NovelToon NovelToon
Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Playboy
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: manda80

"Sella jatuh hati pada seorang pria yang tampak royal dan memesona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa kekayaan pria itu hanyalah kepalsuan. Andra, pria yang pernah dicintainya, ternyata tidak memiliki apa-apa selain penampilan. Dan yang lebih menyakitkan, dia yang akhirnya dibuang oleh Andra. Tapi, hidup Sella tidak berakhir di situ. Kemudian dirinya bertemu dengan Edo, seorang pria yang tidak hanya tampan dan baik hati, tapi juga memiliki kekayaan. Apakah Sella bisa move on dari luka hatinya dan menemukan cinta sejati dengan Edo?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimana Edo?

EDO TELAH SADAR.

Pengumuman yang muncul di monitor medis itu terasa seperti kilatan petir yang menyambar bunker dingin tersebut. Waktu seolah melambat. Helena, yang sudah menarik pistol emasnya, terhenti. Matanya membesar, memproses nama dan status yang seharusnya mustahil.

“Mustahil,” desis Helena, suaranya sarat akan kemarahan yang tertahan, beradu dengan alarm keras yang kini membingungkan sistem enkripsi di layar. “Dia seharusnya masih koma! Siapa Aether?”

Sella menoleh cepat ke laptopnya. Jendela Aether berkedip liar. Ia merasakan ketakutan dan harapan bercampur aduk, membakar pembuluh darahnya. Edo tidak koma, atau setidaknya, kesadarannya cukup untuk memicu alarm keamanan darurat dari jarak jauh. Itu artinya Edo melihat segalanya, melihatnya, Sella, sedang mengkhianatinya dengan sandi palsu.

“Kau menipuku, Sella!” raung Helena, pistolnya kini mengarah lurus ke kening Sella.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi!” Sella balas berteriak, berusaha melepaskan diri dari Rio yang lengah. Ia menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari laptop, yang kini menampilkan pesan kedua dari Aether, bertuliskan kode keras DECOY INITIATED. RETREAT.

“Dekoy?” Helena tertawa pahit. “Kau pikir aku sebodoh itu? Edo memang memperingatkan sistem tentang upaya pencurian. Dan kau menggunakan sandi cadangan lama untuk mengalihkan kami dari file vital. Berhenti bermain-main!”

Sella membalas tatapannya, kini tidak lagi takut, melainkan didorong oleh realisasi baru. “Lalu kenapa dia tidak memberiku sandi yang benar, jika dia curiga? Kenapa dia membiarkanmu berpikir bahwa kau sudah menang?”

Helena mengertakkan gigi. “Itu karena dia percaya padamu! Dan kau menghancurkannya!”

“Aku?” Sella tertawa kecil, suara frustrasi bercampur amarah. “Kau tidak punya hak untuk bicara tentang kepercayaan. Aku melakukan ini karena kau mengancam nyawanya! Tapi jika Edo memang sudah merencanakan ini... jika dia cukup pintar untuk merancang sistem dekoy saat dia terbaring tak berdaya, itu berarti dialah yang mempermainkanmu, bukan aku.”

Di sudut ruangan, Andra, yang tadinya dipelototi Rio, melihat celah. Ia menjatuhkan diri, merangkak di balik tumpukan kotak. Rio terlalu fokus pada ancaman Helena dan alarm yang semakin memekakkan telinga.

“Ini semua salahmu, Sella!” jerit Andra dari persembunyiannya. “Aku sudah bilang, jangan pernah libatkan diri kita dengan CEO gila itu!”

Sella mengabaikan Andra sepenuhnya. Matanya terpaku pada Helena, yang jari telunjuknya sudah berada di pelatuk.

“Kau harus memilih, Sella,” ujar Helena dingin. “Apakah kau akan membantuku melarikan diri sekarang, atau kau mati bersamanya di sini? Bara akan datang, dan aku tidak ingin berbagi dosa dengannya.”

Tiba-tiba, suara tembakan yang diredam dan jeritan singkat terdengar dari lorong baja di luar. Lampu bunker berkedip-kedip, kemudian padam, hanya menyisakan penerangan darurat merah yang mengubah wajah mereka menjadi topeng-topeng hantu yang menyeramkan.

“Rio!” teriak Helena.

“Sistem pertahanan luar ditembus, Nyonya! Ini Tim Tiga Edo!” Rio panik, menarik pistol besarnya dan bersiap menghadapi lorong gelap itu.

Pintu bunker otomatis itu berderit, berusaha menutup karena penguncian darurat. Namun, sebelum tertutup sempurna, sebuah ledakan kecil merobek mekanismenya, dan dua sosok bersenjata berat berpakaian hitam melompat masuk, menyemprotkan asap pembungkam ke seluruh ruangan.

Kekacauan. Jeritan Rio, suara pernapasan berat Helena, dan bunyi benturan benda-benda logam. Sella segera menunduk, tangannya melindungi kepalanya, mencari pegangan. Udara dipenuhi bubuk mesiu dan asap pedas.

