NovelToon NovelToon
SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

Status: tamat
Genre:Mafia / Roh Supernatural / Dark Romance / Tamat
Popularitas:97
Nilai: 5
Nama Author: isagoingon

"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.





PERINGATAN PEMBACA:

Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:

· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.

· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.

· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).

· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.





©isaalyn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemenangan yang Terasa Seperti Kekalahan

Kegiatan di mansion itu—seolah kilat menyambar—namun bagi Seung Jo, semuanya melambat, seakan waktu terjebak dalam kegelapan.

Dokter dan perawat bergegas, wajah mereka muram, seolah membawa kabar buruk yang tak terhindarkan.

Dia terpaksa menunggu di luar kamar, bisikan panik dan suara alat medis berbaur menjadi simfoni ketakutan. Setiap detik terasa seperti siksaan yang menggerogoti jiwanya. Tatapannya hampa, dan di dalam hatinya, gelombang kecemasan terus bergulung.

Pintu akhirnya terbuka. Wajah dokter yang pucat—seakan kehilangan cahaya—mengungkapkan segalanya tanpa perlu satu kata pun. Firasat buruk menyergapnya.

"Tuan Jin Seung Jo... kami sudah melakukan yang terbaik. Nyonya Jeong Hayeon... terlalu lemah, kehilangan darah yang tak terhitung..." Suara dokter terhenti, menelan ludah, seolah kata-kata itu terlalu berat untuk diucapkan.

"Dan... janinnya tak bisa diselamatkan."

Seung Jo terdiam, seolah terbuat dari batu. Kata-kata itu menghujam jantungnya, seperti pukulan yang tak terduga.

Dia diizinkan masuk. Hayeon terbaring di tempat tidur, lebih pucat dari seprai yang menyelimuti tubuhnya. Napasnya dangkal, tersendat—seolah setiap hembusan adalah perjuangan. Matanya setengah terbuka, tatapannya kosong, menatap langit-langit, seolah telah menerima takdirnya. Seung Jo menatapnya—bukan dengan dingin seperti biasanya, tetapi dengan rasa yang tak terungkapkan.

Dengan sisa tenaga yang hampir habis, Hayeon memandang Seung Jo. Bibirnya bergetar, suara yang keluar nyaris tak terdengar, namun setiap kata seolah belati yang menusuk.

"Selamat..." desisnya, napasnya terengah-engah. Matanya berkaca-kaca, namun tenang saat menatap Seung Jo.

"Kau... akhirnya berhasil... melakukan apa yang kau inginkan."

Air mata tunggal mengalir dari pelupuk matanya, melintasi pelipisnya yang pucat, seakan mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan yang hilang.

"Kau telah... membuatku mati... dan anak ini... mati di tanganmu sendiri..." Hayeon mengelus perutnya yang kini kosong, seolah merasakan kehilangan yang tak terkatakan.

Dia menarik napas terakhir, bergetar, mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk ucapan terakhirnya.

"Terima... kasih..."

Kata-kata itu bukan ungkapan syukur—tidak. Itu adalah kutukan terakhir, tuduhan paling pahit yang bisa diucapkan seseorang.

Itu adalah pengakuan bahwa dia, Jin Seung Jo, telah berhasil mencapai tujuan awalnya dengan cara yang paling kejam dan menyakitkan.

Kemudian, dada Hayeon berhenti bergerak. Tatapan kosong di matanya menjadi permanen. Ketenangan aneh menyelimuti wajahnya yang masih muda, membebaskannya dari semua rasa sakit dan ketakutan.

Seung Jo berdiri di sana, terdiam. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi aktivitas kini sunyi senyap—hanya ada dia dan kekosongan yang ditinggalkan oleh dua nyawa.

Dia menatap tubuh tak bernyawa Hayeon, pandangannya jatuh pada selimut yang menutupi bentuk rampingnya, di mana kehidupan kecil yang pernah ada di sana kini telah pergi selamanya.

"Kau telah... membuatku mati... dan anak ini... mati di tanganmu sendiri..."

Kata-kata itu bergema di kepalanya. Ini adalah kemenangan, bukan? Dia telah membersihkan sisa-sisa masa lalu. Tidak ada lagi saksi. Tidak ada lagi pengikat. Tidak ada lagi kelemahan.

Tapi mengapa dadanya terasa sesak? Mengapa tangannya bergetar? Mengapa ada rasa hampa yang begitu dalam, lebih dalam dari amarah atau kebencian apa pun yang pernah dia rasakan?

Dia telah memenangkan pertempuran, tetapi rasanya seperti kekalahan terbesar dalam hidupnya. Kemenangan yang terasa seperti abu di mulutnya, dan kekosongan di hatinya yang tak akan pernah terisi lagi.

Dia berbalik dan meninggalkan kamar, langkahnya goyah. Mansion yang megah itu tiba-tiba terasa sangat besar, sangat sunyi, dan sangat hampa. Dia telah mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi kini menyadari bahwa yang dia inginkan telah menghancurkan sebagian dari dirinya sendiri...

1
LOLA SANCHEZ
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
isagoingon: besok yaa kakkk!😄
terima kasih sudah mampirr!!
total 1 replies
Oralie
Larut malam ini tetap menunggu update dari thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!