Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alia Vs Dela
Hari yang diawali dengan normal ini, mendadak jadi tak biasa saat Arya mendapat kabar kalau ada seorang tamu yang datang ke perusahaan. Kejadian ini dianggap tak normal, karena si tamu tidak lain adalah mantan Arya yang dulu pernah meninggalkannya pas akan menikah.
Arya enggan bertemu dengannya. Akan tetapi, kalau dibiarkan takutnya malah akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Keputusan pun diambil, Arya bersiap menemui mantannya itu.
"Hai Arya, kamu semakin tampan sekarang." Sesosok wanita berambut panjang yang mengenakan mini dress ketat masuk ke dalam ruangan Arya.
"Apa yang kau mau, Dela?" ketus Arya.
"... Aku merindukanmu, Mas. Dan aku mau meluruskan segala hal yang terjadi di masa lalu." Dela coba mendekat.
"Meluruskan? Meluruskan apa? Kau sudah memilih pria asing itu dan meninggalkanku. Tak ada yang perlu diluruskan dari kejadian tersebut!" Arya mundur menjauhi Dela.
"Mas, aku menyesal. Beri aku kesempatan! Aku yakin bisa berubah jadi wanita yang lebih baik buat kamu." Wajah memelas tampak di wajah Dela.
"Kau mau berubah atau tidak bukan urusanku. Kita sudah berpisah, dan aku mau kita tetap seperti itu selamanya."
Perasaan Arya pada Dela sudah hilang sepenuhnya. Yang Arya mau hanya agar Dela tak lagi muncul di hidupnya.
"Aku masih mencintai kamu, Mas." Tetesan air mata mengalir di pipinya.
"Tapi aku tidak." Hati Arya tak tergerak sama sekali.
"...."
"Dan biar aku tebak, alasan kau kembali adalah karena bule yang kau pilih itu telah meninggalkanmu kan?"
"...."
"Kita ini sama-sama bodoh. Kau bodoh karena sudah meninggalkanku demi pria yang tak benar-benar mencintaimu, sementara aku ini bodoh karena hampir mau menikahmu." Terlalu banyak unek-unek di hati Arya. Tapi dia terlalu malas untuk meluapkannya. "Sudah! Sebaiknya kau pergi! Carilah pria yang bisa menerimamu apa adanya. Lupakan aku, karena tidak mungkin kita bisa kembali seperti dulu."
"Tapi Mas ..., cuma aku yang bisa buat kamu bahagia! Tak ada lagi kan wanita di luar sana yang bisa membuka hati kamu?"
"Kau salah! Aku sudah punya pacar baru. Dia berhasil membuka hatiku, dan aku yakin dia bisa memberiku kebahagiaan yang lebih."
Dela seketika mengerutkan wajahnya. Dia tak percaya. "Tidak! Kau bohong! Aku aja butuh tahunan untuk membuat kamu luluh. Tidak mungkin ada wanita lain yang bisa melakukan hal seperti aku!"
Sosok wanita yang belakangan ini mengubah hidupnya, terlintas di benak Arya. "Awalnya juga ku juga pikir begitu. Tapi, ternyata wanita seperti ada."
Alia adalah anomali yang malah mampu membuatnya nyaman. Hal itu jelas harus Arya akui.
"...."
Dela memperhatikan wajah Arya. Mau tak mau dia dipaksa untuk mulai percaya kalau Arya memang sudah mendapatkan pengganti dirinya.
"Kalau kau tidak percaya, biar aku panggil dia kemari," lanjut Arya.
Arya pun mengambil hp di mejanya. Dia menekan-nekan layar hp tersebut kemudian terdengar suara, "Tuuut ... Tuuut ... Tuuut."
Klik!
"Hallo? Ada apa, Mas?" suara feminim di ujung telepon terdengar.
"Kamu ada di mana?" tanya Arya.
"Di lantai bawah," jawab Alia.
"Oke. Kalau begitu segera datang ke ruanganku!"
Hp kemudian diletakkan balik ke meja.
Tak berapa lama, pintu ruangan diketuk. Setelah Arya persilahkan masuk, sosok Alia muncul dari balik pintu.
"Dela, dialah pacarku. Alia Pratama!" kata Arya sesaat mata Dela dan mata Alia bertemu.
Dela mengepalkan tangannya. "Tidak! Aku tidak percaya! Palingan dia cuma sekertaris yang kamu suruh untuk dijadikan pacar pura-pura!"