“Sella!” Suara Rio, terengah-engah.

Sella melihat bayangan Andra yang kini meluncur di lantai, merangkak menuju lubang ventilasi di belakang tumpukan kabel. Sialnya, ia terjebak. Ia menyentuh tas kecil yang selalu dibawanya—tas itu berisi ponsel cadangan yang diberikan Edo kepadanya, yang tidak pernah diminta Helena.

Aku harus menemukan Edo. Atau setidaknya, Aether.

Tepat di tengah kekacauan, Rio berhasil mengalahkan salah satu penyerang. Ia meraih Sella di pergelangan tangan, tarikannya begitu kuat hingga Sella terhuyung berdiri.

“Kau sandera kami, Nona!” gertak Rio, menggunakan Sella sebagai perisai manusia di hadapan tim yang menyerbu masuk.

“Rio, singkirkan dia! Bawa sandi yang benar!” perintah Helena, yang sedang bertarung dengan cekatan di dekat meja laptop, pistol emasnya menyala di cahaya darurat.

Sella menggunakan momentum Rio yang tegang untuk melawan. Ia menendang tulang kering Rio dengan sekuat tenaga, mengambil pelajaran yang diajarkan Edo di saat-saat santai mereka. Rio berteriak, cengkeramannya mengendur.

Sella melarikan diri, berlari ke belakang Helena, menuju pintu darurat lain yang tersembunyi. Helena melihat gerakan itu dan menghentikan perlawanannya sesaat, matanya berkilat liar.

“Kau pikir kau bisa melarikan diri dariku? Kau milikku, Sella!” teriak Helena, mengarahkan moncong pistolnya kepada Sella, mengabaikan Tim Tiga Edo yang terus mendekat.

“Aku bukan milik siapapun!” balas Sella, merasakan adrenaline menguasai dirinya. Ia berhenti di depan panel pintu, menekan tombol tersembunyi yang pernah Edo tunjukkan padanya. “Aku adalah orang yang kau buang, dan kini aku memilih siapa yang layak kuberikan kehidupanku!”

Helena menembak. Suara tembakan memenuhi ruangan kecil itu, membuat gendang telinga Sella sakit. Peluru itu menyerempet bahunya. Rasa sakit tajam merobek kulitnya, tapi itu tidak cukup untuk menghentikannya.

Sella terjatuh ke lantai saat pintu darurat terbuka. Tepat sebelum ia berhasil meloloskan diri, Helena melemparkan sesuatu yang berat dan berbentuk persegi panjang ke kakinya. Sebuah tablet data.

“Bawa ini!” teriak Helena, nadanya kini beralih dari marah menjadi panik. “Di sini ada bukti Ayah Edo bersekongkol dengan Bara! Jika kau peduli padanya, gunakan itu! Pria yang kau cintai juga berlumuran dosa!”

Sella meraih tablet itu, bingung. Ia merangkak keluar dari bunker saat baku tembak yang lebih intens meletus di belakangnya. Ia mendengar jeritan yang lebih jauh, yang Sella kenali sebagai suara Andra.

Biarkan saja. Dia mendapatkannya.

Ia terengah-engah di koridor yang kini gelap total, bahunya berdarah dan sakit. Ia sendirian. Ponsel cadangan di tasnya bergetar hebat. Itu adalah Aether.

Ia menjawab panggilan itu, napasnya memburu.

“Siapa kau? Aku butuh bantuan,” Sella berbisik, berusaha menyamarkan rasa sakitnya.

“Aku sudah melihat transfer dekoynya. Aku tahu sandi cadangan. Dan aku tahu Helena memilikimu,” suara di seberang terdengar rendah, tenang, dan familiar secara menakutkan, meskipun Sella yakin dia tidak pernah mendengarnya dalam konteks serius ini.

“Dimana Edo?” tuntut Sella.

Hening sejenak. Lalu, suara itu berujar, penuh kejelasan yang menghapus semua kebohongan dan sandiwara yang pernah dia alami.

“Edo ada di kamar penthouse kita, Sella. Di tempat yang sama kau memberikan kepercayaanmu padanya malam itu.”

“Tapi monitor tadi bilang dia—dia sadar di rumah sakit!”

“Monitor itu hanyalah trik keamanan untuk menahan Helena. Edo yang kau lihat koma adalah sebuah stand-in,” jelas suara itu. “Aku yang asli, Sella. Aku adalah Edo. Dan aku perlu tahu, setelah semua ini, apakah kau masih ada di pihakku?”

Jantung Sella berhenti. Air mata yang bercampur dengan rasa sakit dan kelegaan membasahi wajahnya. Edo tidak hanya bersembunyi. Dia berpura-pura koma, memainkan peran korban untuk menjerat Bara dan Helena. Dia melihat seluruh permainan Sella, dari awal hingga sandi dekoy Andromeda.

