Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
“Sudah tahu di mana keberadaan putraku?” tanya Nicholas pada mata-mata bayarannya yang berdiri tegak di hadapannya.
“Ya, Tuan. Ada kabar mengejutkan untuk anda.”
“Kalau begitu katakan.”
“Putra anda sudah menikah,” jawab pria itu dengan tenang.
“Menikah?” sahut Snowy yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka dari balik pintu.
Alana, yang berjalan di samping ibunya, ikut menyahut, “Mom, tenanglah. Edward hanya menikah, bukan pergi ke medan perang. Kenapa Mom begitu terkejut?”
“Diam, Alana! Kau sendiri sudah hampir kepala tiga tapi belum menikah. Kau tidak malu dengan adikmu? Dia lebih muda darimu, tapi dia duluan yang menikah! Dan lagi, kenapa adikmu itu tidak menemuiku untuk meminta restu?” Snowy begitu sedih karena tak bisa menghadiri pernikahan putranya.
Hatinya hancur membayangkan Edward menikah tanpa kehadiran orangtuanya.
“Biarkan saja, honey. Tidak lama lagi dia juga akan datang kemari untuk memperkenalkan menantu kita itu,” ucap Nicholas, berusaha menenangkan Snowy.
Namun, Snowy justru semakin meradang.
“Kenapa kau begitu percaya diri sekali? Kau tahu kan kalau Edward itu keras kepala? Salah siapa kau memanipulasi hubungannya dengan Julia? Andaikan mereka masih bersama, Edward tak akan pergi dari rumah ini!”
“Cukup!” teriak Nicholas. “Julia bukan wanita baik-baik, honey! Mengertilah.”
“Tak baik untukmu belum tentu buruk untuk Edward! Kau egois!”
Kesal, Snowy pergi meninggalkan suaminya dan membanting pintu dengan keras.
Alana hanya menghela napas sambil menatap sang ayah dengan tatapan kosong.
“Kau mau membela ibumu? Sana bela dia!” maki Nicholas, menunjuk Alana.
Padahal, Alana belum mengatakan apa pun, tapi ayahnya sudah menuduhnya yang tidak-tidak.
“Menyebalkan!” gumam Alana.
Bukan salahnya jika dia belum menikah, bukan? Itu karena dia tak semudah itu jatuh cinta pada orang lain.
Apalagi, keperawanannya hilang saat malam itu bersama pria asing yang tak pernah bisa ia lupakan.
Alana tak ingin mengingatnya lagi. Malam itu adalah mimpi buruk yang menghantuinya hingga kini.
***
Karena tak tahan, Edward memutuskan untuk masuk ke kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap efek obat perang sang itu segera hilang.
Tapi, siapa sangka, bukannya mendingin, pengaruh obat itu semakin mengila. Miliknya terasa berdenyut-denyut, rasanya sungguh di luar kendali.
Meskipun belum berdiri sempurna, tapi sensasi yang ditimbulkan membuat Edward menggeliat tak nyaman.
Awalnya, niat Edward membawa Ara ke hotel adalah untuk meminta istrinya membuat miliknya bangun dengan cara yang ia inginkan, seperti saran Alana.
Edward juga meminta Bobby memasukkan obat perang sang itu ke dalam gelas Ara, dengan harapan Ara akan lebih bergairah dan menuruti semua keinginannya.
Siapa sangka, malah ia yang menjadi korban.
Edward memanggil Ara dan menyuruhnya meminta Bobby membeli es batu sebanyak-banyaknya. Siapa tahu efek obat itu bisa sedikit mereda dengan kompres es.
“Apa dia haus sampai harus membeli es batu sebanyak itu? Padahal, hotel ini dingin sekali.” Ara bertanya-tanya dalam hati.
“Keluarlah bersama Bobby, minta dia mengantarmu pulang.”
“Lalu, meninggalkanmu sendirian begitu?”
“Ara!” Edward mengeram frustrasi. Bukannya pergi, Ara malah berdiri di sana, menatapnya dengan bingung.
Edward tak tahan lagi. Ia menarik Ara hingga wanita itu jatuh ke dalam bathtub bersamanya.
“Edward!” teriak Ara kaget, merasakan dinginnya air yang membasahi tubuhnya.
“Sudah kubilang untuk menjauh, bukan? Sekarang terima hukumanmu!” lirih Edward dengan suara serak, matanya berkilat penuh hasrat.
Edward meraih wajah Ara dan menciumnya dengan kasar, melampiaskan semua gejolak yang membakar tubuhnya.
Ara berusaha memberontak, tapi tenaga Edward jauh lebih kuat. Ia tak berdaya di bawah kungkungan suaminya.
Edward terus menciumi Ara tanpa ampun, tangannya mulai menjelajahi tubuh istrinya. Ara hanya bisa pasrah. Ara tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Edward benar-benar di luar kendali.
“Bantu aku...”
“Membantumu? Membantu apa?” tanya Ara dengan terbata.
Edward melepaskan ikat pinggangnya, lalu mengarahkan tangan Ara untuk menyentuh miliknya yang mulai menegang.
“Ed, ini apa?” Ara benar-benar gugup. Untuk pertama kalinya ia menyentuh milik seorang pria.
Sesuatu yang terasa keras dan hangat.
“Buat dia muntah. Terserah lakukan saja dengan caramu, cepat!” pinta Edward seraya menggigit bibir bawahnya sendiri.
Ara benar-benar istimewa. Hanya sekali menyentuhnya saja sudah membuat Edward hampir gila!
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul