Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Setelah Suami dan ayah mertuanya berangkat ke kantor dan anak-anaknya pun sudah berangkat ke sekolah, Melati melangkah pelan ke taman belakang, aroma tanah basah dan harum bunga-bunga memenuhi udara pagi itu.
Di sana, Sandra tengah sibuk memotong ranting-ranting kering dengan gunting taman, wajahnya menampakkan kedamaian yang jarang Melati lihat di rumah. Saat Melati memanggil dengan suara lembut, Sandra menoleh dan menyunggingkan senyum hangat yang membuat hati Melati sedikit reda.
"Eh Mel, sini bantu mama," ajak Sandra sambil menunjuk pot bunga yang hampir kosong rantingnya.
Melati membalas senyum itu dengan paksa, hatinya berdebar tak menentu. Ia menundukkan kepala sejenak sebelum berkata pelan, "Ma, bisa ngomong sebentar? Ada hal penting yang ingin Melati obrolin sama mama."
Sandra meletakkan guntingnya dan menghapus keringat di dahinya lalu berjalan ke pojok membasuh tangan di wastafel lalu mendekat.
"Melati nggak ganggu kesibukan mama?"
Mata Sandra yang lembut kini penuh perhatian. "Tentu saja nggak, Nak. Apa yang ingin kamu bicarakan?"
Melati menarik napas dalam-dalam, mencoba merangkai kata agar tidak terdengar terlalu berat. Namun di balik senyum yang ia paksakan, ada kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Ia tahu pembicaraan ini akan mengubah suasana rumah mereka. Sandra menatapnya dengan sabar, menunggu agar Melati membuka suara, seolah mengerti bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata biasa.
Sandra mengajak Melati duduk di gazebo taman, lalu menelpon salah satu asisten untuk mengantar minuman dingin.
"Kayaknya penting banget, wajah kamu sampai serius gitu."
"Ini lebih dari serius ma, ini menyangkut nasib rumah tangga kami."
Sandra menghela napas panjang, dadanya naik turun pelan. Matanya menatap menantunya, berusaha menyampaikan lembut tapi tegas. “Mama sudah curiga, Mel. Rumah tangga kalian... nggak sedang baik-baik saja.” Suaranya pelan, hampir seperti bisikan. “Revan sering keluar kota. Kamu juga beberapa kali pergi entah ke rumah orang tuamu, atau ke tempat, lain yang buat kamu merasa nyaman.”
Sandra menunduk sejenak, jari-jarinya menyentuh tapak tangan sendiri, mencoba menahan gelisah. “Tapi mama nggak mau terlalu ikut campur dengan masalah rumah tangga kalian. Mama tunggu kalian yang cerita. Jadi, ada apa sebenarnya? Heemm? Cerita sama mama.”
Melati menarik napas lagi, lalu memutuskan membuka pertanyaan yang sudah lama mengganjal di hatinya. “Mama percaya nggak, Mas Revan selingkuh?”
Kata-kata itu menggantung di udara, membuat wajah Sandra yang tetap cantik tapi mulai menua itu tampak agak terkejut. Ia menatap ke langit Jakarta yang biru dengan awan putih melayang pelan, mencoba mencerna apa yang baru saja keluar dari mulut menantunya. Napasnya terhela panjang, seperti mencari ketenangan di tengah kegelisahan yang tersembunyi.
"Ya melihat betapa besar cintanya sama kamu ya mama nggak percaya, akan tetapi dengan Revan sering keluar kota tanpa ada alasan yang jelas, bibit-bibit pengkhianatan itu tak sengaja muncul ke permukaan. Sebenarnya Revan itu tipe lelaki setia kayak bapaknya, tapi karena kurang tegas dan kadang masih labil, jadi banyak juga yang memanfaatkannya."
Melati menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke arah meja bulat di depannya. Dengan tangan gemetar, ia mengeluarkan dua lembar kertas dari saku gamisnya dan meletakkannya perlahan di atas meja. Struk pembelian susu ibu hamil dan daster yang tak seharusnya ada dalam saku jas suaminya itu kini terpampang nyata.
.
"Apa ini, Nak?" suara Sandra pelan namun penuh tanya saat jari-jarinya mengambil kertas itu. Matanya mengerut, menelusuri tulisan di sana seperti mencoba menyusun potongan teka-teki yang membingungkan.
"Struk pembelian susu hamil dan daster?" ulangnya, suara kecil itu mengandung pertanyaan yang terpendam. Melati hanya mengangguk pelan. "Iya, Ma. Aku menemukannya di saku jas Mas Revan, dua bulan lalu. Menurut Mama, ini milik Mas Revan atau orang lain?" Wajahnya yang lesu mengisyaratkan beban yang tak mudah untuk diungkap. Sandra meraih tangan menantunya, sentuhan hangat itu mencoba menguatkan. "Kamu sudah tanya langsung sama Revan?"