Dela bersikeras untuk tak percaya.
Kemudian, di saat Arya tak tahu lagi harus berkata apa, Alia lah yang maju melangkah.
"... Jadi kau wanita yang meninggal Mas Arya pas hampir mau menikah." Alia mendekati Dela. Dia kemudian memicingkan mata. "Kau memang kelihatan bodoh."
"Hah!? Apa kau bilang!?" Dela marah. Selain karena ucapan yang dia dengar, fakta bahwa Alia lebih cantik darinya juga membuat dia kesal.
"Aku bilang kau ini bodoh!" tegas Alia. "Mana ada wanita waras yang rela meninggalkan Mas Arya demi pria lain?"
"...."
"Aku sarankan kau cek otakmu ke dokter. Mungkin otakmu itu ada bolong-bolongnya karena kemakan rayap."
"Pssst!" Arya di samping sontak menahan tawa.
Sementara itu Dela semakin geram. "Aku makin yakin kau bukan pacarnya Arya. Tidak mungkin Arya mau sama wanita yang tak berkelas sepertimu."
Alia membalas. "Kalau yang kau anggap wanita berkelas adalah jenis wanita yang rela membuka kakinya untuk banyak pria, ya berarti aku memang bukan wanita berkelas."
Urat kesabaran Dela pun putus. "Sialan kau!"
Plak!
Ketika Dela hendak menampar Alia, malah tangan Alia lah yang lebih dulu mendarat keras di pipi Dela.
"Kaulah yang sialan!" hardik Alia.
"...." Dela yang kini pipinya merah terdiam menahan rasa sakit.
"Aku peringatkan! Mas Arya sudah melupakanmu, dia sudah mau menapaki hidup yang baru. Jadi jangan berani lagi kau ganggu dia!" Alia lalu mencekik leher Dela menggunakan satu tangan. "Lihat jendela di sebelahmu. Jika kau sampai menunjukkan wajahmu lagi di sini, akan aku lempar kau ke luar gedung lewat jendela tersebut."
"Glup." Dela menelan ludah takut.
"Mengerti?" tanya Alia dengan nada mengancam.
"... M-M-Mengerti ... mengerti!" Dela tak mampu mengumpulkan nyali untuk melakukan perlawanan.
Alia melepaskan cekikannya. "Terus kenapa kau masih ada di sini?"
Mendengar itu, juga sambil dipelototi mata Alia, Dela tak punya pilihan selain lari terbirit-birit.
Kini, di ruangan itu, hanya ada Alia dan Arya berdua.
"Kamu tidak perlu berlebihan seperti itu," ucap Arya. Meksi di dalam hati sebenarnya dia puas.
"Aku cuma kesel. Melihat wajahnya yang datang kemari tanpa dosa membuat aku muak," balas Alia dengan nada jijik.
".. Sudahlah! Jangan terlalu dipikirkan! Aku yakin dia takkan lagi berani muncul di hadapanku. Dia sekarang tahu kalau aku punya bodyguard yang menakutkan."
"Aku bukan bodyguard kamu," Alia memeluk tangan Arya. "Aku kan pacar kamu."
Sifat Alia ketika berhadapan dengan Dela berbanding jauh dengan ketika dia berduaan bersama Arya.
Alia seakan bisa merubah mode jadi iblis dan mode jadi bidadari sesuka hati.
"T-Tidak! Yang aku katakan tadi cuma untuk membuat Dela menyerah! Kita belum pacaran!" Arya coba melepaskan diri.
"Hmmm ... Belum katamu? Jadi kita belum pacaran? Hehe.Oke deh kalau begitu." Senyum lebar terbentuk di wajah Alia seraya.
"...." Setelah Arya melepaskan diri dari Alia. Dia berbalik dan berjalan ke arah meja untuk menutupi wajahnya yang memerah. "K-Kembali kerja sana! Kau kan harus memberiku laporan tentang meeting hari ini!"
"Iya iya." Alia menuju pintu. Namun saat akan hendak melangkah keluar, dia menoleh dan melambaikan tangan. "Dadah, pria yang BELUM jadi pacarku!"
"...."
Giliran bibir Arya yang sekarang otomatis membentuk senyuman sesaat Alia tak lagi ada di ruangannya. Dia sendiri tak tahu apa yang membuatnya memasang ekspresi tersebut. Yang jelas, setiap kali bersama Alia dirinya tak pernah merasa bosan.