NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

Monica bangun pukul 04.30, lebih awal dari biasanya. Ia berlatih berbagai gaya rambut formal namun tetap manis di depan cermin.

"Rapat luar kantor pertama, bareng direktur yang galaknya level dewa. Jangan sampai salah kostum," gumamnya sambil menyemprot hairspray.

Setelah memilih blouse putih dan blazer navy, ia bergegas ke halte, memesan ojek online, dan hanya sempat makan roti sobek sisa kemarin.

Pukul 07.45, ia sampai di lobi. Teddy sudah menunggu di dekat mobil dinas, mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang membuatnya terlihat semakin dingin.

"Pagi, Pak," sapa Monica sopan.

Teddy hanya mengangguk singkat. "Kita langsung jalan."

Sepanjang perjalanan, mereka tak banyak bicara. Monica sesekali melirik Teddy yang serius membaca file di iPad-nya.

'Kenapa sih orang ini bisa setegang ini tiap hari? Nggak lelah apa jadi patung lilin terus?' pikir Monica.

Sesampainya di gedung perusahaan rekanan, Teddy turun lebih dulu. Monica mengikutinya, mencoba mengimbangi langkah cepatnya.

"Jangan bicara kecuali diminta, dan catat semua poin penting rapat," bisik Teddy tanpa menoleh.

"Baik, Pak," jawab Monica.

Ruang rapat sangat formal. Beberapa pria berdasi menyambut mereka dengan senyum diplomatis. Monica duduk di sisi Teddy, membuka laptop, dan bersiap mencatat.

Teddy berbicara tegas, tenang, dan terstruktur. Setiap argumennya tepat sasaran.

Monica hampir lupa berkedip. Meskipun dingin dan kaku, Teddy memiliki karisma yang tak bisa dipungkiri. Ia tahu apa yang dibicarakan, dan itu mengagumkan.

Rapat berlangsung hampir dua jam. Monica merasa sangat lelah, sementara Teddy terlihat segar.

Dalam perjalanan pulang, suasana masih sunyi. Teddy akhirnya berkata pelan, masih menatap jalanan, "Kamu cukup sigap tadi."

Monica hampir tak percaya mendengar pujian itu. "Te-terima kasih, Pak."

Teddy melirik singkat, "Jangan cepat puas."

Monica tersenyum kecut. Ia tahu hari ini adalah awal dari sesuatu yang baru, bukan hanya soal pekerjaan, tapi mungkin juga masuk ke dunia pribadi Teddy. Keduanya berisiko.

Sepulang rapat, Monica menuju pantry untuk membuat kopi, menenangkan detak jantungnya. Hujan rintik-rintik di luar menambah suasana suram, namun pikirannya masih tertuju pada Teddy. Bukan karena omelannya, tapi karena pujian singkatnya—seperti embun pagi di padang pasir.

"Tumben kamu bengong sendiri. Biasanya langsung ngetik laporan dengan kecepatan turbo." Suara Raka, teman kerjanya, mengejutkannya. Ia muncul dengan segelas teh hangat.

"Aku lagi istirahat sejenak. Rapatnya bikin kepala mumet," jawab Monica pelan.

Raka tertawa, "Kamu tuh emang kuat ya. Aku sih kalau disuruh duduk sebelahan sama Pak Teddy dua jam, bisa kena tekanan darah tinggi."

Monica tersenyum samar, "Enggak seburuk itu kok. Asal enggak salah ngomong aja."

Raka menatapnya penasaran, "Eh, Mon… ngomong-ngomong, kamu udah tahu belum soal kabar Pak Teddy?"

"Hah? Kabar apa?" tanya Monica refleks.

"Katanya mantan istrinya tuh sekarang balik ke Indonesia. Dan… dia kerja di salah satu klien utama kantor kita."

Jantung Monica berhenti sesaat. "Serius?"

"Iya, kabar dari orang dalam tim legal. Mereka sempat lihat si mbaknya pas presentasi minggu lalu. Cantik banget, Mon. Katanya seumuran kamu tapi lebih kayak model."

Monica pura-pura tertawa, "Oh… ya, siapa pun mantannya pasti cantik, lah. Secantik apa pun, dia kan sudah mantan."

Raka menyesap tehnya, "Tapi coba bayangin, udah jadi duda keren, punya posisi tinggi, eh tiba-tiba mantan datang lagi, masih jomblo pula. Drama banget nggak sih?"

Monica tidak menjawab. Pikirannya melayang pada kemungkinan yang membuatnya nyeri. Ia tak punya hak apa pun atas Teddy, tapi kenapa perutnya terasa diaduk?

Sore harinya, saat menyusun laporan, pesan masuk dari nomor tak dikenal: "Jangan percaya semua gosip. Apalagi yang menyangkut masa lalu saya."

Monica tahu siapa pengirimnya: Teddy. Ia menatap layar ponsel, lalu membalas: "Saya mengerti, Pak. Fokus saya hanya pada pekerjaan."

Tidak ada balasan. Namun pesan itu membuat pipi Monica menghangat, dan dadanya bergemuruh.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!