Selina, seorang penjahat wanita yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, ia justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie. Bersama lelaki itu, Selina bekerjasama mengungkap semua rahasia yang berkaitan dengan kematian dirinya.
Hingga suatu ketika, Febrian pun menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Febrian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
Baca novelnya jangan lupa, like dan komen 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran yang terungkap
Dalam apartemennya, Robin tampak duduk di samping meja kerjanya sambil mengamati kalung milik Selina yang telah ia cuci bersih dengan disinfektan agar tidak bau dan berkuman.
Kalung itu hanyalah kalung murahan yang terbuat dari tali giok yang susah putus dengan liontin yang terbuat dari tembaga berukir huruf S. Liontin itu ternyata bisa dibuka. Di dalamnya ada sebuah tulisan kecil yang samar, sulit untuk di baca oleh mata biasa.
Robin mengeluarkan sebuah teleskop mini yang tersimpan dalam laci meja kerjanya. Sebelah matanya menyipit tajam mengamati sebuah tulisan yang tertera kecil di bawah huruf S itu.
"Sonya Margaretha." Gumamnya pelan.
Otaknya berputar cepat mengingat nama Sofia Margaretha. Darahnya berdesir, saat menghubungkan nama Sofie dan Sonya yang ia ketahui adalah anak kandung dari wanita bernama Amora, istri simpanan Anderson.
"Tidak, itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin Selina adalah Sonya. Dia dan Sofie adalah kakak adik?" batin Robin berargumen sendiri.
Ia pun membuka laptopnya dan kembali menelusuri pencariannya tentang asal usul keluarga Anderson dan Amora serta Harry Anderson tak luput dari pencariannya. Keahliannya sebagai hackers, membuat Robin mudah mendapatkan segala data dan informasi meskipun itu berjenis pribadi dan rahasia.
"Selina Ramous, adalah anak jalanan yang ditemukan Jonathan Ramous dalam keadaan sekarat."
Sebuah berita dari surat kabar yang sudah sangat lama sekitar 20 tahun yang lalu, muncul di layar laptop saat ia mencari jati diri Selina setelah memasukkan data-data Selina yang ia dapatkan dengan cara mencuri informasi data lewat web kepolisian.
"Aku harus bicara dengan Sofie. Cuma dia yang tahu kebenarannya." pikirnya kemudian bergegas menyambar kunci kontak motornya yang ada di atas meja beserta sebuah jaket hoodie yang biasa ia kenakan.
*****
Selina baru saja berpenampilan rapi. Ia ingin pergi menemui Harry, kakak tiri Sofie yang ternyata telah lama menyimpan dendam keluarga pada ayah kandung Febrian, William Sander.
Kepergian Febrian pagi-pagi sekali ke kantor, memberi ruang untuk Selina bisa bergerak bebas. Walaupun ia sadar, gerak geriknya selalu di awasi Betty di rumah, Selina merasa tidak terganggu untuk itu.
Baginya Betty bisa di kecoh dengan banyak alasan. Lagi pula, tujuan Betty mengawasinya sangat jelas. Pelayan wanita itu hanya ingin majikannya bahagia.
"Betty, aku ingin keluar sebentar. Hari ini aku ingin membelikan sebuah kado untuk suami ku." Ucap Selina menghampiri Betty yang sedang asyik membersihkan dapur.
"Kado!? Kado apa Nyonya? Bukankah ulang tahun Tuan masih lama?" dahi Betty berkerut heran.
"Betty sayang, ini kado spesial. Aku ingin membelikan suamiku dasi yang bagus. Dasi-dasinya yang lain sudah mulai usang dan memudar. Kamu tahu kan, sebagai seorang CEO, suamiku harus selalu terlihat tampan dan menarik." Senyum Selina seraya mengedip-mengedipkan matanya agar aktingnya terlihat sempurna seperti seorang istri yang sangat perhatian dengan penampilan suaminya.
"Iya Nyonya. Harus itu, Tuan harus selalu terlihat tampan dan menarik. Lagi pula, nanti malam Tuan akan pergi dengan Nona Brenda ke pesta jamuan rekan bisnisnya. Beliau pasti senang memakai dasi yang baru ke pesta itu. Tapi..., apa Nyonya yakin, membiarkan Tuan pergi berduaan dengan Nona Brenda?" kegembiraan Betty yang tercipta sejenak, dengan cepat berubah ketika teringat Brenda.
Sesaat, Senyum di bibir Selina memudar tipis menjadi kecut dan berganti kembali menjadi senyuman manis.
"Tenang saja Betty, aku tak'kan membiarkan Brenda menguasai kehidupan suamiku. Hari ini ia merasa bebas memiliki Febrian, tapi tidak sebebas yang ia pikirkan." Mata Selina berkedip mengundang tanda tanya di hati Betty.