Melati menggeleng, bibirnya mengerut. "Belum, Ma. Aku tapi aku sangat yakin mas Revan akan memakai seribu alasan untuk mengelaknya. Jadi aku memilih diam dan menyelidiki sendiri."
Matanya memancarkan ketegangan antara keinginan mempercayai dan rasa curiga yang menggerogoti hati.
Sandra menatap Melati dengan mata membesar, rasa penasaran berubah jadi terkejut saat Melati mengeluarkan ponselnya. "Trus apa yang kamu dapat?" suara Sandra terdengar gemetar.
Layar ponsel menyala, memperlihatkan video dimana suaminya tengah menyuapi seorang perempuan cantik yang masih muda. Tak hanya itu, Melati juga menunjukkan hasil penyelidikannya saat Melati mengikuti Revan diam-diam ke Bandung, saat wanita itu menyambut dengan penuh cinta kedatangan suaminya dengan bermanja-manja dan juga saat melihat kepanikan Revan saat di rumah sakit, ketika Dewi pendarahan.
Sandra mengernyit, tak kuasa menahan terkejutnya. "Mel, ini... serius?" katanya dengan suara parau.
Melati menunduk, senyum getir terpampang di wajahnya. Dadanya sesak, susah melanjutkan kata. "Iya, Ma. Perempuan itu... hamil. Dia tinggal di Bandung. Mama tentu masih ingat kan, kemarin Melati nitipin anak-anak sama Mama, supaya aku bisa selidiki sendiri."
Matanya basah, tapi ia tetap kuat. "Mas Revan bolak-balik ke Bandung sampai lima kali sebulan, bukan buat bisnis, Ma. Tapi ngunjungin dia."
Suasana jadi hening, beban rahasia yang terbongkar itu terasa berat di antara mereka.
Sandra membeku, tak menyangka putra satu-satunya dan kesayangannya bisa berbuat hal gila seperti itu.
"Mel, mama nggak tahu harus ngomong apa. Pengkhianatan memang sulit untuk dimaafkan, jadi mama serahkan semuanya padamu. Tapi sebelum itu, lebih baik kamu tanya langsung sama suamimu. Mama lihat ekspresi Revan sangat tertekan, bukan bahagia seperti biasanya. Siapa tahu wanita itu hanya memanfaatkan Revan."
Melati mendengus. "Sampai kapan, Ma? Mas Revan terus seperti itu sejak awal kita kenal, pacaran, sampai menikah. Lama-lama aku nggak tahan, Ma. Aku ingin pisah."
Sandra menggeleng pelan. Bagaimanapun, Melati adalah menantu kesayangannya, dan rasanya sulit mencari menantu seperti dia.
"Kita tunggu Revan pulang, bicara baik-baik."
***
Revan melangkah dengan semangat ke dalam rumah orang tuanya, pikiran tentang menjemput sang istri membuat hatinya hangat. Namun, hawa di dalam rumah justru terasa dingin dan sunyi. Dari sudut ruang, Sandra duduk sambil menatap tajam, matanya merah menyala seolah menyembunyikan badai amarah.
"Kamu nyari siapa, Van?" suaranya dalam dan bergetar. Revan menatap balik, berusaha tetap tenang.
"Tentu saja istri dan anakku, Ma. Siapa lagi? Mereka yang bikin aku buru-buru pulang."
Sandra memicingkan mata, napasnya sesak seperti menahan sesuatu yang akan meledak. "Yakin?" tanyanya pelan tapi menusuk.
Revan mengerutkan dahi, merasa heran sekaligus sedikit kesal. "Mama, kenapa sih ngeliat Revan kayak gitu? Seolah-olah anak mama ini bikin kesalahan fatal."
Sandra berdiri perlahan, suaranya kini berat. "Pulanglah, Van. Melati nunggu kamu di rumah. Nanti kamu akan tahu jawabannya." Matanya menyimpan rahasia yang belum bisa Revan mengerti.
"Ma, sebenarnya ada apa ini ma? Jangan bikin Revan penasaran kayak gini."
Sandra hanya mengedikkan bahunya acuh, meninggalkan anaknya yang diliputi tanda tanya.
revan pulsa jgn sembunyikan lg msalah ini terlalu besar urusannya jika km brbohong terus walau dg dalih g mau nyakitin melati ,justru ini mlh buat melati salah pham yg ahirnya bikin km rugi van