Dia tidak hanya kaya dan baik. Dia adalah manipulator yang cerdas, sama cerdasnya dengan Helena, tapi dia menggunakannya untuk melindungiku.

“Aku ada di pihakmu, Edo. Tapi aku punya tablet yang diberikan Helena. Dia bilang ayahmu… dia bersekongkol…”

“Tentu saja,” jawab Edo. Suaranya terdengar tidak terkejut sama sekali. “Aku sudah menduganya. Itu alasan aku merancang seluruh operasi ini. Sella, aku harus menanyakan sesuatu yang lebih penting daripada pengkhianatan Ayahku.”

Sella memejamkan mata, memegang erat ponsel dan tablet panas itu. Ia merasakan sakit di bahunya, namun ia merasa lebih hidup dari sebelumnya.

“Apa?” tanyanya, napasnya tercekat.

“Aku melihat kau membiarkan si mokondo Andra melarikan diri sebelum baku tembak dimulai. Dia mengambil keuntungan dari kerusuhan itu. Kau telah memilih, dan kau memilih aku, tetapi kenapa kau tidak membiarkanku menjebak Andra saat itu juga?” tanya Edo. Ada nada penasaran, bukan tuduhan, dalam suaranya.

Sella menoleh ke lorong gelap tempat Andra melarikan diri, sebelum Tim Tiga Edo masuk. Pikirannya melayang kembali ke masa lalunya yang penuh kepalsuan. Kenapa dia membiarkan Andra kabur? Untuk melindunginya? Tidak. Itu adalah rasa jijik yang murni.

“Aku tidak melindunginya, Edo,” bisik Sella. “Aku membiarkannya kabur, karena dia pengecut. Dan sekarang, dia tahu aku mengkhianati rencananya. Biarkan dia melarikan diri, karena aku yakin Bara akan mengejarnya, dan itu akan mengalihkan Bara darimu.”

“Kau merencanakan itu? Untuk menggunakan Andra sebagai umpan hidup?” Edo terdengar kagum.

“Tentu saja,” jawab Sella, kini ada seringai tipis di wajahnya. “Aku dibuang oleh seorang manipulator. Aku belajar caranya menjadi manipulatif yang jauh lebih baik. Aku bukan lagi Sella yang bodoh, mudah dirayu. Sekarang katakan padaku, apa yang harus aku lakukan dengan tablet berisi rahasia Ayahmu ini? Apa yang harus kita lakukan untuk mengakhiri drama ini?”

“Sempurna, Sayang. Kau akhirnya menjadi Andromeda yang sesungguhnya,” Edo terkekeh. “Sekarang, keluarlah dari kompleks itu. Timku akan menjemputmu di Pintu Dua. Tapi sebelum itu, buka tabletnya, cari file yang dilindungi oleh enkripsi enam digit. Itu adalah…”

Tiba-tiba, suara tembakan lain, sangat dekat, membuat Sella menjatuhkan ponselnya. Cahaya lampu darurat di koridor meledak. Sella berteriak, meraba-raba di kegelapan.

Di belakangnya, terdengar suara gesekan kaki di lantai baja. Suara yang seharusnya sudah jauh di belakang, terbungkam oleh Tim Tiga.

“Menarik, Sella,” desis suara serak yang kini terasa begitu dekat di telinganya. Itu suara Helena. Sella bisa merasakan aroma parfum mahalnya dan moncong pistol dingin yang menekan tengkuknya.

“Kau pikir kau bisa mengkhianatiku dan bertemu CEO-mu yang pura-pura mati itu dengan mudah? Aku memberimu tablet itu karena aku ingin kau membongkar segalanya, dan kau berhasil. Tapi sekarang, kau akan membongkar rahasia terakhir ini bersamaku. Telepon CEO-mu kembali, atau kau mati. Telepon, Sella. Sekarang!”

Sella gemetar, tangannya mencari-cari ponsel yang terjatuh di lantai, sedangkan Helena menekannya semakin kuat ke dinding.

“Baiklah,” ucap Sella, suaranya parau. Ia mengambil ponsel itu, darahnya menetes di layar yang retak.

Ia menempelkan ponsel di telinga. Nada dering terhubung, sebelum ia sempat mengucapkan kata-kata perpisahan atau memohon bantuan.

Helena menyeringai dingin.

“Edo. Jika kau benar-benar tidak koma, dengarkan aku baik-baik. Kekasihmu sekarang bersamaku. Aku ingin jaminan jalur bebas dari Bara, atau aku akan mengakhiri permainan kecilnya. Pilihan ada di tanganmu. Tapi aku hanya memberimu lima detik. Aku hitung dari…”

SATU.

1
Titi Dewi Wati
Jgn percaya sepenuhx dgn laki2, kita sebagai perempuan harus berani tegas
mandaour: Benar sekali, Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!