"Apa maksud Nyonya? Apa anda punya rencana tersendiri?" bisik Betty menatap majikan perempuannya penuh selidik.
"Tentu saja Betty sayang, aku ini bukan Sofie yang mudah untuk ia singkirkan." Sahut Selina tertawa lirih meninggalkan Betty yang kebingungan dan kurang menyimak makna perkataan Selina.
"Bye Betty, baik-baik lah dirumah. Aku pergi dulu." Selina melambaikan tangannya memberikan sebuah ciuman jarak jauh yang membuat wajah Betty jadi merah padam.
"Ish, Nyonya ini makin lama makin aneh. Kiss kiss sembarangan. Tidak tahu apa, kalau aku ini wanita, bukan pria!" gerutu Betty melanjutkan pekerjaannya dengan hati bahagia setelah melihat tingkah majikannya.
*****
DRET... DRET... DRET...
Di tengah perjalanan, bunyi ponsel khususnya untuk Robin, bergetar mengganggu konsentrasi Selina yang tengah mengemudi.
Ia pun menyalakan headset yang menempel di telinganya agar panggilan telpon yang masuk lewat ponselnya langsung terhubung ke headset.
"Hmm..., bicaralah!" perintah Selina pada Robin lewat headset.
"Aku sudah mendapatkan kalung milik Selina. Apa kau mau kesini untuk menjemputnya?" tanya Robin lewat ponsel.
"Kamu dimana?" tanya Selina menyembunyikan rasa senangnya karena usaha Robin yang patut mendapat pujian.
"Aku di tempat biasa."
"Oke, aku akan segera kesana." Jawab Selina cepat memutar arah perjalanannya menuju tempat persembunyian Robin setelah panggilan ponsel dari Robin terputus.
Tak lama kemudian.
Selina telah berada di tempat persembunyian Robin yang selalu menjadi tempat teraman untuk mereka berdua bertemu.
Ia melepas kalung milik Sofie yang sengaja ia kenakan di lehernya dan menyatukan liontin itu untuk memastikan cocok apa tidak.
Kalung dari tembaga yang memiliki daya magnet itu seketika menyatu dan potongan huruf SS itu makin terlihat nyata di ukir oleh tulisan tangan yang sama.
"Apakah kalung satunya lagi adalah milikmu?" tanya Robin mengamati kalung yang di bawa Selina.
"Eumm, iya."
"Bolehkah aku melihatnya?" Robin makin penasaran.
"Tentu saja." Selina menyerahkan kedua kalung yang ada dalam genggaman tangannya pada Robin.
Robin mengambil teleskop mini yang sudah ia siapkan sedari tadi lalu meneliti kalung yang di bawa Selina.
"Sofia Margaretha. Jadi benar, Sofie dan Sonya adalah saudara kandung." Hati Robin makin gundah.
"Ada apa, apa yang kau lihat lewat teleskop itu?" tanya Selina jadi penasaran melihat perubahan wajah Robin.
"Lihatlah sendiri olehmu!" Robin menyerahkan teleskop mini miliknya pada Selina beserta kedua kalung itu.
Selina mengerutkan dahi melihat nama lengkap Sofie yang terukir di kalung milik Sofie. Namun saat membaca tulisan kecil yang ada di kalung miliknya, Selina seketika terkejut. Tubuhnya gemetar menahan rasa tak percaya.
"Kau pasti baru tahu, jika Selina adalah adikmu Sonya." Ujar Robin menunjukan wajah simpati melihat reaksi Selina yang ia pikir sangat terkejut karena mengetahui bahwa Selina adalah Sonya adiknya.
Mata Selina seketika basah bergenang air mata. Dia seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Ia baru tahu, jika tulisan samar yang nyaris tak terlihat itu bertuliskan nama lengkapnya.
"Sonya Margaretha, jadi namaku bukan Selina?" desisnya bimbang tak percaya.
"Selina? Apa maksudmu? Bukankah namamu Sofie?" Robin memandang Selina bingung, ia tak mengerti apa yang barusan Selina katakan.
"A-aku...," Selina bingung harus berkata apa pada Robin.
Pemuda itu menatapnya tajam, seolah mencari tahu sesuatu yang tersembunyi dari dalam dirinya.
"Katakan, siapa kamu sebenarnya?!" desak Robin meneliti setiap jengkal sosok wanita yang ia anggap selalu bertingkah seperti Selina itu dengan penuh selidik.
"A-aku, aku adalah Sofie. Tentu saja aku adalah Sofie." Ucap Selina berkelit, mencoba mengusir kecurigaan Robin yang tiba-tiba datang karena kecerobohan mulutnya sendiri.
"Jangan bohong! Aku tahu, Sofie Margaretha sudah mati! Kau bukan Sofie!" ujar Robin mengejutkan Selina.
DEG!
.
.
.
Apakah Robin menyadari sesuatu tentang Selina?
BERSAMBUNG