NovelToon NovelToon
Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Keluarga / Angst / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caca Lavender

Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.

Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.

Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.

Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______

Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lari

Tengah malam membuat cahaya bulan semakin menyinari bagian dalam rumah tua itu. Di ruangan yang pengap dan bau lembap itu, Sumin berbaring kaku di atas kasur tua lapuk. Napasnya masih terengah dengan dada naik turun cepat. Tubuhnya terasa remuk, kakinya kebas dan mati rasa, kerongkongannya sakit karena terlalu banyak berteriak. Ia masih bisa merasakan cairan yang mengalir dari lubang vaginanya yang robek. Entah itu darah atau sperma papanya, ia mual memikirkannya.

Jihoon baru saja keluar dari ruangan itu lima menit yang lalu. Sumin tahu kesempatan tidak akan datang dua kali. Pikiran untuk kabur memenuhi kepalanya. Ia takut Jihoon menangkapnya saat kabur dan berbuat lebih keji, tapi ia lebih takut jika harus tetap di sini dan menjadi boneka seks papanya sendiri.

Jihoon meninggalkannya begitu saja tanpa mengikat tangan maupun kakinya. Mungkin pria itu berpikir bahwa Sumin tidak akan sanggup berjalan setelah ia menghancurkan tubuh rapuh putrinya. Dan mungkin hal itu memang benar. Sumin rasanya tidak akan mampu berjalan untuk beberapa hari ke depan. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja pada keadaan.

Dengan napas tercekat, ia perlahan bangun dan mengabaikan bagian bawahnya yang perih. Sumin hanya menaikkan bra untuk menutup payudaranya dan mengeratkan kemeja tanpa kancing itu. Ia tidak punya banyak waktu untuk memakai celana dalam yang tergeletak menyedihkan di ujung kaki kasur.

Sumin berusaha berjalan perlahan ke pintu yang terbuka sedikit dengan tubuh yang masih limbung. Ia mendorong pintu sedikit dan memastikan tidak ada suara mencurigakan. Kepalanya mengedar untuk memastikan keberadaan Jihoon. Ia bisa melihat kepulan asap rokok dari arah ruang depan. Ia pun memutuskan untuk mengendap ke dapur dan menyusup keluar lewat pintu belakang yang sudah reot. Langkahnya berderak di atas lantai kayu yang lapuk. Sepatu sekolahnya hilang sejak tadi. Kakinya berdarah karena menginjak serpihan kaca, tapi ia terus berjalan sambil menahan air mata.

Begitu sampai halaman belakang, Sumin langsung berlari dengan sekuat tenaga. Dedaunan memukul wajahnya. Semak berduri mencakar kulitnya. Tapi ia tidak berhenti. Ia tidak peduli Jihoon bisa mendengar suara derap kakinya, tapi hanya ini yang bisa ia lakukan. Terus berlari.

Entah keajaiban apa, Sumin merasakan mati rasa pada selangkangannya hingga ia bisa berlari kencang, padahal lubangnya terus meneteskan cairan darah sedari tadi. Ia terus berlari hingga napasnya habis dan tubuhnya limbung. Tapi ia tidak menyerah, ia akan terus berlari hingga mendapatkan perlindungan.

...----------------...

Sementara itu, di kantor polisi, Yujin berdiri membeku di depan meja petugas sambil memegangi map yang sudah terlipat-lipat di tangannya. Matanya merah dan riasannya luntur. Di sebelahnya, Jisung berbicara dengan salah satu perwira penyelidik.

“Kami sudah memeriksa seluruh CCTV. Ada kemungkinan mereka menuju rumah peristirahatan keluarga Kim di daerah pegunungan. Kami akan kerahkan tim malam ini juga,” kata petugas.

“Biar aku ikut,” ujar Yujin tegas.

“Nyonya Song, situasi belum aman. Kami—”

“Aku ikut!” bentak Yujin dengan suara bergetar, “Aku tidak akan duduk di sini dan menunggu kabar seperti orang asing. Aku ikut.”

Jisung memegang bahu Yujin dan menatap petugas, “kami akan bertanggung jawab atas keselamatannya.”

Akhirnya, satu mobil polisi tambahan disiapkan untuk Yujin dan Jisung. Dalam waktu lima menit, rombongan mulai berangkat menuju ladang terpencil yang menjadi target pencarian. Jalanan bergelombang, gelap, dan sunyi.

Di tengah perjalanan, Jisung menerima laporan dari unit depan, “mereka menemukan mobil Jihoon di dekat rumah tua.”

Yujin menatap jendela, jantungnya berdetak semakin cepat. Dalam hati, ia terus berdoa supaya Sumin selamat dan tidak kesakitan.

Saat mereka tiba, polisi sudah mengepung rumah tua itu. Beberapa petugas masuk secara taktis. Suara keras terdengar dari dalam.

“Kim Jihoon! Angkat tangan!”

Tidak lama kemudian, dua polisi menyeret Jihoon keluar dari rumah. Ia berusaha meronta, tapi borgol sudah terpasang di kedua tangannya.

Hati Yujin mencelos melihat Jihoon. Suaminya itu hanya mengenakan boxer hitam. Bekas cakaran memenuhi punggung dan dadanya. Kemungkinan terburuk sudah memenuhi isi pikiran Yujin. Pemandangan itu begitu mengerikan. Dan ia tidak siap untuk melihat kenyataan yang terjadi pada Sumin.

Yujin nyaris menerobos barikade, namun Jisung menahannya.

“Dimana putriku?! Dimana Sumin?!” teriak Yujin histeris, “Kim Jihoon!!!”

Jihoon hanya melirik Yujin sekilas, lalu dipaksa masuk ke dalam mobil polisi. Yujin Hanya bisa berteriak histeris memanggil nama Sumin dan meneriakkan sumpah serapah untuk Jihoon.

Petugas yang memeriksa ruangan datang menghampiri Yujin dan Jisung.

“Korban tidak ada di dalam,” lapor salah satu polisi.

“Sumin sudah kabur sebelum kita datang,” ujar Jisung lirih, “dia berhasil kabur.”

Yujin menutup wajahnya dan menangis, antara lega dan panik. Putrinya berhasil kabur.

“Tapi, kami menemukan jejak korban di dalam,” ucap polisi sambil menunjukkan barang-barang yang dibungkus plastik.

Yujin dan Jisung menutup mulut tidak percaya dengan yang mereka lihat. Lima kancing seragam dan celana dalam milik Sumin.

“Minnie…” gumam Yujin yang kesulitan berbicara, “t-tidak mungkin.”

Polisi itu menunduk sebelum mengatakan fakta berat, “maaf, Nyonya Song. Terdapat bercak darah dan sperma yang ditemukan di dalam.”

Yujin langsung pingsan.

...🥀🥀🥀🥀🥀...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!