 50 berubah dari kantor eksekutif yang sunyi menjadi ruang. Para eksekutif berjas mahal berlarian masuk dan keluar dari ruang rapat pribadi Ethan, wajah mereka tegang.

Lina tidak lagi diperintahkan mengambil kopi atau mencari arsip.

Email dari Ethan kini berisi: "Cari semua proyek Tuan Haris dalam enam bulan terakhir. Aku mau polanya." "Hubungi departemen PR. Aku mau siaran pers siap, memuji 'Pembangunan Berkelanjutan' Arsenio Group." "Kau. Ikut rapat."

Kata-kata terakhir itu membuatnya membeku. Dia mengambil buku catatannya dan masuk ke ruang rapat utama. Ruangan itu penuh dengan 12 eksekutif puncak—semua pria, semua berusia di atas 40 tahun.

Mereka semua menatapnya saat dia masuk di belakang Ethan.

"Duduk," perintah Ethan, menunjuk kursi di sebelah kanannya, di kepala meja.

Lina duduk. Dia bisa merasakan tatapan mereka, campuran antara bingung dan kesal. Siapa gadis ini?

"Nona Anastasya," kata Ethan kepada seluruh ruangan, suaranya tidak mengizinkan perdebatan. "Adalah analis yang menemukan kelemahan Blackwater. Dia akan mengawasi alur informasi proyek ini. Lanjutkan, Budi."

Selama dua jam berikutnya, Lina duduk di sana, mencatat saat para eksekutif berdebat tentang logistik dan keuangan. Ethan tidak memintanya bicara lagi, tapi kehadirannya di kursi itu adalah sebuah pernyataan.

Pukul delapan malam.

Badai telah reda. Para eksekutif telah pergi. Lantai 50 kembali sunyi. Hanya ada mereka berdua, di dua sisi ruangan yang luas, dalam keheningan yang lelah.

Lina meregangkan lehernya. Kepalanya pusing. Dia mulai membereskan mejanya.

Dia melirik ke seberang. Ethan sedang berdiri di depan jendela kaca, tidak bergerak, menatap lampu-lampu kota. Jasnya tersampir di kursi. Dia tampak lelah.

Lina mengambil tasnya, siap untuk menyelinap keluar.

"Nona Anastasya."

Suaranya pelan, tidak lagi tajam.

Lina berhenti. "Ya, Tuan?"

Ethan berbalik. Cahaya kota membingkai siluetnya yang tinggi.

"Kau melakukan pekerjaanmu dengan baik hari ini," katanya.

Ini berbeda dari "kerja bagus" atau "eksekusi sempurna". Nada suaranya... datar. Sebuah pengakuan sederhana.

"Hanya... mengikuti arahan Anda, Tuan," kata Lina pelan.

Ethan menatapnya. Dia melihat blus katun yang sama yang Lina kenakan 12 jam lalu. Dia melihat tas selempang murah yang tersampir di bahunya. Dia teringat gedung apartemen bobrok di pinggir kota.

Wanita ini baru saja membantunya mengguncang kesepakatan bernilai triliunan rupiah. Dan sekarang dia akan pulang naik bus malam.

Kontras itu... absurd.

"Jangan," kata Ethan.

Lina mengerjap. "Maaf, Tuan?"

Ethan menghela napas panjang, seolah sedang berhadapan dengan masalah logistik yang rumit. "Jangan naik bus."

"Tuan, saya... saya baik-baik saja. Saya sudah biasa—"

"Aku tidak bertanya," potong Ethan, suaranya kembali tajam, seolah marah karena harus menjelaskan hal yang sudah jelas. "Mulai malam ini, mobil perusahaan akan mengantarmu pulang."

Lina ingin protes. Dia tidak mau menerima lebih banyak kemewahan darinya. Dia tidak mau berutang budi. "Tuan Arsenio, itu benar-benar tidak perlu. Saya bisa—"

"Efisien!" bentak Ethan, suaranya menggema di kantor yang kosong.

Lina tersentak kaget.

Ethan memejamkan matanya sejenak, tampak frustrasi. "Itu... tidak efisien," katanya, suaranya sedikit lebih tenang. "Aku tidak bisa membiarkan senjata utamaku... analis utamaku... tiba di kantor kelelahan karena kurang tidur atau terjebak di halte bus yang kehujanan."

Dia menatapnya, matanya intens. "Kau berharga untuk perusahaan ini, Nona Anastasya. Jaga dirimu baik-baik. Itu perintah."

Dia mengambil jasnya dan berjalan melewatinya, menuju lift pribadinya.

Lina berdiri terpaku. Senjata utamaku.

Dia membingkai kepeduliannya dalam bahasa efisiensi dan aset. Tapi Lina mendengarnya. Dia tidak lagi memanggilnya "aset". Dia memanggilnya "analis utama".

Saat Lina turun ke lobi, sebuah sedan hitam mewah sudah menunggunya. Sopir membukakan pintu untuknya.

Saat dia tenggelam di kursi kulit yang nyaman, meluncur melewati jalanan basah, Lina menyadari sesuatu.

Belenggu emas di dompetnya baru saja terasa sedikit lebih berat.

1
Putra
ljutttttttttttt
Putra
mntppp
Alex Hutagalung
tak bakalan dibolehin Ethan mengundurkan diri, karna Ethan sendiri udah mulai suka Ama Lina 🤭
Alex Hutagalung
semangat thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Dedi
lnjut thor
Dedi
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Sheryn
😍😍
Sheryn
seru ni
Sheryn
bagussss
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Fitriani
lanjutkan
Indah Ratna
yah baru tahu rasa Lina recent🤣
Indah Ratna
😍😍😍
Indah Ratna
🤣🤣😍
Indah Ratna
good thor
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
gantung lanjutan thor
Ardi
good
Sang_Imajinasi: terimakasih 🙏
total 1 replies
Ardi
😍😍😍
Putra
lanjut thor
Putra
mantappp
Sang_Imajinasi: terimakasih 💪
total 1 replies
Putra
gasdd pol
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!